Keesokan harinya Jerico kembali menemui Olivia. Jerico kembali membawakan bunga mawar merah. Mungkin hari ini Olivia suka dengan bunga mawar merah.
"Selamat pagi Olivia! "Sapa Jerico kepada Olivia saat Olivia sedang berada di kelas.
"Pagi. "Balas Olivia sangat singkat dan dingin.
"Singkat banget sih jawabnya. Emang gak ada yang lebih panjang? "Ucap Jerico.
Olivia tak menjawab apa apa. Dia tetap fokus memandang ponselnya.
"Ini buat kamu yang paling aku sayang. "Jerico memberikan mawar merah yang ada di tangannya.
"Lo gak salah ngasih? "Olivia mengangkat alisnya sebelah.
Jerico semakin bingung. Tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Olivia.
"Aku gak ngerti maksud kamu apa? "Tanya Jerico menuntut jawaban dari Olivia.
"Lo gak usah pura pura gak ngerti! "Nada suara Olivia meninggi.
"Aku bener bener gak ngerti." Ucap Jerico sangat jujur. Jerico berusaha untuk tetap tenang meskipun emosinya sudah memuncak di ubun ubun dan sebentar lagi akan meledak.
Olivia mengepalkan tangannya kuat kuat. Ia berdiri dari duduknya. Emosinya tak bisa dibendung lagi.
"Kemarin kamu ngasih bunga ke Jeni. Terus sekarang kamu ngasih bunga ke aku. Laki laki macam apa kamu? "Olivia mengungkapkan unek unek nya.
Jerico tertawa terbahak bahak. Dia memegang perutnya yang sangat sakit karena terlalu lama tertawa.
Kini Olivia yang semakin bingung. Bukannya membujuknya, dia malah tertawa terbahak bahak. Seperti sedang mengejek.
Jerico berusaha menghentikan tawanya meskipun sulit untuk dihentikan. Jerico berusaha untuk menjelaskan yang sebenarnya.
"Bunga mawar merah yang kemarin aku kasih ke Jeni itu dari Bryan. Dia gak berani ngasih bunga itu langsung ke Jeni. Makanya aku bantuin dia. "Olivia berusaha menjelaskan yang sebenarnya.
Olivia jadi malu sendiri dengan kelakuannya barusan. Seharusnya ia mengklarifikasi terlebih dahulu.
"Jadi sekarang masih mau gak bunga mawar nya? "Jerico kembali menawarkan bunga mawar merah itu.
Olivia masih tetap tidak menjawab. Dia benar benar malu pada Jerico. Saat ini klarifikasi memang penting.
"Kok diem aja sih? Kamu kan punya mulut. "Ujar Jerico.
"Aku emang punya mulut. Tapi bukan buat ngomong sama kamu. "Ucap Olivia dengan nada yang jutek.
"Loh, kok jadi ngambek sih. "Ingin rasanya Jerico marah saat ini.
"Kamu itu salah. Harusnya kamu bilang Dulu sama Aku. "Ucap Olivia.
"Iya iya. Aku salah. Kamu bener. Aku minta maaf yang sebesar besarnya. "Ucap Jerico penuh dengan penekanan.
"Kamu minta maaf nya gak ikhlas. "Ucap Olivia. Wajahnya berubah menjadi cemberut. Ingin rasanya Jerico mencubit pipinya.
Tanpa sadar Jerico mencubit pipi Olivia. Tangannya refleks mencubit pipi Olivia.
"Iiihhhh.... Kamu itu apa apaan sih? "Olivia menyingkirkan tangan Jerico dari pipinya.
"Aku itu gemes kalau liat kamu cemberut. "Ucap Jerico.
"Gemes sih gemes, tapi kamu jangan cubit pipi aku!" Olivia memegangi pipinya yang terasa sangat sakit.
"Iya. Sekali lagi aku minta maaf. Ini bunganya buat kamu. "Jerico memberikan bunga mawar merah yang sedari tadi ia pegang.
Olivia tak menerima bunga mawar tersebut.
"Ayo dong terima. Please...... "Ucap Jerico memohon mohon pada Olivia
Olivia masih enggan untuk menerima bunga mawar itu.
"Kalau kamu gak mau terima, aku bakalan teriak sekencang kencangnya." Ancam Jerico.
"Iya iya aku terima. Asal kamu pergi dari sini. "Dengan cepat olivia mengambil bunga mawar merah dari Jerico. "
"Jadi ngusir nih, ceritanya?" Jerico menaik turunkan alisnya.
"Iya. Aku ngusir kamu. Cepetan pergi. "Ucap Olivia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Merah
Teen FictionBerawal dari sebuah mawar merah yang menjadi saksi bisu perjuangan Jeriko yang mengejar cinta Olivia.