Bab 16

5.9K 422 28
                                    

Ghania POV

Sudah berapa lama aku di sini? Tinggal bersama laki-laki yang setatusnya hanya sebagai pacarku. Mungkin sekitar 1 minggu, hari-nya berlalu sangat cepat. Aku tidak tahu kenapa tetapi rasanya ini salah, aku meninggalkan kewajibanku sebagai pelajar, meninggalkan teman-temanku dan yang paling terpenting aku meninggalkan satu-satunya orang tuaku yang untungnya masih ku ingat. Ibu.

Bagaimana dengan kabar beliau? Baikkah? Aku harap begitu sebab disini aku rasa resah. Apakah beliau juga sama merindukan ku? Kenapa ibu tidak mencariku ya? Padahal sudah berhari-hari berlalu anaknya tak kembali-kembali ke rumah.

Huh bagaimana ini? Aku merindukan kehidupanku yang normal. Aku ingin kembali ke rumah, jujur saja aku tak berani mengatakannya lagi. Kenapa? Azri pernah mengancamku, di hari itu dimana sesudah makan pagi dan kami duduk berdua diatas sofa. Menikmati nonton tv bersama dengan posisi aku di rangkul dari samping oleh Azri.

Flashback

"Mas Ghania boleh menanyakan sesuatu? Boleh ya Ghania hanya ingin menjelaskan apa yang Ghania rasakan saat ini," ucap Ghania saat keduanya tengah asik menonton film kartun kesukaannya.

Azri menoleh sambil mengernyitkan dahinya heran, gadisnya ini kenapa? Jika ingin mengatakan apapun silahkan. Azri tak melarangnya. "Ghania ingin mengatakan apa atau ingin apa hm? Silahkan sayang," ijinnya.

Ghania gugup, gadis itu memposisikan duduknya menyerong ke arah Azri seutuhnya, kedua kakinya ia naikan ke atas sofa dan melipatnya ke depan. Dia harus bisa, harus mengatakannya. Jika tidak Azri akan terus menerus mengurungnya disini. Lagian ini dimana? Ghania pun tidak tahu, dia tidak pernah keluar dari daerah dalam rumahnya kecuali hari itu dimana Ghania di ajak jalan-jalan, sudah seperti tawanan saja.

Berdehem Ghania mengambil tangan Azri yang sudah beralih bertumpu di kedua pahanya, menggengam satu tangannya menjadi satu rangkuman tangan Ghania. Gadis itu tersenyum saat tangannya memang sangat kecil dibandingkan dengan tangan Azri yang besar dan banyak ototnya. "Mas sebenarnya ini dimana?" ucap Ghania selembut mungkin.

Sudah Azri duga, pastilah Ghania akan menanyakan hal ini. Hal yang tentunya bisa memancing emosinya, sabar laki-laki itu hanya perlu menjawab sekenanya. Kini Azri ikut menggenggam tangan Ghania menumpukan keduanya sambil meremas pelan. "Kita ada disuatu tempat yang orang lain tidak akan tahu, tidak akan ada yang mengusiknya dan paling terpenting tidak akan membuat kita saling terpisah," jelasnya, mata laki-laki itu begitu dalam melihat Ghanianya.

Ekspresi Ghania langsung menegang, perkataan Azri membuatnya tiba-tiba saja takut. Seperti sebuah keinginannya yang memang seharunya begitu. Ghania tidak ingin begini terus....

"Tetapi apa mas pernah memikirkan posisi Ghania, maksudku. Ghania punya kehidupan yang wajib dijalani seperti sekolah, bagaimana dengan ibu Ghania? Pasti beliau khawatir anaknya tak kunjung pulang ke rumah. Ghania punya masa depan sendiri mas," tutur Ghania panjang lebar, akhirnya dia berani juga mengatakan hal ini. Tetapi bukannya lega justru gadis itu was-was, terkejut saat tautan tangan mereka terlepas begitu saja. Azri yang melepasnya dengan paksa.

Laki-laki itu berdiri dan tiba-tiba saja sangat tidak berperasaan Azri membalikan posisi Ghania, mencengkram kedua bahunya lumayan kuat hingga tubuh Ghania terdorong ke belakang sofa. Tertekan keras disana.

Ghania takut!

Raut wajah Azri mengeras, menegaskan bahwa dia sedang marah. Apa? Ghania hanya mengatakan apa yang ada di kepalanya saat ini.

"Kamu tahu Ghania, hidupmu hanya akan berputar pada Azri seorang. Masa depanmu? Jangan menjadi bodoh Ghania jelas-jelas masa depanmu itu aku, untuk apa kamu ingin kembali ke rumah hm? Ingin kembali kepada si tua bangka itu, ingat sayang, ingat! Ibumu itu yang membuat kita bertengkar dan berakhir kamu mengucapkan kata laknat itu! Jika kamu bersikeras kembali dan parahnya berniat kabur dari rumah ini..." mata Azri beralih melihat ke arah anak tangga sana, tempat dimana kamar utama rumah ini berada. "Mas dengan terpaksa akan mengikat Ghania di atas ranjang, mengurung Ghania di dalam kamar selama-lamanya," ancamnya, Azri mengatakannya sungguh-sungguh. Laki-laki itu melepas remasan yang ada di bahu Ghania, melangkahkan kakinya meninggalkan Ghania sendirian terduduk kaku di atas sofa.

Flashback off

Ini kah Azri yang sebenarnya? Tidak pernah sekalipun aku akan menduga bahwa sifat pacarnya akan menjadi begini, bagaimana ini? Aku ingin sekali pulang ke rumah, berkumpul bersama ibu dan menjalankan hari-hariku dengan bersekolah, bergaul dengan teman-temanku kembali seperti sediakala.

Tanpa sadar cairan bening keluar dari kedua mataku, aku semakin erat meremas tralis pembatas balkon. Sudah lama aku berada disini, sekedar mencari udara segar karena kebetulan sekali balkon yang ada di kamar utama ini berada di belakang rumah dan parahnya tepat sekali berada di daerah hutan.

Niat sekali Azri mengurungnya disini, aku jadi susah jika ingin kabur.

Mengusap kedua matanya, aku kembali masuk ke dalam kamar, meringkuk kembali di atas kasur sambil pikiranku melayang kemana-mana. Hari menjelang sore tetapi Azri tak kunjung menemuinya, sudah 1 minggu, sifat Azri pun mulai berubah kepadanya. Tidak seperhatian dulu dan lebih sering mengacuhkannya seperti sekarang ini. Terserah aku juga marah kepadanya, seenaknya saja dia mengurung anak gadis orang.

Lelah memikirkannya membuatku mengantuk, hm tidur di siang menjelang sore ini enak juga. Dan akupun memejakan mata, menyambut sang mimpi.

*****

Ghania terpanjat kaget saat suara berdebum yang asalnya dari luar kamar sana membuatnya terbangun. Jam berapa sekarang ini?

Gadis itu melirik jam weker yang ada di meja samping tempat tidurnya. Pukul 07:38 PM, serius? Selama itu dia tidur.

Penasaran akan suara tadi, Ghania beranjak dari tempat tidurnya menuju pintu keluar, berjalan seringan mungkin Ghania mengendap-endap. Menempelkan telinganya ke daun pintu Ghania semakin jelas bisa mendengar suara berdebum itu, kiranya apa?

Ghania penasaran ingin melihat apa yang ada di luar. Jadi dia mencoba melihatnya dari lubang kunci, belum berani membuka pintu ini. Takutnya itu penjahat yang berusaha merampok rumah.

Dan terkejut adalah respon pertama Ghania, tubuhnya bahkan sampai terpental ke belakang!

Tidak! Mungkin Ghania salah lihat, mana mungkin! Atau... atau itu memanglah perampok di rumah ini, tetapi tidak! Yang Ghania lihat tadi adalah laki-laki dengan perawakan serta wajahnya yang mirip Azri...

Laki-laki itu sedang melayangkan cangkulnya ke arah bawah dan... dan selanjutnya darah menciprati wajah pacarnya.

Tidak!!

Ghania menggeleng keras, tubuh gadis itu mundur ke belakang... mundur terus sampai dia terpaksa berhenti karena sudah menabrak tembok. Tubuh gadis itu bergetar, air matanya pun tak dapat di bendung. Apa yang dilihatnya tadi membuatnya sangat takut.

Benarkah Azri telah membunuh seseorang? Jika iya Ghania tidak akan lagi bertahan dengannya.

Ibu tolong Ghania takut....

Semoga kalian suka :)
Semoga nge-feel :)
Sekali ketik ya gaess, btw mau dong cerita ini dikomenin unchhh :*

Eh btw cerita Azri & Ghania udh sampe 1k pembaca yey! Makasih kalian yg udah terus-terusan baca cerita ini uwu tanpa kalian aku nothing ea :') Love you all ❤

Jangan lupa voment-nya yah :)

Tbc

Tattoes? No problem Or Problem?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang