30 - Galau

993 158 61
                                    

Brielle terlihat melamun. Duduk menepi di koridor sambil menunduk melamun. Pikirannya melayang kembali mengingat apa yang ia lihat tadi. Peta bersama seorang gadis yang tidak ia ketahui. Brielle tidak dapat melihat jelas siapa gadis yang bersama Peta, dan itu yang membuatnya kepikiran.

Siapa gadis tersebut? Apa yang ia lakukan bersama Peta berduaan di ruangan klub majalah? Apa yang tengah mereka tonton sehingga keduanya sampai berdekatan seperti itu?

Brielle menepuk pipinya. Mencoba melupakan hal tersebut. Namun, baru saja ia berniat untuk bangkit dan melangkah pergi dari sana. Sebuah pemandangan membuat langkah kakinya kembali terhenti. Ia melihat Peta berjalan berdua dengan seorang gadis. Brielle masih tidak tahu siapa gadis itu karena ia hanya melihatnya dari belakang.

Dengan hati-hati, Brielle mengikuti keduanya hingga ia sampai di parkiran motor. Peta terlihat memakaikan helm pada gadis tersebut. Petapun mulai menyalakan mesin motornya. Setelah siap, gadis itu lalu duduk di belakang Peta, dan hal yang paling menyakitkan bagi Brielle adalah saat melihat gadis itu dengan seenaknya merangkul pinggang Peta. Hal yang bahkan Brielle tidak pernah lakukan.

"Ditha," lirih Peta.

"Kenapa?" Peta melirik arah tangan Anin. Tahu apa yang dilihat Peta, Anin malah mengeratkan pegangannya. "Dulu juga selalu gini, kan?"

"Tapi yang sekarang beda."

"Udah sih, Pet. Aku gak mau jatoh. Kamu kan suka sembarang kalau bawa motor."

"Ditha,"

"Jalan, ah. Udah sore banget, nih."

Peta hanya menghela nafasnya sebelum akhirnya melajukan motornya. Brielle yang melihat itu hanya meremas dadanya. Rasanya ia tak pernah sesakit ini. Beginikah rasanya cemburu dan patah hati?

Cinta pertamanya terluka. Bahkan sebelum ia sempat menyampaikannya dan memilikinya.

~~~

Pagi ini, Brielle mengawali paginya dengan merenung. Langkahnya terlihat gontai. Gadis yang biasanya terlihat riang tersebut kini menjadi murung. Rasa galau yang melandanya membuatnya merasa sedih dan tak bisa merasakan kebahagiaan seperti teman-teman seumuran dengannya. Lihatlah Yori dan Alza, masih seperti anak-anak yang tak ada beban, berlarian di koridor sekolah.

Brielle menghela nafasnya. Mengingat kejadian kemaren tak hanya membuatnya sedih, tapi juga sakit dan kecewa. Ia merasakan perasaannya membuatnya bodoh tak bisa berpikir dengan jernih. Padahal, belum tentu gadis yang dilihatnya bersama Peta memiliki hubungan lebih seperti apa yang dipikirkannya. Tapi, masa sih?

"Pagi Dede Biyell."

Suara itu menggema keras dan begitu mendebarkan. Brielle sampai menghentikan langkahnya sesaat.

"Kok diem aja, sih?" Peta mempercepat langkahnya lalu merangkul bahu Brielle. "Dede Biyel kenapa? Kok keliatan murung, sih?"

Brielle hanya meliriknya sekilas lalu mempercepat langkahnya, membuat rangkulan Peta jadi terlepas. Peta mengerutkan keningnya heran dan kembali menyusul Brielle.

"Brielle! Kamu kenapa, deh?"

Brielle terus melangkah, mengabaikan teriakan Peta yang terus memanggil namanya.

"Brielle. Kamu marah sama aku atau gimana? Brielle!"

Terlambat bagi Peta. Saat tangannya ingin menggapai tangan Brielle, gadis itu sudah terlebih dahulu melangkah masuk ke dalam ruang kelasnya. Langkah kakinya terdengar emosi, melewati Zee yang hanya bisa cengo karana sapaannya tidak dibalas. Ia lalu membanting kasar tubuhnya, membuat Muthe yang tengah bercerita tentang hubungannya jadi berhenti berbicara.

A New FourWhere stories live. Discover now