BAB 20

2.1K 90 0
                                    



Ayana memiringkan tubuhnya menghadap Linggar, ia letakkan begitu saja ponsel itu di dekat bantal.

"Ling, gue khawatir gimana nasib si Dian," ucap Ayana, melihat insiden Liam membawa Dian.

"Biarin ajalah, gue takut ikut campur urusan dia, sama si gondrong itu. Nyeremin tau," ucap Linggar, sambil mengoles lotion di kakinya.

"Ya, gue sebenernya kasian juga. Mau bantu, tapi enggak tau mau bantu apa. Si Dian kayaknya tersiksa banget gitu," ucap Ayana lagi.

"Jalan satu-satu nya, ya suruh Dian putisin si gondrong itu,"

"Kalau di putusin, ya otomatis enggak berteman lagi dong sama kita. Lo tau lah, ketiga cowok itu kan se geng,"

"Ya enggak apa-apa, demi kebaikkan dia juga. Cinta itu enggak perlu di paksa kali, kalau di paksa, ya Dian nya yang sakit. Lo mau? nanti Dian stress, gara-gara ngadapin si gondrong itu,"

"Iya, juga sih," ucap Ayana membenarkan.

"Yaudah ah, gue mau tidur, besok aja kita dengar kabar dari Dian," ucap Linggar, ia mencoba memejamkan matanya, begitu juga dengan Ayana.

********

Liam membawa Dian ke kamarnya. Dengan hati-hati, ia membaringkan tubuh Dian ke tempat tidur. Ia tersenyum penuh arti. Liam menegakkan tubuhnya, ia lalu membuka baju, karena memang ia lebih suka tidur tidak mengenakan baju. Liam menutup pintu kembali, setelah itu ia matikan lampu. Hanya lampu redup itulah yang menerangi kamar. Ia memang tidak bisa tidur dalam keadaan terang.

Liam membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Ia memiringkan tubuhnya ke samping. Ia mengelus wajah cantik itu, wajah itu begitu tenang. Ia mendekatkan tubuhnya, dan di peluknya tubuh ramping itu.

"Aku tahu kamu masih belum tidur sayang,"

Dian yang mendengar itu hanya bisa nelangsa dalam hati. Ia berusaha sebaik mungkin untuk menjalani perannya sebagai putri tidur. Ia tidak akan pernah membuka mata, walaupun si babon ini membangunkan dirinya dengan ciumannya. Si babon itu tidak akan pernah berperan sebagai pengeran, yang bisa membangunkan dirinya, dari tidur panjangnya.

"Jika kamu mau pura-pura tidur, sebaiknya kamu sekolah akting dulu," ucap Liam, ia lalu mengecup puncak kepala Dian. Ia tersenyum menatap sang kekasih yang masih memejamkan matanya.

Dian merasakan hembusan nafas Liam yang teratur. Entahlah pelukkan hangat itu begitu nyaman dan tenang. Jujur ia betah berlama-lama di pelukkan ini. Tidak dengan wajah menyeramkan itu.

Liam mengelus punggung Dian, dan Ia tersenyum ketika merasakan, Dian membalas pelukkanya.

"Akting kamu sangat payah sayang," ucap Liam, ia menahan tawa.

"Ih, berisik, aku mau tidur," ucap Dian pada akhirnya. Ia semakin mengeratkan pelukkanya.

"Katanya udah tidur, sudah tidur tapi masih bisa ngomong,"

"Ini aku udah tidur," gumam Dian, ia mencurukkan wajahnya di dada bidang itu.

Tawa Liam akhirnya pecah, ia lalu mengecup puncak kepala itu berkali-kali.

"Yaudah tidur," ucap Liam.

********

Dian membuka matanya secara perlahan, ia merenggangkan tubuhnya. Jujur ini merupakan tidur ternyenyak yang pernah ia rasakan. Rasa hangat itu membuatnya betah tidur berlama-lama di pelukkan itu. Ia merasakan sebuah tangan melingkar di tubuhnya. Dian mengalihkan tatapannya ke samping. Ia tahu, bahwa tangan yang melingkar di pinggangnya itu adalah tangan, si babon. Ia masih sadar apa yang di lakukan si monyet ini semalam, si babon inilah yang membawanya ke sini.

          

"Sudah bangun hemm," gumam Liam, ia membuka matanya secara perlahan. Ia memandang si cantik itu, masih di sisinya.

"Iya," ucap Dian pelan.

Liam memiringkan tubuhnya, ia memandang kekasihnya ini. Inilah wajah asli sang kekasih, tapi entahlah wajah itu bagitu cantik menurutnya.

"Tidur kamu nyenyak,"

Dian mengangguk, membenarkan ucapan si babon ini, "iya,"

"Kamu nyenyak, karena kamu tidur di pelukkan aku,"

Liam merenggangkan otot tubuhnya, dan ia mengambil ponsel yang ia letakkan di nakas. Ia memandang jam digital yang tertera di sana, menunjukkan pukul 05.55 menit. Ia letakkan lagi ponsel itu di tempat nya, ia tersenyum kepada Dian.

"Pagi ini aku harus ke Nusa Penida," gumam Liam. Ia menegakkan tubuhnya, melepaskan diri dari tubuh Dian.

"Jam berapa?"

"Jam tujuh,"

Dian merasa lega, karena ia bisa lolos dari pelukkan si babon. Laki-laki itu menegakkan tubuhnya, dan ia mengikat rambutnya ke belakang. Betapa terkejutnya Dian, seketika tubuh besar itu, lalu mengurungnya.

Jantung Dian maraton, ia memandang secara jelas wajah si babon ini, alis itu begitu tebal. Terlihat jelas peringai nakal di tatapan mata tajam itu.

"Kamu mau apa,?" Ucap Dian pelan, jika sudah seperti ini, ada perasaan takut menyelimuti hatinya.

"Morning kiss" ucap Liam.

"Morning kiss?" . Dian bergidik ngeri, ia mendengar permintaan si babon ini. Dian mengeratkan peganganya ke bantal.

Liam mendekatkan wajahnya dan ia mencium bibir tipis itu sekilas. Sedetik kemudian ia lepaskan kecupan itu. Ia tersenyum memandang kekasihnya. Liam mengelus wajah cantik itu,

"Bukankah kita pernah melakukannya," ucap Liam, ia menggantungkan kalimatnya.

"Melakukan apa yang kamu maksud," ucap Dian terbata, ia berusaha tenang.

Liam mengelus rambut Dian, ia mengecup puncak kepala Dian,

"Tentu saja morning kiss yang dahsyat, tepatnya di rumah aku, sambil menyaksikan indahnya salju di bulan Desember," ucap Liam, ia mencoba mengingatkan apa yang talah di lakukan kekasihnya ini.

"Eh,"

"Kamu mau pura-pura lupa hemm,"

"Itu karena aku mabuk," elak Dian.

Liam mengerutkan dahi, ia lalu terkekeh mendengar pernyataan Dian, "Aku tahu mana yang mabuk dan mana yang enggak, sayang. Kamu memintanya dengan sadar,"

Wajah Dian bersemu merah, si kampret masih saja mengingat itu. Ia melakukan itu, karena ia sedang setelah menonton film favoritenya Game Of Thornes. Ia selalu menanti setiap episodenya, kisah itu semakin menarik. Kisah itu menceritakan perjuangan memperebutkan kekuasaan di benua Westeros. Wilayah daratan terbesar dalam cerita fantasi terbagi dalam tujuh kerajaan, yang di sebut The Seven Kingdom.

Film itu di adaptasi Novel seri berjudul A Song of Ice and Fire. Kisah novel itu memiliki plot cerita yang bagus, intrik, dan politik yang kuat, serta kisah cinta yang menyentuh hati. Novel itu juga menggunakan cara sudut pandang karakter perasaan, dan suasana yang kuat. Jujur ia sungguh menanti kelanjutan cerita itu, namun pengarangnya, George R.R. Martin. Belum segera menerbitkan seri itu. Versi novel yang terkahir terbit pada tahun 2011.

Tepatnya di cuaca dingin, sama seperti apa yang ia lihat di adegan hubungan Daenerys Targaryen dan Jon Snow bertemu, mereka di penuhi hasrat cinta, semakin menariknya lagi keduanya telah melakukan hubungan intim. Ya, dirinya memang tolol, yang telah terbawa suasana. Jika mengingat itu, ia begitu malu. Sungguh ia tidak ingin semua itu terjadi.

Liam mendekatkan wajahnya dan ia lalu melumat bibir tipis itu dengan dalam. Sementara Dian tidak dapat mengelak lagi, si babon ini menciumnya dengan intens.

*********

"Lo tidur dengan si babon itu Yan," ucap Linggar, ia melangkah mendekati Dian.

Dian mengangguk, dengan rambut setengah berantakkan. Ia semakin pusing memikirkan nasibnya setelah ini.

"Iyalah, tidur sama siapa lagi,"

"Semalam gue udah cegah mati-matian agar si gondrong itu enggak nyulik elo. Kalau enggak ada Daniel, pasti habis tu si babon di tangan gue," ucap Ayana, ia mengambil handuk yang ada di nakas.

Linggar memperhatikan Dian, ia memandang bibir tipis itu memerah, dan di bagian leher Dian.

"Lo habis diapain sama si babon itu, Yan," ucap Linggar mulai menyelidiki.

Dian mengerutkan dahi, ia memandang Linggar. "Diapain emang,"

"Leher lo merah-merah gini," ucap Linggar, menunjuk leher Dian.

Dian lalu menepis tangan Linggar, ia berjalan cepat menuju cermin. Dian memperhatikan lehernya.

"Si babon brengsek !," Dian menggeram.

Ayana juga melangkah mendekati Dian, ia juga memperhatikan leher Dian, "Lo enggak diperkosa kan Yan, sama si tarzan itu," ucap Ayana.

"Ya, enggak lah," timpal Dian.

"Syukurlah kalau begitu, lo selamat Yan," ucap Ayana, ia mengelus dadanya.

"Tapi hampir tau," sungut Dian.

"Omaigat, sumpah !" Linggar, ia mendekati Dian, ia pingin tahu cerita lebih lanjut.

"Sumpah, ngapain gue bohong,"

"Gila, ngeri gue sama cowok lo Yan, nekat, sarap, sinting," ucap Ayana, ia bertolak pinggang.

"Jadi gimana dong," ucap Dian, ia lalu duduk di lantai, ia benar-benar hampir gila.

"Ya, enggak gimana-gimana sih, sebenarnya gue juga takut sama cowok lo. Tapi ...." ucap Ayana lagi.

Dian mengerutkan dahi, "Tapi apa..." tanya nya penasaran.

"Tapi, cowok lo emang Hot Yan," ucap Ayana.

"Hot bagaimana?"

"Ya, Hot, lengan si babon itu indah tau, ototnya sempurna menurut gue, terus punggungnya tegap, gagah, dan kulitnya eksotis abis. Beh, pantas aja si Mario itu suka sama cowok lo Yan,"

Dian menggelengkan kepalanya, "Sinting lo,"

"Kalau lo tiap hari ngeluh terus sama si babon, sebaiknya putus aja Yan," ucap Linggar.

Dian menarik nafas, ia mengibaskan rambutnya, "Gimana mau bilang putus, ngomong sama dia aja gue gemetaran loh," ucap Dian.

"Lo harus berani Yan, ini demi masa depan lo juga kan," ucap Linggar lagi.

"Gue masih takut, kebayang dong gimana si babon itu tau, kalau gue mutusin dia,"

"Jangan Yan, sebaiknya lo cari aman aja," ucap Ayana lagi.

"Ih, pusing gue,"

********

TERJERAT CINTA TUAN POSESIF (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang