Beberapa waktu aku menemukan user dengan nama serupa tapi ternyata bukan dia.
"awan?" sapaku ragu kepada pendengar disalah satu ruang dengar.
"hai sebening embun" balasnya.
"segerombolan awan?" tanyaku memastikan.
"maksudnya?" dia keliatan bingung.
Sepertinya itu bukan dia, obrolan unik itu kunciku untuk menemukannya.
Sudah sebulan lebih aku tidak menemukan sosok itu. Terlalu gengsi untuk menanyainya melalui fanboard, kuakui gengsi dan egoku sebagai wanita kadang membuatku kesusahan.
Sampai suatu waktu aku menemukan lingkaranku, aku join disalah satu server discord yang berkedokan spoon family indonesia, saat itu membernya hanya 20 sampai 30 orang.
Aku menemukan orang-orang hebat disana tentu dengan kewarasan dibawah rata-rata, aku mulai ngobrol dua arah disana dengan user lainnya.
Sampai suatu hari muncul ide untuk melakukan siaran dengan mengangkat atau membawakan dubbing webtoon aku pun tertarik dan memutuskan berpartisippasi, dan benar saja aku suka dan seru.
Aku benar-benar seperti melupakan dua hal sekaligus saat melakukan itu yang pertama aku melupakan sejenak bahwa aku tengah berduka dan yang kedua aku melupakan rinduku pada obrolan gila dengan orang itu.
Sepanjang malam aku bertukar cerita dengan orang-orang yang ada di server tersebut, nyaris sampai pagi bahkan.
Dan pada suatu hari selesai siaran dubbing webtoon tiba-tiba notifikasi spoon berbunyi, aku coba mengecek dan ada seseorang menulis di fanboard ku, fanboard pertama dari orang pertama, ya dia AWAN, seketika aku kaget dan sedikit ragu apa benar itu dia.
"tadi live kah?" begitulah kurang lebih dia menulis di fanboard ku.Mungkin dia membaca pengumuman yang aku buat, yang menyatakan bahwa akan ada live di akunnya MR. Nobi, lalu aku segera membalas.
"bukan aku, tapi temenku" balasku.
"kirain kamu" diapun membalas lagi.
"kamu fan aja MR. Nobi, insyaAllah kita live lagi besok" kataku tak mau kehilangan moment.
Tidak ada balasan setelahnya bahkan sampai sebelum tidur aku mencoba mengecek, tapi tidak ada balasan.
Lagi lagi aku tidur dengan rasa gundah dihatiku, terlalu dini menafsirkan semuanya, kita anggap saja aku hanya sedang senang menemukan teman yang sejiwa.
***
YOU ARE READING
SENYAWA
RomanceAku selalu kalah, kau datang bergerombol dengan seribu kegundahan. Aku sudah kalah dari awal, aku terlalu kagum dengan pola pikirmu. Ya aku mengaku, aku jatuh padamu dari pertama. (Embun, 2018) Aku selalu menang, begitulah pikirku. Sampai kau yang...