Allah menitipkan sebagian rezeki mereka kepadamu untuk kau bagikan kepada mereka yang kurang beruntung, bukan untuk kau buang sia-sia.
-Raina kinan
Pagi ini Ara terlihat sangat bahagia, terlihat dari raut wajahnya, sejak tadi senyum terus terkembang di wajahnya."hai" begitulah sapa Ara dengan senyum merekah kepada semua orang yang ia temui sepanjang koridor sekolahnya, semua hanya menanggapi dengan senyuman pun anggukan.
Pagi ini Ara berangkat di antar oleh sang papa. Momen langka yang kini terjadi. Dan itulah salah satu alasan Ara terlihat sumringah pagi ini.
Kelas dimulai, semua siswa pun mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Kelompok Ara dan Aksa mendapatkan nilai A+ dan poster yang mereka buat diminta untuk dijadikan contoh untuk kelas kelas yang lain.
•••
Hari ini adalah hari terbaik di hidup Ara, siang ini ia mendapati kedua sahabatnya mengunjungi kelasnya dengan membawakan oleh-oleh dari papa Keysa yang baru pulang dari Jogja, dan juga dari mama Ava yang baru pulang dari Bali untuk menjenguk neneknya yang berada di Bali. Ada bakpia tugu jogja rasa coklat kesukaannya, ada pie susu original favoritnya, juga berbagai gelang couple untuk mereka bertiga. Hari yang cukup menyenangkan.
Terimakasih Tuhan, banyak sekali hal indah hari ini, izinkan aku memiliki hari-hari seperti ini juga untuk besok lusa dan seterusnya.
••••
Bel pulang sekolah bergema di segala penjuru sekolah, semua siswa siswi segera merapikan barang-barang mereka dan segera meninggalkan sekolah."Ra lo mau bareng gue?" tanya Aksa yang menghampiri Ara di halte depan sekolah.
"Gue mau ada mampir bentar sa, ga langsung pulang, lo duluan aja gapapa, gue lagi nunggu angkot kok bentar lagi juga dateng. Lo balik aja hati-hati ya" jawab Ara dengan senyuman yang tetap terkembang. Aksa pun mengiyakan jawaban Ara dan langsung pergi meninggalkan Ara.
Angkot yang Ara tunggu pun telah tiba, ia segera menaiki angkot dan memasang earphone ke telinganya, lagu lagu di playlist nya mulai terputar, hingga ia pun tiba di suatu tempat perbelanjaan. Ara turun dan segera membayar uang tarif angkot yang ia tumpangi.
Ara pun masuk ke tempat perbelanjaan, membeli beberapa cemilan, roti, beras, dan juga susu, tak lupa ia mampir ke gramedia terdekat untuk membeli buku cerita dan beberapa novel, juga beberapa buku pelajaran dasar.
Ia berjalan dengan beberapa tas belanjaan yang ia tenteng di tangan kirinya. Di jalan ia tak sengaja bertemu anak laki-laki kecil, pakaiannya lusuh, rambutnya tak tertata, kulitnya gelap terbakar matahari. Disana ia duduk sembari mengusap keringatbyang bercucuran karena matahari yang cukup terik, ditemani gitar kecil ditangannya. Ara menghampirinya dan menyapanya.
"Hai, nama kamu siapa? Nama kakak Raina Kinan, kamu boleh panggil kakak apa aja."
"Nama aku Rendi kak, boleh Rendi panggil kakak dengan panggilan "Kak Kinan?" Dengan senang hati Ara menganggukkan kepalanya antusias.
"Rendi kelas berapa? Gak sekolah? Ini kakak punya ice cream sama roti buat kamu." Rendi pun menerimanya dengan senang hati.
"Rendi harusnya sekarang kelas 3 SD kak, tapi karena bapak Rendi beberapa bulan yang lalu meninggal karena kecelakaan, dan ibu juga sudah meninggal satu tahun yang lalu saat melahirkan adik terakhir Rendi, jadi Rendi memutuskan untuk tidak melanjutkan bersekolah dan memilih mengamen untuk membelikan susu untuk adik di rumah. Kalau Rendi bersekolah, adik tidak akan bisa makan dan minum susu kak. Jadi Rendi yang mencari nafkah untuk adik-adik Rendi." ucap Rendi pelan sembari menatap langit dengan nanar.
"Maaf kakak membuat kamu sedih ya, tapi kalau kamu mau apa kamu bisa ikut sama kakak sekarang?"
"Kemana kak?"
"Ikut saja dulu, semoga nanti kamu suka tempatnya, yuk keburu sore." Rendi pun mengangguk dan berjalan digandeng oleh Ara.
Tak lama, mereka pun tiba di tempat yang Ara maksud.
"Kak Kinaaaaaannnnnn. Kakak kemana aja lesa kangen sama kakak." teriakan anak kecil yang berlari ke pelukan Ara itu pun menyadarkan semua orang jika Ara datang.
"Resa, maaf ya kakak akhir akhir ini banyak tugas, makanya kakak gabisa datang kesini. Kenalin ini Rendi, keluarga baru kamu."
Disinilah Ara sekarang, di rumah singgah miliknya, berisi banyak anak anak jalanan yang kurang beruntung ia bawa kesini, untuk mendapat pendidikan dan kehidupan yang layak.
"Rendi jika kamu berkenan, kamu bisa ajak adik-adikmu kesini, dan kamu bisa melanjutkan sekolah, besok kakak bisa menjemputmu dan adikmu sekalian." Rendi yang mendengar itupun memeluk erat.
"Terimakasih banyak kak, Allah ada bersama kakak melindungi kakak, jadi Rendi pulang dulu kak, membereskan rumah dan mempersiapkan semua yang akan rendi dan adik adik bawa besok." Ara pun mengangguki pernyataan Rendi.
Setelah kepergian Rendi, Ara pun berjalan menghampiri semua anak anak didalam dan tak lupa memberikan apa yang sudah ia beli di supermarket tadi.
Bu Disa selaku pengurus tempat ini menghampiri Ara dan memeluknya. "Adik-adikmu sudah merindukanmu Kinan, setiap hari mereka menanyakan kapan kau akan datang kesini, terimakasih sayang sudah menyempatkan datang hari ini."
"ini sudah tugas Kinan bu, terimakasih juga ibu sudah mau mengurus adik-adik dengan baik. Ibu sehat-sehat ya, agar bisa selalu menjaga adik-adik" kata Ara yang diangguki oleh bu Disa.
Bu disa ini adalah ibu dari Resa, yang Ara temui di jalanan dengan kondisi menggigil karena demam tinggi, dimana saat itu adalah hujan deras dan cuaca di Jakarta cukup dingin kala itu.
Sejak saat itu Ara memutuskan untuk membuat rumah singgah ini. Untuk ditempati oleh mereka-mereka yang kurang beruntung. Untuk apa kita kaya punya uang berlimpah, ada segala-galanya, tetapi kita tidak tau apa itu arti berbagi, apa itu mengasihi sesama. Allah menitipkan sebagian rezeki mereka kepadamu untuk kau bagikan kepada mereka yang kurang beruntung, bukan untuk kau buang sia-sia.
•••
Hari sudah malam dan ara pun berpamitan untuk pulang, karena dirinya besok masih bersekolah.Dijalan dekat rumah singgah Ara tak sengaja bertemu dengan Aksa.
"Loh darimana Sa?"
"Yuk gue anter pulang" titah Aksa yang diangguki oleh Ara.
Aksa pun mengantarkan ara hingga kerumahnya dengan selamat.
"Thankyou sa, hati hati ya." Ara pun melambaikan tangannya saat Aksa memacu motornya.
•tbc•
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Rasa
Teen FictionSetiap pertemuan, perpisahan, perkenalan, perpindahan, ataupun penolakan memiliki rasanya sendiri, entah rasa kecewa, rasa marah, rasa senang, rasa bahagia, semua hal memiliki rasa, baik itu menyenangkan atau menyakitkan. seperti halnya rara banyak...