Chap 1.

292 17 1
                                    

Dalam gelapnya malam, bulan seakan memandang keberadaanku dari kejauhan. Aku hanya terkejar, kakiku berlari seakan marah pada situasi sekarang. Ketakutan melandaku, dan semua bulu kudukku merinding, ketika berkali-kali batinku terus mengatakan,

'Akashi'

Ia yang terkenal akan iblis, yang akan selalu menemani bulan merah dibeberapa saat sebelum bulan itu tenggelam. Namun selama semalaman, ia akan terus menikmati acaranya. Para manusia yang berlarian, ketika mengingat namanya.

Ia akan membunuhmu, jika kau tidak segera pindah dari satu tempat selama satu menit.

Acara festival malamnya, yang terkenal di seluruh desa.

Bulan merah akan muncul tanpa di duga-duga, maka dari itulah cerita ini tidak bisa hanya sekedar menjadi dongeng. Namun ini sudah jadi peringatan wajib bagi anak-anak yang baru mengetahui, betapa kejam kehidupan di tanah kelahirannya.

Dari waktu ke waktu, orang-orang di semua usia, hanya akan mengadakan satu lomba wajib dan akan langsung diberikan hadiah juga sampai dijuluki sebagai salah satu pahlawan.

Lomba lari.

Hanya karena lari, orang tersebut akan diberi pekerjaan yaitu untuk melindungi kepala desa saat festival bulan merah tiba.

Namun,

Akashi, lebih tahu hal itu.

"Rupanya kalian, mengadakan acara bodoh seperti itu?"

"Yang kuperingatkan ke kalian adalah lari, lari dan lari, pernahkah aku bicara, kalau ada konsep melindungi?"

Tangannya yang ternodai banyak darah, tiba-tiba melepaskan sebuah kepala ke bawah tanah.

Aku berhenti beberapa meter di dekatnya dan bisa melihat dengan jelas, kepala siapa yang ia jatuhkan tadi.

Namun wajahnya, hanya tertimpa tanah. Telingaku bisa mendengar retakannya, hidung dan tulang lain diwajahnya mungkin patah. Wajahnya juga kemungkinan besar tidak dapat dikenali karena banyaknya darah yang muncul dari wajahnya.

"Aku tidak menjatuhkan nya dengan benar.."

"Lagipula, aku tidak suka aromanya"

"Aku tidak perduli"

Mata iblis itu tajam, rambut dan matanya berwarna merah darah. Kalau dia bukan seorang pemangsa, wajahnya mungkin tampan untuk ukuran manusia.

Tidak ada yang bisa dilakukan tubuhku, kecuali melihat wajahnya. Kakiku sudah terlalu lelah untuk lari dan tubuhku hanya mengigil hebat karena kehadiran iblis itu di dekatku.

"Kau sudah lelah?"

"Hah..hah...hah..."

Tidak ada yang dapat keluar dari bibirku, kecuali helaan nafas yang tertahan, detak jantung yang cukup keras terdengar, dan hawa dingin yang saat ini kuat sekali kurasakan.

Akashi, ia tersenyum ketika melihatku dalam keadaan seperti itu. Ia berjalan dengan perlahan kearahku, dentuman sandal kayunya juga gesekan yukata merahnya bergema di gendang telingaku. Semua suara itu bagaikan berjalan tepat di daun telinga.

Sungguh membuat tubuhku tidak berdaya. Aku terlalu takut menghadapi nya, atau terlalu sakit untuk berlari lagi.

Akashi, senyumnya hilang, ia tiba-tiba saja sudah berada tepat dihadapanku. Kakiku hanya bisa terkulai lemas dan aku terjatuh di hadapannya.

Sekuat itulah keberadaan di dekatku, tubuhku hanya bisa pasrah jika dia memang ingin membunuhku.

Sebelum itu, aku hanya bisa merasakan..

When The RedMoon Comes to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang