"Hatchiiih!!"Jika dihitung, mungkin ini sudah ratusan kali Jinhyuk bersin dari semalam sampai pagi ini, pilek dan flunya semakin parah.
Dahi lebarnya tertutup plaster penurun panas, suaranya sudah serak luar biasa ditambah tenggorokannya yang sakit, belum lagi mulutnya yang terus terbuka karena sudah lelah bernafas melalui hidung.
Tubuh tinggi menjulannyanya kini terbaring dibalik selimut yang hangat. Pagi yang seharusnya sedikit sibuk karena harus bersiap pergi bekerja, hari ini diisi dengan rengekan Jinhyuk yang kesakitan. Iya, Jinhyuk yang sedang sakit sangat berisik dan manja, hingga semua perhatian harus tertuju padanya.
Jadilah sang anak dititipkan pada orang tua Wooseok sejak kemarin sore. Sebenarnya Wooseok merasa ga enak, tetapi apa boleh buat, dari pada nanti Jinwoo malah tidak terurus karena berfokus ke Jinhyuk.
"Hyuk, bangun dulu.." panggil Wooseok dengan halus, telapak tangannya menyentuh permukaan wajah sang suami untuk mengecek suhu tubuh, dan ternyata sudah lebih mendingan dari pada semalam.
Jinhyuk hanya menggeram dengan lirih, mata sayunya terbuka setengah dan melirik ke Wooseok yang sedang tersenyum kearahnya, otomatis ayah anak satu itu ikut tersenyun, walaupun tipis.
"Ayo, makan dulu. Habis itu minum obat, biar cepet sembuh."
"Jinwoo dimana?" Jinhyuk malah bertanya dengan suara serak.
"Masih di rumah ibu, nanti sore kayanya baru diantar pulang." kata Wooseok sembari membantu Jinhyuk duduk bersandar di kepala ranjang.
"Tunggu, aku ambil makanannya dulu." ia pun pergi ke dapur, mengambil nampan berisi makanan khas orang sakit yang Wooseok buat sendiri.
Saat kembali ke kamar, ternyata suaminya kembali terpejam dengan posisi yang sama, bersandar di kepala ranjang. Dengan hati-hati Wooseok meletakan meja lipat kecil di depan tubuh Jinhyuk yang terduduk, lalu meletakan makanannya.
"Jinhyuk, ayo makan. Mau aku suapin?" tawar Wooseok. Langsung saja Jinhyuk mengangguk dengan mata yang masih terpejam.
Tidak mungkin ia menolak tawaran yang jarang dilontarkan saat ia sehat. Yang ada malah omelan yang Jinhyuk dapat.
"Kamu tambahin sayur ya, di buburnya?" tanya Jinhyuk setelah melahap satu suapan dari sang istri.
"Iya." jawab Wooseok santai.
Ia tau, pasti sang suami akan merengek lagi, pria anak satu itu memang tidak suka sayur, ia lebih suka susu dan makanan manis juga pedas. Oleh sebab itu badannya tinggi menjulang, tapi dagingnya sedikit.
"Kenapa? Kamu kan tau aku ga suka sayur, kenapa di campur~~?" Jinhyuk merengek, bibirnya ia cerucutkan dan pipinya menggembung. Ingin sekali Wooseok tarik bibir itu, untung saja sang suami sedang sakit.
"Kamu udah sakit banyak protes ya? Pantes aja gampang sakit, makan sayur aja ga mau. Gimana kalau Jinwoo liat papanya ga mau makan sayur, kalau diikutin nanti dia bisa kaya kamu, gampang sakit."
Jinhyuk langsung diam, bibirnya yang tadinya mengerucut, perlahan ia gigit. Wooseok yang berbicara dengan nada halus kalau sedang kesal lebih menakutkan dari pada Wooseok yang mengomel dengan suara keras dan sinis.
"Aaa~~" Jinhyuk membuka mulutnya, minta kembali disuapi. Dengan senang hati Wooseok turuti, hingga tak terasa makanannya sudah habis.
"Nah, kalau gini kan enak. Lain kali ga usah aku marahin baru mau makan sayur. Biar kamunya juga ga gampang sakit dan Jinwoo juga semangat makan sayur. Sekarang minum obatnya."
Jinhyuk hanya mengangguk seperti anak kecil, ia mengambil beberapa obat yang Wooseok berikan dan langsung meminumnya.
"Sayang, boleh minta tolong ambilin laptop aku?"
"Mau ngapain? Kamu kan masih sakit, ga usah kerja dulu, nanti lama sembuhnya." Kata Wooseok.
"Aku cuma mau cek file aja kok takutnya ada yang ngirim berkas tapi aku engga tau." Jinhyuk memohon dengan mencoba tatapan meong milik Wooseok. Tapi gagal.
"Engga. Sembuh dulu baru kerja lagi. Nanti kalau sakitnya makin parah, kamu bakal lebih lama ijinnya, makin banyak tugasnya. Makin lama juga Jinwoo di titipinnya, ga enak sama ibu."
Lagi-lagi Jinhyuk diam, tidak bisa menyangkal karena yang sang istri bilang ada benarnya.
"Mau kemana?" sergah Jinhyuk saat melihat Wooseok menjauhi kasur.
"Mau naruh ini." kata Wooseok sambil mengangkat nampan makan.
"Jangan tinggalin aku~"
Wooseok menghela napas, Jinhyuk yang manja kembali lagi dan Wooseok harus sabar.
"Tapi aku harus beres-beres rumah, sayang." Wooseok berkata dengan lembut sembari tersenyum, tapi malah dibalas manyun oleh Jinhyuk.
"Aku ga bisa tidur, mau di kelonin~"
Wooseok menengok kearah jam yang ada di kamarnya, lalu kembali mendekati Jinhyuk, sebelumnya ia menaruh nampan makanan ke meja yang ada di kamar dan ikut masuk kedalam selimut yang sama dengan Jinhyuk.
Dengan perlahan Jinhyuk merapatkan tubuhnya kearah Wooseok, kepalanyapun langsung mendusel ke dada Wooseok. Sang istri tidak menolak, malah memeluk kepala sang suami dan mengelus pucuk rambutnya. Sudah lama sekali rasanya mereka tidak seperti itu, biasanya Jinhyuk hanya bisa melihat Jinwoo yang seperti itu pada sang istri.
Wooseok terbangun dari tidurnya dan langsung menoleh kearah jam dinding, Wooseok terkejut karena sudah jam tiga sore. Padahal niatnya hanya menemani Jinhyuk tidur sebentar, lalu melanjutkan membereskan rumah. Tapi rencananya malah melenceng jauh.
Wooseok memeriksa suhu tubuh sang suami yang masih ada di pelukannya, dan perlahan beranjak dari kasur, berniat memasak makanan karena ia dan Jinhyuk melewatkan makan siangnya.
Saat sampai dapur lengkingan suara Jinwoo menyambut kedatangan Wooseok dan langsung menerjang kaki jenjang Wooseok.
"Mamaaa!!"
"Sshhh.. Jangan berisik dek, papa lagi bobo." peringat Wooseok sembari jari telunjutnya menempel di bibir tipisnya. Otomatis Jinwoo mengikuti dengan membekap mulutnya dengan tangan kecilnya.
"Papa, emana ma?" tanya Jinwoo dengan suara lirih.
Wooseok tertawa pelan, lucu sekali anakanya ini. "Papa ada di kamar, lagi sakit. Nanti Jinu main sama mama dulu, ya. Jangan ganggu papa, biar cepet sembuh."
"Alo cepet embuh, enapa ma?"
"Kalau cepet sembuh, nanti papa bisa main sama Jinu lagi."
"ooh~~" bibir kecilnya membulat lucu. Hh.. Semua yang Jinwoo lakukan selalu tampak lucu, bukan?
"Loh, udah bangun nak?"
"Ah, ibuu. Maaf merepotkan." Wooseok mendekati sang ibu dan memeluknya.
"Ga masalah. Jinwoo anak yang baik, ibu ga merasa kerepotan."
"Ga kerepotan gimana? Aku nitipin Jinu, terus ibu masakin kita dan.. Ibu juga ngeberesin rumah?!" Wooseok tambah terkejut saat melihat sekeliling rumah, tampak sudah bersih dan rapih. Dan pelakunya pasti sang ibu, karena tidak mungkin peri-peri yang membereskan, seperti di film-film kartun anak.
"Apa sih. Lagian rumah ga terlalu berantakan ibu cuma menyedot debu dan sedikit nyuci piring. Sama sekali ga merasa ngerepotin." kata ibu Wooseok, "Udah, mending makan dulu. Oh? Jinhyuk, kamu udah mendingan, nak?"