Harap tinggalkan jejak!!! Vote dan comment mempunyai arti tersendiri bagi para penulis👌
Happy reading🍂
***
Pagi menuju siang yang sibuk. Ruang rapat dari perusahaan (Namakamu) terpenuhi oleh anggota direksi yang tengah melakukan pertemuan awal tahun.
Pusat dari deretan orang orang berdasi itu adalah sosok (Namakamu) yang menjadi pemimpin rapat kali ini. Sedangkan Ayahnya terlihat menyimak dan hanya memantau bagaimana kepemimpinan itu berada pada tangan (Namakamu). Iqbaal juga berada disana.
"Apa anda setuju dengan proyek departement store Australia?"
"Apa keuntungannya proyek disana? Aku tidak suka membuang uang!"
(Namakamu) sangat rewel. Ia terlalu selektif sehingga membuat para anggota direksi terlihat berdumel.
"Anda belum melihat lokasinya, bukan?"
Salah satu direksi disana mengusulkan. Proyek di Australia tidak begitu buruk.
Iqbaal melihat tenang (Namakamu), melihat bagaimana kinerja dari wanita itu yang beradu argumen. (Namakamu) terlihat dingin seolah tak peduli, dan detik berikutnya ia menutup rapat secara sepihak dengan keputusan final. Proyek Australia tidak masuk kedalam list.
"Besok kita bertemu disini kembali. Buat catatan daftar real estate yang baru!"
***
"Bisakah Ayah bicara sebentar denganmu?"
(Namakamu) memandang Ayahnya datar. Ia mengangguk kecil dan mengikuti langkah Kevin ke dalam ruangannya. Pria itu memandang sendu putrinya.
"Ayah minta maaf-"
"Tidak ada yang perlu dimaafkan."
Dingin. (Namakamu) tidak pernah berbicara sebeku itu kepada ayahnya. Tapi kali ini, ia merasa begitu kecewa.
"Ayah menyayangimu."
(Namakamu) menghela nafas. Ia berjalan keluar tanpa pamit, dan tepat setelah ia menghilang dibalik pintu, (Namakamu) menekankan kata-kata pelan.
"Aku juga menyayangi ayah."
***
"Nyonya direktur!"
Iqbaal menghadang langkah (Namakamu) yang baru keluar dari ruangan Ayahnya. Wanita itu terlihat dalam mood buruk sepertinya. Wajahnya beku dengan pandangan tak ingin diganggu.
"Aku ingin bicara empat mata denganmu!"
***
Iqbaal menyesep kopi dalam diam. Ada apa dengan (Namakamu), kenapa dia tiba-tiba setenang ini. Tak ada pembicaraan, hanya diam dengan membuang muka sembari melamun. Seolah (Namakamu) sedang meredakan amarahnya.
"Apa kau sungguh belum melihat proyek Australia?"
Seujujurnya Iqbaal sedikit aneh saja atas bahasan rapat kali ini. Bukankah (Namakamu) tiga hari yang lalu pergi ke Australia untuk melihat proyek.
Iqbaal pikir perusahaan (Namakamu) sudah melakukan pekerjaannya karena (Namakamu) repot-repot kesana. Namun ini terlihat mengejutkan, ternyata proyek itu masih dalam pertimbangan.
"Hhh.. Apa maksudmu, Baal."
Iqbaal menaikan sebelah alisnya. Berarti (Namakamu) sama sekali tidak pernah ke Australia?
"Ah, apa kau menguntitku waktu itu, (Namakamu)?"
(Namakamu) melirik ragu Iqbaal. Laki-laki itu memandangnya tajam seolah menyelidiki bahwa mobil sport yang lewat didepan rumah Amanda adalah milik (Namakamu).
"Apa yang kau bicarakan? Aku memang pergi ke Australia untuk melihat lokasinya."
"Hmm, itu bukan tipemu, nyonya."
(Namakamu) menarik nafas dan berakhir membuang muka kearah lain. Iqbaal ternyata mengetahuinya.
"Sebenarnya, apa rencanamu, ha?"
"Rencana apa?"
(Namakamu) heran. Sebenarnya ia tidak mempunyai rencana apapun yang berurusan dengan Amanda. Ia terlalu malas dan muak melihat gadis itu.
***
Iqbaal duduk di kursi kuasanya. Setelah pulang dari perusahaan (Namakamu) pikirannya masih saja tertuju pada (Namakamu).
"Baal ada apa? Apa ada masalah?"
Aldy Manager umum di kantornya sekaligus sahabat baiknya terlihat aneh mendapati Iqbaal.
"Apakah (Namakamu) mencabut saham dari perusahaan kita lagi?"
Aldy sedikit cemas. Pasalnya istri dari seorang Iqbaal itu tidak bisa ditebak pikirannya. Otak atik bisnisnya cukup membuat jantung kolaps.
"Tidak. Aku hanya sedikit tidak enak badan."
Aldy menghela nafas lega. Setidaknya perusahaan mereka aman.
"Atau apakah ini masalah dengan kekasihmu itu?"
Iqbaal melirik Aldy dengan garang. Suara berisik dari sahabatnya itu membuat Iqbaal semakin pusing. Sontak Aldy langsung mengatupkan mulutnya takut. Bisa mati dia bila terus berkicau bak burung pipit.
"Dy, bisakah kau saja yang menghadiri rapat direksi lagi dengan perusahaan (Namakamu)?"
Aldy mendelik seolah ia sedikit menimang. Rapat direksi di perusahaan itu memiliki aura berbeda dengan rapat lainnya. Apalagi kalau ada (Namakamu), seperti menghadiri sidang kematian, asal kau tahu.
"Aku besok ada dinas luar ke Bandung, Tuan Iqbaal."
Iqbaal menghela nafas.
"Memangnya ada apa? Bukannya (Namakamu) adalah istrimu dan tuan Kevin adalah mertuamu. Itu sangat bagus kan?"
Iqbaal terdiam. Ia kemudian berdiri dan berjalan mendekati tembok transparan ruangannya, melihat pemandangan luar dengan pikiran yang tidak jelas.
"Apakah wanita seperti (Namakamu) mampu membunuh seseorang?"
"What?!"
Aldy shock. Apa sebenarnya yang dibicarakan Iqbaal.
"Apa yang kau bicarakan Baal, itu tidak mungkin. Tapi-"
Aldy sedikit menahan bicaranya. Ia tidak mungkin berbivara blak-blakkan membicarakan hal jelek didepan suami (Namakamu) kan.
"Apa?"
Iqbaal membalikan badannya menghadap Aldy. "Ayo, katakan saja."
"Perusahaan istrimu begitu berkuasa." Jeda Aldy. "Dilain sifat (Namakamu), itu tidak menutup kemungkinan. Tapi setelah dipikir-pikir kembali, (Namakamu) tidak akan sampai seperti itu. Dia wanita cantik meskipun sifatnya yang arogan. Well, dia juga seorang wanita. Bagaimana sifat wanita yang lembut dan-"
"Cukup! Apa yang sebenarnya ingin kau katakan, ha?"
Iqbaal menggeram dengan tatapan setajam elang memandang sosok yang tersenyum konyol di hadapannya.
Sialan sekali Aldy ini.
***
TBC
JANGAN LUPA KLIK BINTANG DI BAWAH,SERTAI KOMENTAR!
@Ibaybaale
KAMU SEDANG MEMBACA
Love of my Life-IDR [COMPLETED]✅
Teen Fiction[COMPLETED] "Semua ini keajaiban, dan kuharap ada keajaiban kau mencintaiku juga." Iqbaal terdiam. (Namakamu) memang benar-benar sosok menyebalkan yang masuk kedalam kehidupannya. .... Kisah (namakamu) yang menjadi seorang istri dari Iqbaal, tetapi...