Kedatangan Tamu

13 0 0
                                    


Pertemuan besar yang dilakukan kaum demigod bersama Macbeth tadi siang membuat Millenix bertanya-tanya. Ia duduk memandang keluar dari balik kaca jendela kamarnya sambil memikirkan kembali apa yang telah dikatakan Macbeth pada mereka.
Macbeth memberikan peringatan untuk seluruh demigod, terutama para pendamping peserta

kompetisi bahwa kemungkinan besar pihak dewa di tahta Olympus telah menyadari keberadaan keturunan mereka. Jika Zeus mengetahui ada banyak kaum demigod yang masih hidup, ia akan memusnahkan seluruh demigod yang ada untuk kerahasiaan eksistensi para dewa.

Bukan ketakutan yang dialami Millenix. Ia tidak mempersoalkan apakah Zeus akan membunuhnya kalau penguasa tahta Olympus tersebut akhirnya menemukan keberadaan kaumnya. Namun, yang saat ini sedang dipikirkannya adalah bagaimana agar ibunya selamat dan tidak dijatuhi kutukan telah melanggar peraturan di Olympus.

Millenix kembali membuka buku yang dipinjamnya dari Isméne. Ia mengamati halaman tentang kutukan yang akan diberikan Zeus jika ada yang melanggar peraturan di sana. Tetapi belum sampai di halaman selanjutnya, tiba-tiba ia merasakan kantuk yang luar bisa. Millenix menutup kembali buku tersebut dan membenahkan posisi di tempat tidurnya. Ketika ia sudah bersiap untuk tidur, terdengarlah sayup-sayup suara yang memanggil nama kecilnya berkali-kali.

Euphoria... Euphoria... Euphoria...
Millenix membuka matanya. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan mengedarkan pandangan. Tidak ditemukan sesuatu mencurigakan di kamarnya. Ia menganggap bisikan tadi sekedar delusinya. Maka, ia kembali membenakan bantalnya dan segera tidur. Tak butuh waktu lama ia sudah terlelap dalam mimpinya.

## Helveder ##

Latihan hari selanjutnya terasa hambar. Alex tidak bersemangat ketika diajak Alexa untuk saling menyerang. Ia bahkan membiarkan adiknya menang beberapa kali. Menyadari sikap kembarannya yang tidak biasa, Alexa mendekatinya sekedar menanyakan apa yang telah membuat Alex tidak bersemangat hari ini.

"Tidak biasanya kau seperti ini." Alexa mengamati wajah Alex. Ia menemukan beberapa kesamaan pada wajah Alex. Dan, ekspresi sendu tampak terlihat di wajah kembarannya itu. "Kau salah makan?"

Alex melempar kerikil di depannya. Ia tidak membalas pandangan Alexa. "Suasana hatiku buruk, Lexa. Diamlah."

Mendengar jawaban Alex, bukannya simpatik Alexa justru tertawa. Alex menoleh ke samping kanannya dan memukul kepala Alexa sehingga gadis itu terpekik cukup keras.

"Rileks, Bro. Coba katakan padaku apa yang terjadi padamu." Alexa menyikut saudaranya.

Alex kembali melempar kerikil di depannya. "Ini urusan anak cowok."

"Dia patah hati, Lexa..." Tiba-tiba Magnus menyambar seperti petir ketika melenggang melewati si kembar McWright. Hugo yang berjalan di sebelahnya terbahak keras.

Alex melemparkan tatapan tidak main-mainnya. Namun, si kembar Flegon hanya saling memberikan high five mengacuhkan ekspresi Alex yang seperti dibakar hidup-hidup.

"Hah? Kakakku patah hati?" Kali ini Alexa mengeraskan tawanya. Ia bahkan menahan perutnya. "Patah hati gara-gara siapa? McPhee?" Tawa keras kembali terdengar. "Sejak kapan kau patah hati, Alex?? Bahkan kau yang sering membuat gadis-gadis patah hati. Hati-hati kau bisa terkena stress cardiomyopathy." Alexa tidak dapat meredam suara tawanya yang menggelegar. Ia bahkan tidak bisa berhenti dan memegangi perutnya geli.

Alex tidak membalas. Ia hanya mendengus tanpa memberikan pukulan atau cubitan seperti yang sering dilakukannya kalau Alexa mulai mencemoohnya. Melihat perubahan ekspresi Alex, Alexa menghentikan tawanya. Ia sadar ada yang tidak beres dengan kakaknya. Selama ini ia tidak pernah menemukan Alex sesendu itu.

HelvederTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang