A;A52-Kenangan Tertinggal

3K 281 72
                                    

WOOHOOO LUAR BIASA KOMEN  PART KEMAREN HAHAHA

Nah yang kayak gitu yang aku mau :v Hayuk bisa rame lagi gak, kalo bisa lanjut cepet lagi :))

LAYAKNYA keong yang berbaris, mobil Askar bergerak lambat. Jalanan dipadati oleh mobil yang berjejer rapat. Sepertinya Jakarta jika diakhir pekan selalu menjadi biang kemacetan. Dan ini situasi yang paling Askar benci. Apalagi sinar terik di luar menambah daftar kepalanya yang terasa pening.

"Mukanya gak usah ditekuk gitu dong."

Askar menengok malas pada sang mama yang duduk di sebelah. Karena wanita tersayangnya itu dia harus berurusan dengan hal ini.

"Ini karena Mama, kalo aja Mama gak nyuruh Askar jemput Mama tadi, mungkin sekarang Askar lagi latihan band sama Valdi."

Diana justru tertawa. "Kalo gak nyuruh kamu, Mama nyuruh siapa lagi."

Askar mendengkus. "Tapi Mama tau, Askar gak suka ketemu temen-temen arisan sosialita Mama. Mereka nyubit-nyubitin Askar, apalagi kalo yang bawa anak. Anaknya disodor-sodorin ke Askar, padahal anaknya masih SMP."

Dan selalu saja respon mamanya tertawa mendengar curhatannya itu. "Anak Mama kan ganteng, wajar kalo temen-temen Mama jadi ganas gitu." Askar memutar mata malas. "Tapi, emang gak ada anak temen Mama yang kamu taksir? Kan ada tuh yang beberapa seumuran kamu."

"Ma, pliss ..." Nada Askar lelah. Mamanya lagi-lagi tertawa. "Tapi ... boleh juga kalo anaknya Tante Velin."

Tawa mamanya sontak berhenti.

"Maksud kamu Avisha?" Mamanya tampak kaget. "Kamu suka sama Avisha? Anaknya Velin?"

Askar tak mengatakan apapun. Tapi, dari senyumya yang melebar tentu bisa disimpulkan.

"Ini gak ada hubungannya karena dia mirip ..."

"Gak!"

Diana terdiam. Lama. "Atau ini ... ada hubungannya dengan Arven?"

Tak butuh sedetik untuk melihat wajah Askar yang mengeruh.

"Askar, mereka keliatan deket, kamu gak berniat ..."

"Kenapa Mama selalu nethink ke Askar? Ini emang murni keinginan Askar gak ada sangkut pautnya sama anak itu."

Diana menghela napas panjang. "Mama gak bermaksud berpikirin buruk tentang kamu, Mama cuma gak mau kalian berdua kembali bertengkar." Diamnya Askar sekarang seolah membenarkan, lagipula apapun niatnya itu, cuma dia yang tahu bukan?

"Buat apa Mama beli orange cake?" Askar baru sadar saat menengok ke kursi belakang. Perhitungan juga untuk mengalihkan topik. "Mama tau Askar gak suka kue itu."

"Kita mampir ke apartnya Arven sebentar ya."

Sepertinya memang api di diri Askar selalu Arven menjadi pemicu. Mendengar namanya saja dia merasa terbakar emosi.

"Mama kangen sama dia, dan juga orange cake itu buat dia."

"Buang-buang waktu, Askar mau langsung ke studio ..."

"Sebentar aja Askar, setelah mengantar Mama, kamu juga langsung pergi gak pa-pa."

Dari segalanya yang paling Askar tidak suka adalah bagaimana melihat perhatian berlebih yang diberikan mamanya pada anak pembawa sial itu.

"Mau sampai kapan Mama ngasih perhatian ke dia?" tanya Askar dan rasanya dia ingin menabrak mobil di depannya yang begitu lambat bergerak. "Dia sumber masalah."

|3| AfraidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang