Bab 12 Bagian 1

10.9K 1.1K 9
                                    

Republish | 06/03/20

Alhamdulillah, setelah sebulan ngilang, Hara balik lagi ngelanjutin kisahnya Mbak Kissy. Semoga ke depannya kerajingan update cerita ini biar lekas ending. Soalnya sudah ada naskah lain yang tereak minta ditulis. Satu lagi naskah duet sama penulis lain. Uwuwuwu~

Happy reading, Dears! ^^

Bijaklah dalam membaca. Kalau ada kata-kata yang dalam tanda kutip, silakan tekan tombol keluar.

Anak di bawah umur dilarang baca cerita ini. Beberapa ada istilah, kata, atau tindakan yang butuh usia bijak.

--------------------

Abrisam sama sekali bukan tandingan Kissy. Perlawanan Kissy sia-sia belaka dan hanya menguras tenaga. Lihat saja, pria itu dengan mudah mengempaskan Kissy di samping jok kemudi. Namun, Kissy tak habis pikir dengan tingkah Abrisam. Pria itu menyelimuti Kissy dengan tuxedonya sebelum mengencangkan seatbelt.

"Sudah bisa diam?" Abrisam memutar setir mobilnya dengan lihai sembari melirik Kissy yang mendadak diam. "Lain kali, dengarkan jika seseorang memberimu nasihat baik. Biasanya, aku bukan orang yang cukup sabar ketika menghadapi seseorang yang tidak mau mendengarkan nasihat. Kamu beruntung kali ini, Kissy."

"Bertemu dengan orang gila sepertimu mana ada yang namanya beruntung!" gerutu Kissy sebal. Dia tak ingin menanggapi Abrisam lebih jauh dengan memalingkan wajah ke samping kiri.

“Kalau begitu, dengarkan orang gila ini bicara sekarang!” Abrisam membantah tak kalah keras dan tegas.

Kissy tak menjawab, tetapi juga tak mau memedulikan apa yang akan Abrisam katakan. Dia lebih memilih diam bak patung dan menonaktifkan indera pendengarannya. Kissy benar-benar muak dengan pria yang bernama Abrisam.

“Aku simpulkan kalau kamu mau mendengarku.” Abrisam menoleh sekilas sebelum mengarahkan kembali pandangannya ke jalanan.

“Dengar Kissy, wanita itu dipandang dan dinilai dari dua hal. Pertama, dari penampilannya. Jangan menjadi naif dengan mengatakan bahwa pasti ada seseorang yang akan mengutamakan hatimu daripada penampilanmu. Itu sebuah ke-bullshit-an nyata! So, penilaian seperti apa yang ingin kamu tuai dari banyak orang dengan berpenampilan tak senonoh seperti itu? Aku bahkan yakin kalau kamu hanya mengenakan g-string atau thong tanpa bra di balik gaun itu!” lanjutnya.

Sontak kedua mata Kissy membelalak mendengar celotehan Abrisam yang terdengar santai, tetapi sinis. Kissy memalingkan wajah mengarah pada pria yang tengah sibuk mengemudi itu. Hidung Kissy kembang kempis menahan amarah yang sudah memuncak. Jari telunjuk kanannya teracung untuk memberi peringatan bahwa Abrisam sudah melewati batas.

“Tidak perlu membantah apa yang aku ucapkan. Aku mengatakan hal itu agar kamu sadar apa yang ada dalam pikiran para pria ketika melihatmu. Perlu kamu tahu, saat ini aku pun melakukan apa yang kamu lakukan saat pertama kali kita bertemu. Kamu menilaiku buruk hanya dari penampilanku, bukan?”

Bungkam. Kissy memilih bungkam setelah beberapa saat melongo atas apa yang Abrisam katakan. Dia mendengus keras sembari kembali memalingkan wajah. Kissy akui bahwa apa yang Abrisam katakan adalah benar. Namun, tak seharusnya pria itu mengatakannya segamblang itu. Apa pria itu lupa kalau Kissy adalah seorang wanita yang punya perasaan?

Mata Kissy berkaca-kaca. Pikirannya menerawang, membawanya kembali pada masa ketika dia terpuruk. Jatuh sejatuh-jatuhnya dan merasa hina dalam kubangan lumpur yang kotor. Semua kalimat yang Abrisam lontarkan bak menamparnya untuk kedua kali. Kissy pernah mendengar kalimat serupa, dulu.

“Dasar jalang! Hanya dengan bermodalkan g-sting, thong, dan lingerie tanpa bra, kau langsung terlihat lebih menggoda di mata pria. Apakah pakaian-pakaian menggoda itu lebih mahal dari harga diri yang kau punya?”

Tanpa Kissy sadari, air matanya menetes tanpa bisa dicegah. Dia segera menghapusnya kasar agar tak terlihat lemah. Bukan, bukan karena Abrisam dia menangis. Dia hanya merasa kecil saat luka bernanah itu kembali dicongkel tanpa peringatan lebih dulu. Padahal, selama ini Kissy sudah sekuat tenaga mengapus luka itu meskipun bekasnya tetap terasa. Namun, memang dasar sifat jalang sialan miliknya! Kissy tak menyangka bahwa keinginannya menjadi pusat perhatian dalam setiap pesta akan menjadikannya terlihat semakin jalang di mata pria.

“Maaf,” ucap Abrisam spontan. Dia merasa tak enak hati kala tanpa sengaja melihat Kissy bersikeras menyembunyikan tangisnya.

Tidak ada yang bicara lagi sepanjang perjalanan. Kissy tak menyahuti permintaan maa Abrisam sehingga pria itu tak tahu harus bersikap bagaimana. Jujur, Abrisam tak biasa menghadapi wanita menangis. Terakhir dia mengalaminya ketika kakak iparnya menangis tersedu akibat perselingkuhan yang dilakukan abangnya sendiri.

Mood yang terjun bebas, membuat Kissy tak menyadari jika mobil Abrisam sudah berada di pelataran butik wanita itu agak lama. Abrisam juga tak menyuruh Kissy turun. Dari tatapan kosong Kissy, Abrisam tahu bahwa jiwa Kissy tengah berkelana ke sebuah tempat atau ke sebuah kenangan yang  menyakitkan. Sejak dulu, Abrisam sudah akrab dengan tatapan nelangsa seperti tatapan yang Kissy layangkan saat ini.

“Masuklah! Lalu istirahat. Butikmu tidak akan beroperasi sebagaimana mestinya jika pemiliknya sakit,” tegur Abrisam untuk pertama kali setelah beberapa menit berlalu.

Kissy tersentak dan menggerakkan kepalanya untuk mengamati sekitar. Dia baru menyadari di mana dia berada sekarang. Dia lantas menyentuh pintu mobil hendak membukanya. Namun, gerakannya terhenti. Tanpa membalikkan badan atau sekadar melirik, dia sempat berkata, “Terima kasih. Dan tolong jangan berbicara sesantai itu dengan saya. Anda tidak mengenal saya, begitupun sebaliknya. Selamat malam.”

Abrisam mengernyit ketika mendengar perkataan Kissy yang terkesan dingin. Wanita itu kembali pada mode sebelumnya, berbicara formal layaknya orang asing. Abrisam tidak suka itu sehingga dia ikut keluar dan menghampiri Kissy dengan langkah lebar. Dia menyentak sebelah siku Kissy yang sedang berusaha membuka pintu butik.

Kissy hanya diam. Ekspresinya begitu tenang dan tak terbaca, membuat Abrisam semakin penasaran apa yang ada dalam pikiran Kissy saat ini. Akan tetapi, dia berusaha keras untuk tak lagi mencerca Kissy dengan berbagai pertanyaan. Dia tahu bahwa Kissy yang berada dalam hadapannya saat ini, bukanlah Kissy yang beradu argumen dengannya beberapa saat lalu. Ada selaput mendung dalam binar mata Kissy sejak ucapan sarkasme yang Abrisam lontarkan.

“Kita tidak bisa menjadi orang asing kembali setelah saling mengenal. Jika kamu ingin mengenalku lebih jauh, datanglah ke Historical Cafe besok siang. Dan harus kamu tahu, Kissy, kalau aku sudah mengenalmu jauh sebelum perkenalan kita sebelumnya. Karena itulah aku tidak mau orang-orang berpikiran buruk tentangmu. Maaf untuk kata-kataku malam ini,” ujar Abrisam.

Melihat tidak ada pergerakan berarti dari Kissy, Abrisam memberanikan diri untuk merengkuh wanita itu. Dia bahkan sudah kehilangan akal saat mendaratkan sebuah kecupan manis pada kening Kissy seolah-olah berusaha memberikan pengertian akan tindakan kasarnya malam ini. Abrisam bukanlah pria bar-bar yang tak memikirkan dampak dari apa yang dia lakukan. Namun, untuk malam ini saja, dia ingin menggilas habis akal sehatnya demi lebih dekat dengan wanita di depannya. Ya, wanita yang sudah lama mencuri seluruh perhatiannya.

Tbc

Please vote and comment! ^^

Big hug,
Vanilla Hara
01/10/19

COFFEE BREAK | ✔ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang