Judul : Candidate
Genre : Fanfiction (sub-genre : AU, humor)
Maincast :
- Mia Melody (OC)
- Do Kyungsoo from EXO
- Byun Baekhyun from EXO
- Kim Donghyuk aka Haechan from NCT
Nama Wattpad/username : MIMU__OPPA
"Kau belum menyelesaikan naskahmu?"
Aku menghela napas kasar mendengar pertanyaan itu sejak dua jam yang lalu, mengusik fokusku yang sedang berpikir keras di depan sebuah laptop hitam. Selain pusing memikirkan apa yang seharusnya aku kerjakan sekarang, si penanya tidak membantu sama sekali selain mondar-mandir di ruang tamu di mana aku duduk sambil sesekali melamun.
"Bisakah kau berhenti bertanya? Kalau tidak ingin membantu mencari uang, pergi dari hadapanku!" kataku sedikit meninggi, sedangkan yang dilakukannya hanya menjulurkan lidah hingga tanganku secara spontan mengambil dan melemparkan sebuah sendok ke padanya.
"Jorok! Itu sendok bekas kopimu!" teriaknya masuk ke dalam kamar sambil berlari kecil.
Aku mendecak, satu-satunya adik yang kumiliki ini bukan main menyebalkannya. Selain menumpang tinggal di tempatku, tak pernah sekalipun dia menunjukkan rasa terima kasih. Kerjanya mengganggu, mengganggu dan mengganggu saja.
"Haechan, si anak setan!" umpatku mengambil sendok tadi dan melemparnya asal ke westafel.
"Berarti kau juga setan~"
"DIAM!" teriakku sambil menendang pintu kamarnya yang tertutup rapat. Aku memekik tertahan sambil kembali duduk di karpet, menyimpan kedua tanganku di atas keyboard lalu seakan mati rasa karena tak bergerak untuk bekerja. Sialan!
Belum sampai di sana, aku bisa mendengar sebuah nyanyian dan musik yang diputar di kamar Haechan dengan cukup keras. What the f—, kenapa aku bisa sangat frustrasi hari ini? Selain otak yang tak jalan dengan baik, Haechan juga bertingkah seenaknya.
TOK! TOK!
"Apa lagi sekarang?!" tanyaku berjalan ke arah pintu, membukanya, lalu menemukan seseorang dengan ekspresi datar. Aku tidak yakin ada apa, sepertinya dia datang tidak dengan maksud yang baik-baik saja.
"Kalau kau lupa, ini bukanlah tempat di mana kau bisa bertingkah sesuka hati bahkan hanya untuk mengobrol atau memaki," jelasnya tanpa memberi salam kemudian mengetuk dinding di samping pintu tempat tinggalku, "dinding di sini tipis. Kumohon mengertilah bahwa kau tidak tinggal sendiri di kontrakan tua nan murah ini."
"Okay, then ... I'm so sorry about that," kataku malas dan hendak menutup pintu, tapi tangan tetanggaku yang bermata bulat ini menahannya.
Dia bilang, "Sebentar."