Chapter 6 Catastrophe

891 144 28
                                    

Randy memarkir motor di teras kos. Pohon mati berdiri di halaman kos, menantang matahari. Sudah beberapa kali dia dan penghuni kos lainnya bermaksud menebang pohon itu. Apa lacur rencana hanya tinggal rencana.

Randy membuka jaket denim hitamnya. Terkikik geli sendiri mengingat kejadian di kantin tadi. Pertemuan dengan Mika selalu menghibur.

Randy menoleh ke arah paperbag itu, ternyata Mika serius waktu bilang akan menggantinya. Randy mengeluarkan kemeja pilihan Mika, bahannya lembut dia mencoba kemeja itu. Bisa pas, ya? Kabur! Teriakan gadis itu membuat Randy tersenyum lagi, sumpah geli sampai sakit perut dia! Randy melepas kemeja itu dan menggantungnya di belakang pintu.

Randi membuka notebook dari dalam ransel, saran dari Tio yang menyuruhnya merumuskan masalah memang gila. Tapi dia melakukan hal itu. Entah teori mana yang dia gunakan kemarin. Dia melihat coretan pada kertas. Beberapa dia tuliskan di sana mulai dari mempertahankan IPK, dosen killer juga meningkatkan omset kafe.

Sekarang dia punya masalah tambahan baru.

Venus.

Randy, kamu terlalu banyak berpikir, padahal hidup itu simple. Begitu selalu dia ingat petuah Ayahnya.

Lalu Randy akan menjawab, Cogito ergo sum. Kekacauan di hatinya sekarang di dominasi Venus, padahal itu baru saja ditambahkan.

"Woman is disaster. Catastrophe!"

Pesan dari Tio. Ah, si Tio pasti baru menemukan kata 'Catasrophe' dalam perbendaharaan katanya yang minim. Sejauh ini Bapak Proklamator dan Tan Malaka yang jadi kiblat untuk kutipannya. Oh sejak dia mendaki Gunung bersama teman-teman PA fakultas mendadak dia memasukkan kutipan Soe Hok Gie dalam obrolan mereka, 'lebih baik diasingkan' jadi semboyannya.

Randy bersiap menuju Cafe Yellow untuk bekerja, Cafe Yellow merupakan ruko satu lantai yang disulap menjadi tempat nongkrong untuk ngobrol dan ngopi. Letaknya tak jauh dari kampus. Awalnya Randy hanya bekerja sebagai waiter dinsana untuk menambah uang saku, tapi karena tipikal Randy yang senang belajar dan dia menyerap cepat saat owner cafe meramu kopi untuk pelanggan. Owner cafe meminta Randy mengisi posisi barista, sesekali bergantian dengan pemilik cafe kalau dia ada kegiatan di kampus.

Randy memasukkan apron miliknya ke dalam ransel dan melarikan motornya ke cafe. Ada 5 orang yang bekerja di cafe itu tidak banyak, dia sebagai barista, 1 cook yang tidak berat tugasnya karena mereka hanya menjual makanan ringan sejenis pancake dan french fries , 2 orang waiter dan 1 orang kasir. Semuanya pria. Karena menurut owner cafe yg juga seorang pria biar lebih mudah untuk mengangkut barang-barang. Karyawan yang berstatus mahasiswa hanya Randy dan Angga, salah satu waiter.

Pelanggan cafe rata-rata merupakan pelanggan tetap, selain mahasiswa beberapa pegawai kantoran doyan nongkrong disana, karena kopinya enak. Randy kerap mengobrol dengan pelanggan, dia seorang yang supel dan menyenangkan sehingga tak jarang pelanggan cafe datang hanya untuk ngopi sambil berbincang dengan sang barista.

Randy memakai apronnya yang bewarna coklat tua, sudah banyak pesanan dari mahasiswa mahasiswi kelas malam untuk mengisi tumbler mereka.

Seseorang melambai dari teras cafe, selain bangku yang tertata apik di indoor, cafe yellow juga memiliki beberapa meja outdoor yang diteduhi oleh payung. Randy mengenalnya sebagai pelanggan tetap kali ini dia datang bersama pacarnya, mendadak Randy mengingat Mika lalu tersenyum geli, dia cantik tapi sangat lucu. Randy bukannya tidak pernah pacaran tapi ya dulu sebatas cinta-cinta remaja saat SMP dan SMA.

"Pesan 10 cup cappuccino ice." Waiter memberikan kertas order ke Randy. "Take away."

"Ok." Sahut Randy.

Cinta Dalam Sekoci (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang