Naray [2]

204 19 1
                                    

Setengah jam lebih Chanyeol berdiri dengan gadis yang bertindak seolah-olah dirinya benar-benar mati. Berlebihan. Menyebabkan kakinya keram dan ia tak bisa apapun kecuali berterima kasih pada tembok yang membuat bebannya tak seberat itu.

"Eungggh.."

"Cepat bangun."

"Kakiku mati rasa." Kaki kanannya yang membentur aspal. Baekhyun tak tahu bagaimana rupanya. Ia berusaha melihat ke bawah namun yang ia temukan bagian bawah tubuhnya dan lelaki itu menyatu. Seketika membuat tubuhnya menegang.

Ya Tuhan. Baekhyun jadi teringat lagi bagaimana rasanya ini. Ia membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba serak. Dirinya tak pernah mempunyai pengalaman skinship dengan laki-laki dan ini terasa lebih dari skinship. Ia menjadi kikuk. Matanya terlempar ke atas melihat Chanyeol dengan pelan dan saat ia bertemu kornea itu tangannya berusaha memberi jarak di antara dada mereka.

Keenakan sekali lelaki itu merasakan dadanya yang menempel.

"Akh.." Baekhyun kaget.

"Berhenti memegang dadaku." Dan posisinya dirinya memegang dada itu.

"Berlebihan sekali! Aku tidak me-memegangnya. Kau pikir aku perempuan apa?"

Dan Chanyeol benar-benar lelah untuk sekadar berdebat. Semua perempuan suka berdebat untuk membuktikan bahwa dirinya yang paling benar. Jadi jalan satu-satunya adalah diam.

"Bagaimana? Kau suka 'kan dengan keadaan kita sekarang. Ck, seharusnya aku tahu kau mempunyai maksud tertentu mengajakku bersembunyi di sini."

Chanyeol melihatnya tak mengerti. Tiba-tiba gadis itu jadi arogan. Seharusnya dialah yang harus berterima kasih. Kalau bukan karena Chanyeol, Baekhyun mungkin sudah terkena serangan lawan dari sekolah sebelah yang kerap mencari masalah.

"Kau pasti bingung mencari alasan."

"Ayo pergi dari sini."

"Tidak! Kau pikir aku gadis murahan?"

Apa sebenarnya yang ada di otaknya?

Udara malam sangat panas entah mengapa. Mereka terjepit di dalam sini dan Chanyeol berusaha mengatur emosinya agar tidak memukul perempuan walau ia berkeinginan sejak dulu melakukan itu.

"Aku tak akan segan melaporkanmu pada polisi karena menjebakku di sini--" Baekhyun menggigit bibir dalamnya. Wajah di depannya terlihat tak bersahabat yang menunduk untuk mendekatinya.

"Kau bisa saja mati terkena tawuran, Bodoh!"

"APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SANA?!"

"Shit." Chanyeol berdecak. Terlepas dari buaya, ia masuk ke kandang singa.





"Kami bersembunyi karena ada tawuran!" Baekhyun memprotes. Tangannya di genggam oleh seorang lelaki tiga puluhan tahun.

"Oh yaa?"

"Apalagi memangnya?!" Baekhyun menoleh pada Chanyeol. Kenapa lelaki itu diam saja?

"Ayo berbicara! Katakan pada mereka bahwa kita bersembunyi dari tawuran siswa."

Chanyeol menatapnya datar. Mengangkat bahunya kecil dan pasrah.

"Bukannya kau yang tak percaya sebelumnya jika kita bersembunyi karena tawuran?" Chanyeol berbisik. Mensejajarkan wajahnya dengan Baekhyun. Tanpa ekspresi dan cukup membuat Baekhyun kesal seketika.

"Ya Tuhan. Aku berani bersumpah kita bersembunyi karena tidak mau terkena serangan dari siswa-siswa bodoh!"

"Jadi kenapa harus di lorong? Takut jika tindakan asusila kalian dilihat oleh orang lain?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naray (CHANBAEK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang