7. Undangan Pertemuan

3.4K 170 1
                                    

Yana sangat paham bahwa saat ini Devian berakting, tetapi apa pria di depannya ini tak tahu kalau tingkahnya yang manis itu hanya akan membawa kematian Devian pada hari ini?

"Calon istri?! Kau mau menikah dengan putriku yang cantik ini! Enak saja tak bisa!" tolak Lucas dan segera menarik tangan Yana agar menjauh dari Devian.

Namun dengan cekatan, Devian mengeratkan pelukannya sehingga tubuh Yana tak bisa bebas dengan mudah. "Tapi Paman Yana telah berjanji padaku dan janji adalah hutang. Dia harus membayarnya!"

Lucas makin meradang saja dan menghentak kasar lengan Yana sampai gadis itu terlepas dari pelukan Devian. "Baik jika itu maumu, biar aku yang membayar!" Lucas menarik kerah Devian, siap menonjok wajah pria yang tampan itu.

"Ayah hentikan! Jangan lakukan itu!" kata Yana menengahi. Dia pun mencoba melepas tangan sang Ayah dari Devian menggunakan tenaga yang cukup banyak. Berhasil, dia membuat Ayah dan Devian mempunyai jarak di antara mereka.

"Awas ya, jangan pernah dekati putriku lagi!" Lengan Yana lantas ditarik kasar oleh Lucas meninggalkan Devian sendirian. Kala itu Yana masih sempat melirik ke belakang.

Dirinya menemukan Devian yang tersenyum semringah dan sempat memberikan kecupan jauh pada Yana. Otomatis Yana jengkel dan menyamakan langkah sang Ayah.

💕💕💕💕

Lucas masih diselimuti kekesalan luar biasa bahkan sampai di rumah. Terlihat jelas sekali dalam matanya sedang Yana berpikir keras. Memikirkan perkataan Devian tentang janji yang Yana buat. Janji mana? Perasaan Yana tak pernah membuat janji pada Devian?

Suasana yang mulai tenang kembali terganggu dengan ponsel milik Lucas. Lucas mengerutkan dahi melihat nomor telepon yang tak terdaftar menelepon. "Halo."

"Halo, Paman. Ini dengan Devian." Suara Devian jelas terdengar dari balik telepon membuat Lucas kembali tersulut emosi.

"Mau apa kau menghubungiku?" tanya Lucas mencoba untuk bersikap tenang.

"Aku ingin memberitahukan Paman bahwa aku akan mengundang kalian untuk membicarakan pertunangan kami. Besok malam, jangan sampai terlambat Paman. Oh ya Paman, bisakah Paman memberikan telepon Paman pada Yana, aku ingin berbicara dengan kekasihku." Lucas mendengus dan memanggil Yana mendekat.

Diberikannya ponsel itu pada Yana dan pergi entah ke mana. "Halo."

"Halo kekasihku, aku minta maaf ya soal yang dari tadi." kata Devian dengan enteng.

"Kau?! Bagaimana bisa kau mendapat nomor telepon Ayahku? Apa yang kau katakan padanya?!" tanya Yana waswas.

"Jangan marah begitu sayang, aku hanya memberitahukan tentang pertemuan antar keluarga saja."

"Pertemuan keluarga?" ulang Yana sama sekali tak mengerti.

"Iya untuk membahas pertunangan kita." Mata Yana membulat kemudian riak wajahnya menjadi marah.

"Devian hentikan! Kali ini kau keterlaluan. Aku tak pernah menyetujui untuk menikah dengan seorang pria buaya darat sepertimu!" hardik Yana mengeluarkan sumpah serapah pada Devian.

"Aku tak keterlaluan dan ini nyata. Kau sudah berjanji padaku ingat saat kau datang tadi ke kantorku dan memohon. Aku pun mengabulkan permintaanmu, apa kau lupa dengan janji yang kau buat sendiri?" Yana tercekat mengingat bagaimana dirinya berlutut dan memohon sesuatu agar Devian menolongnya.

Sial! Kenapa dia harus melontarkan janji? Jika begini akan lebih baik, dia menuruti perintah sang Ayah! "Besok malam. Kau dandan yang cantik ya karena kau dan Ayahmu akan datang ke rumah kami. Aku menunggu, awas jangan sampai datang."

Telepon di tutup dan membuat Yana meradang. "Sial! Tidakkah dia mengetahui jika Ayahku dan Kakeknya berada di satu ruang yang sama maka perang dunia ketiga akan dimulai?!"

💕💕💕💕

Keesokan harinya, Yana meminta doa dari karyawan dan teman-temannya. Dia ingin semoga pertemuan yang akan digelar malam nanti akan berjalan lancar atau setidaknya tak ada keributan antara Ayahnya dan Kakek Devian.

"Kau ini kenapa sih seperti mau mati saja." celetuk Nia dengan bercanda.

"Bagaimana tidak Nia soalnya Ayahku akan bertemu dengan musuh bisnisnya dan aku takut terjadi hal yang tak mengenakkan." sahut Yana.

"Benarkah wah pasti akan terjadi badai yang hebat. Memangnya apa yang akan mereka perbincangkan? Sangat jarang musuh dari bisnis ingin bertemu." tanya Nia, keponya kembali kumat.

"Membicarakan hubunganku dengan Devian yang playboy itu." kata Yana lugas.

"Apa? Hubunganmu dengan Devian? CEO yang kemarin aku katakan padamu kalau dia playboy. Jadi pacarmu itu adalah.." Yana mengangguk lemas. Nia mengembuskan napas kasar.

"Yana, kenapa kamu terjebak sama pria seperti dia. Memangnya hanya Devian, pria yang ada di dunia ini?" Sepasang mata Yana lantas menatap tajam pada Nia yang berusaha menegurnya.

"Ini bukan saatnya kau memberikanku kata-kata mutiara! Aku sedang pusing karena sebentar lagi Ayah dan Kakeknya Devian akan bertemu! Ughh!? Kenapa aku bisa bertemu dengan dia dan malah masalah ini tambah runyam." kecam Yana dongkol.

"Lalu bagaimana sekarang?"

"Yah mau bagaimana lagi, kami harus datang. Ayahku pun ingin bertemu dan membicarakan hal ini secara serius dengan mereka." kata Yana kemudian mengembuskan napas.

"Semoga saja semua bisa terlewati dengan mudah dan aku tak jadi menikah karena aku memang tak suka memiliki suami sama seperti Devian." lanjut Yana berharap.

Ponsel Yana berbunyi menandakan bahwa sebuah telepon masuk dan yang meneleponnya adalah sang Ayah. "Halo, Ayah."

"Kau ada di mana sekarang? Pulanglah secepatnya kita harus bersiap-siap untuk bertemu dengan keluarga Devian."

💕💕💕💕

See you in the next part!! Bye!!

Kekasih Bayaran (TAMAT)Where stories live. Discover now