"CHAEYOUNG!!!"
Mina terbangun dari tidurnya, keringat mulai memenuhi pelipisnya. Wajah yang cantik kini diselimuti dengan kepanikan.
Nafasnya naik turun, kerja jantungnya tiba-tiba semakin cepat.
"Hah hah hah hah" ia mencoba untuk mengatur nafasnya berkali-kali.
Ceklek!..
Pintu kamar gadis itu terbuka, dilihatnya seseorang yang sungguh familiar baginya.
"Sayang, kau kenapa?" Kata wanita paruh baya yang diketahui adalah ibunda mina.
Mina tidak menjawab, ia masih merasakan sesak dengan kejadian pada mimpinya itu.
Jika diingat-ingat, ini sudah ketiga kalinya mina memimpikan hal yang sama, bahkan kejadiannya benar-benar tidak ada yang berubah.
"Sayang kau-.."
"Bu, dimana ayah?"
"Euh? Ayahmu ada di-..."
Belum selesai nyonya myoi menjawab, mina sudah turun dari kasur king size miliknya dan berlalu dari kamarnya.
"Sayang, kau mau kemana?" Nyonya myoi sedikit berteriak.
Merasa tidak digubris oleh anak perempuannya, wanita paruh baya itu melangkahkan kakinya untuk mengikuti mina.
Hingga beberapa saat kemudian, mina berhenti di depan ruangan pribadi sang ayah.
Pintu dengan cepat dibuka oleh mina tanpa harus mengetuk terlebih dahulu.
Ayah mina pun dengan reflek melihat kearah pintu, dengan cepat ia menutup panggilan telefon tersebut saat melihat putrinya yang datang secara tiba-tiba.
"Mina kau-.."
Tanpa mengatakan apapun lagi, mina segera berlutut tepat di depan ayahnya.
Ibu dan ayah mina pun merasa bingung dengan sikap anaknya tersebut. Ada apa dengan mina?
"Sayang, apa yang kau lakukan?" Tanya ibu mina.
Mina tidak menjawab sedikitpun pertanyaan sang ibunda. Tiba-tiba saja, air mata mulai mengalir dari manik mata mina.
"Ayah.." kata mina dengan suara yang sedikit parau.
"Ada apa? Kenapa kau menangis? Apa ada lelaki yang menyakitimu? Katakan pada-.."
"Ayah, aku mencintai chaeyoung. Aku mohon, jangan sakiti chaeyoung" mina semakin membasahi wajah cantiknya dengan air mata.
Kali ini ia benar-benar memohon kepada sang ayah agar tidak melakukan hal apapun pada pria yang ia cintai.
"Sayang.."
"Ayah, aku berjanji akan belajar lebih giat lagi aku akan menjadi dokter yang hebat seperti kakek dan juga ayah, aku janji aku akan menuruti semua kemauan ayah, tapi aku mohon izinkan aku bersamanya ayah.." air mata mina kembali menetes.
Bukannya merasa luluh, ayah mina justru semakin marah melihat mina yang bertindak seperti ini secara tiba-tiba.
Brakkk!!!
Ayah mina memukul meja dengan keras. Dari sorot matanya, ayah mina benar-benar terlihat marah kali ini.
"Kau! Kau benar-benar sudah gila hah! Ada apa denganmu mina?!! Kau bahkan rela melakukan hal apapun hanya demi pria miskin sepertinya!"
"Ayah aku-"
"Diam! Kau benar-benar membuat ayah murka! Setelah pengumuman kelulusanmu selesai, ayah akan mengirimu ke amerika! Kau akan bersekolah disana dan akan selalu diawasi dengan semua orang suruhan ayah!"
Mina semakin histeris dan semakin menangis. Kenapa ayahnya yang dahulu ia bangga-banggakan tidak bisa memberikan 1 kebahagian kecil untuknya?
Gadis itu bangkit dan menatap wajah sang ayah.
"Bukankah aku ini putri ayah? Kenapa ayah selalu memperlakukan aku seperti hewan peliharaan ayah?" Kata mina.
"Cukup! Sampai kapanpun aku tidak akan membiarkanmu bersama pria miskin itu! Mengerti! Jika perlu, ayah akan menghilangkannya jika kamu masih mencintainya!"
"Ayah! Tolong jangan membuatku seperti ini. Tolong jangan sakiti chaeyoung.."
"Kalau begitu hentikan mimpi gilamu itu! Sampai kapanpun, dia tidak pernah bisa bersamamu! Paham!"
Tanpa menjawab perkataan sang ayah lagi, mina segera berlalu dari ruangan pribadi ayahnya.
Ibunda mina hanya menghela nafasnya, lalu menghampiri suaminya itu.
"Suamiku, kau seharusnya tidak perlu sekeras itu dengan mina.."
"Anak itu benar-benar keras kepala, aku harus melakukan hal ini padanya. Ini juga untuk masa depannya juga." Jawab ayah mina.
"Tapi.."
"Sudahlah, jangan terlalu membelanya."
Ibunda mina kembali menghela nafasnya, ia juga meninggalkan suaminya tersebut untuk memberikan sedikit ruang bagi suaminya menyendiri.
..........
Mina pov
Aku melangkahkan kakiku memasuki kamarku yang cukup luas. Pintu kamar segera ku kunci rapat-rapat.
Pikiranku kelewat kacau akhir-akhir ini. Sudah sebulan ini aku selalu memimpikan chaeyoung pergi ke tempat yang mungkin sulit ku gapai. Dan itu karena ayahku.
Aku duduk di lantai kamarku, kembali menangisi takdir yang cukup jahat dalam mempermainkan hubunganku dengannya.
Hingga tiba-tiba suara ponselku berdering cukup keras, aku melirik ke segala arah untuk menemukan ponselku.
Ah iya. Aku menaruhnya di tas hitam milikku. Dengan cepat aku mengambil tasku yang berada di atas nakas dan meraih benda persegi panjang tersebut.
Tertera di layar ponsel nama kekasihku. Son chaeyoung.
Air mataku segera ku hapus. Aku mencoba berdehem beberapa kali agar ia tidak mencurigaiku yang sehabis menangis pagi ini.
Setelah merasa cukup tenang aku mengangkat telefon darinya.
"Yeoboseo" kataku dengan nada bicara setenang mungkin.
"Mina.. apa kamu memiliki waktu luang sore ini?" Tanyanya padaku diujung telefon.
Aku tersenyum mendengar hal itu darinya. Kita sudah hampir 6 bulan berpacaran dan dia masih ragu saat menangajakku berpergian.
"Hemm.. aku rasa aku selalu memiliki waktu luang jika untukmu" kataku sedikit merayu.
Aku mendengar suara tertawanya di ujung telefon. Kekasihku sangat lucu jika sedang tertawa.
"Aku ingin mengajakmu berkencan sore ini, bagaimana?"
Aku benar-benar senang mendengar hal itu darinya. Setelah ujian akhir sekolah berakhir, aku belum berkencan dengannya. Menikmati waktu berdua dengannya, itu sangat menyenangkan buatku.
"Baiklah, hari ini aku akan berkencan denganmu."
"Nde tuan putri.."
"Yasudah, kita bertemu di taman seperti biasa ya. Jangan menjemputku dirumah, karena-.."