Bab 4 : Early

407 54 11
                                    


Seokjin terbangun karena merasa ada angin lewat disekitar telapak kakinya dia menarik selimut dengan jari-jari kakinya untuk menutupi bagian dibawah sana. Tangan kekar melingkar di bagian pinggangnya, Seokjin tahu benar itu tangan siapa. Kegiatan panas yang mereka lakukan membuat Seokjin mengerti ternyata Namjoon tipe yang suka memimpin dan bermain err sedikit kasar, dia memperhatikan pergelangan tangannya yang memerah dan membentuk lingkaran ruam disana. Seokjin membayangkan bagaimana kalau dia malah diikat diseluruh badan dengan tali-tali itu melilit di tubuh Seokjin membentuk pola di dadanya, menyambung langsung ke bagian bokong semoknya hingga melilit ke kakinya kemudian dengan mata di tutup serta tangan di borgol. Dengan Seokjin yang terbaring dikasur pasrah dan sang kapten dengan cambuk di tangan kanannya siap menghukum Seokjin.

"Akh.." Membayangkan itu membuat adik kecil Seokjin dibawah sana terbangun kini dia dan adik kecilnya sama- sama terbangun.

"Sial." Umpat Seokjin kala adiknya semakin mengeras dan malah mempoke daerah adik kecil Namjoon seolah mengajak bangun. Jarak mereka yang teralu dekat penyebab sentuhan itu bisa terjadi.

Sial

Sial

Sial

Seokjin merapal kalimat mantra apapun berharap Namjoon tidak terbangun karena ulah nakal adik kecilnya. Seokjin melirik jam dinding disana dan sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi hal wajar memang bagi dia, bangun sepagi ini memang kebiasaannya.

Seokjin bernapas lega karena Namjoon tidak memberi tanda bahwa dia terbangun, sampai dia ingin bangun untuk mandi karena tubuhnya terasa lengket tak tahu berapa kali dia orgasme karena si Namjoon yang kelewat perkasa tidak mengizinkan Seokjin hanya cukup sekali melayang saja.

Tangan yang melingkar di pinggangnya kini menariknya semakin menempel ke arah pemilik tangan tersebut. Ternyata mantra Seokjin tidak bekerja kenyataannya adalah Namjoon terbangun saat adik kecilnya diganggu. Seokjin menelan ludahnya kasar sambil memperhatikan wajah Namjoon yang belum membuka matanya. Jantung Seokjin berdegup sangat kencang bahkan sampai bisa di dengar oleh Namjoon karena kini mata Namjoon membuka secara perlahan. Terlihat sayu di bagian kelopak mata tersebut. Lagi lagi Seokjin menelan ludahnya kala Namjoon sudah menatap matanya. Seokjin yang merasa gugup ditatap begitu apa lagi dalam keadaan bertelanjang begini membuatnya ingin memberi sedikit jarak tapi dasar sialnya Seokjin saat dia bergeser sedikit, bagian intim disana yang sudah mengeras malah mengambil kesempatan dengan malah menyetuh miliknya Namjoon lebih banyak, bagai tersengat listrik Seokjin mengerang kecil.

"Akh.."

Kaget dengan mulutnya yang mengeluarkan erangan sendiri Seokjin langsung saja menutup mulutnya sebelum mulut bodohnya semakin menggila. Mata seokjin takut-takut menatap Namjoon dan yang didapati Seokjin adalah mata gelapnya Namjoon.

Ini sudah triple sialan

Namjoon di pagi hari sudah di goda seperti ini mana bisa tahan. Ntah Seokjin sengaja atau tidak, yang dipikirkan Namjoon adalah kabut nafsunya sudah tiba. Seokjin yang sadar bahwa kini Namjoon benar-benar tidak boleh di goda kalau tidak mau berakhir dengan ucapan meminta ampun baik dimulut atau dihati serta bertekuk lutut di hadapannya. Seokjin sudah membuat kesalahan dengan menggoda Namjoon beberapa jam lalu dengan berakhir dia kehilangan kewarasannya. Sebaiknya kali ini Seokjin kabur saja bila dipaksa Seokjin yakin lubangnya tidak akan bisa menerima lagi. Sungguh sekarang ini Seokjin masih merasa perih disana.

"Namjoon sungguh aku tidak bisa lagi menerima itu di dalam ku, ini masih sakit." Seolah sudah tau apa yang akan terjadi Seokjin memperingati di awal. Bukan Namjoon namanya kalau dia bisa luluh kalau sudah bernafsu begini. Seokjin yang salah kenapa selalu terlihat ingin dilahap saja. Namjoon tersenyum khas orang-orang jahat.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 01, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Seneca : The Unconquerable [Namjin]Where stories live. Discover now