bagian 9

1.2K 180 26
                                    

[Lun, sampai detik ini, gue masih yakin, Lu jodoh gue, kalau sekarang lu jadian dengan orang lain, gue anggap, hati lu sedang berkelana, semoga nanti akan kembali ke arah yang seharusnya, jaga diri ya, Lun ... karena pacar belum tentu jodoh]

Lalu hening ....

Hatiku gerimis membacanya, seserius dan sedalam ini si upil dakocan menanggapi. Selama ini kupikir dia tak pernah serius, walaupun candaannya selalu menjurus dan nyeleneh. Apa dia sakit hati? Atau malah lagi asyik nyanyi sambil main gitar? Tak sanggup menulis balasan, kuabaikan pesannya yang terakhir.

Tapi perasaan tak nyaman menghantui sepanjang malam, harusnya hati ini berbunga rindu pada kekasih hati, tapi mengapa harus terhalangi oleh si kunyuk kribo? Entah bagaimana sikapnya nanti jika pulang dari PKL, apa dia akan tetap menggodaku saat menjemur pakaian? Atau mengintaiku di kampus ketika keluar dari gedung kuliah? Apa lelaki itu akan kembali datang sebagai malaikat penolong dari kecerobohanku selama ini?

Bisa saja yang akan terjadi malah sebaliknya, dia menghilang seperti asap. Lalu muncul tiba-tiba seperti Spiderman, aku kok jadi ngelantur gini? Tapi sudahlah, untuk makhluk seunik Bara, akan mudah mencari kebahagiaannya sendiri, ada banyak wanita lain yang mungkin akan digombali dengan banyolannya.

Kupejamkan mata, setelah memeriksa kembali ponsel, yang baru saja mendapat pesan dari Gerran.

[Tidur yang nyenyak my sweet heart] Pesan yang disertai emoticon hati itu sukses membuatku kembali terbang ke awan, berdebar bahagia.

[Kamu juga dong, jangan begadang main mobile legend lagi] balasku menunjukkan perhatian. Karena dari ceritanya yang sering begadang karena main game online.

[Oke, ini mau tidur. Jangan lupa mimpiin aku ya, muah]

Kuletakkan ponsel di meja, menarik selimut dan memejamkan mata, berharap akan bermimpi indah bersama sang pujaan.

***

Sejak jadian, kalau jam kuliah sama, Gerran menawariku untuk pergi diboncengnya ke kampus, tapi sering kutolak, karena perlu motor untuk berbagai urusan, menemui dosen, mencari bahan untuk skripsi setelah proposalku selesai. Gerran tak mempermasalahkan. Beberapa kali kami bertemu dan janjian makan di kampus, dan kencan saat weekend di luar. Kencan yang di isi dengan ke toko buku, nonton dan makan malam.

Gerran ternyata anak pemilik kebun sawit yang cukup luas di kampungnya, hanya dua orang bersaudara, adiknya perempuan dan masih SMA di kampung. Dari ceritanya, semua fasilitas dan kebutuhan, dipenuhi orang tuanya. Karena itulah lelaki itu sangat royal saat mengajakku keluar. Mungkin uang bulanannya cukup banyak untuk mentraktirku. Walaupun sering kutolak karena tak enak hati dan tak mau di cap sebagai cewek matre.

Sayang, Gerran bukan tipe romantis seperti bayanganku. Dia bisa berubah cuek, setelah kami berkencan. Aneh memang, tak ada telfon ataupun pesan yang dikirimkannya jika kami pulang berkencan. Kadang sampai 2 hari, tak nampak di tempat kost, kabarpun tidak dikirimnya.

Saat itu kadang kangen si kribo, kemana dia? Sejak mengetahui kalau aku sudah punya pacar, tak pernah lagi ada pesan ataupun telfon darinya. Ku cek wa-nya, sudah berhari-hari tidak aktif.

[Oiiii]

[Bar ...]

Iseng kukirimkan pesan pada Bara, centang satu. Tak pernah masuk, aku kecewa. 'Bar, kita kan bisa tetap jadi teman, kenapa lu menghilang?' Sesal hatiku padanya. Septi tertawa terbahak melihat wajah kusutku.

"Cie ... penganten baru kok kusut gitu mukanya? Enak ya jalan sama pangeran ganteng ...," ledek Septi seperti puas melihat penderitaanku.

"Kapan gue kawin, lu bilang pengantin baru? Kalau gue pengantin baru, ngapain tidur bareng lu? Enak dikeloni pangeran gue kali!" balasku sewot dan melempar bantal pada cewek semok itu.

Lelaki Tidak Ganteng Yang Selalu MenggodakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang