7

4.8K 323 18
                                    

Sejak dari museum itu, Alesha dan Hanna berpisah. Hanna lebih sering menjenguk Nat dan diam-diam menemui Githa tanpa sepengetahuan kakaknya, Selena.

Sedangkan Alesha, dia memilih me time di Georgia. Ya, Hanna mengizinkannya dan itu karena Alesha dibantu oleh Selena.

"Jadi, aku mohon Githa mendonorkan darahmu ke Nat. Bolehkah?"

Kini Hanna dan Githa ada di salah satu mall yang tentunya jauh dari rumah sakit. Githa kini menatap cemas kearah Hanna.

"Tapi, Nat dan tentunya pacarnya tidak akan menyetujuinya."

Hanna tersenyum karena apa yang diucapkan Githa sesuai dengan isi hatinya.

"Aku yang akan meyakinkan mereka." Ucap Hanna mantap.

*

Malam hari yang sejuk menyelimuti kawasan hotel yang ditinggal oleh Hanna. Dia sekarang sedang baring di sofa sambil menonton tv. Sudah 2 hari Alesha tidak ada kabar. Bagaimana mungkin mau dikabarin kalau mereka tidak pernah kontakan.

"Capek dah gini mulu. Pulang ke Indo ah." Gumam Hanna.

Hanna mematikan tv dan berdiri ke balkon. Dia menghirup udara dingin yang membekukan saraf hidungnya. Lalu matanya melayang kearah pub dan betapa kagetnya ia melihat gadis pujaannya itu di rangkul oleh lelaki bule.

"Itu Alesha?" Gumamnya tak percaya.

Segera Hanna menutup pintu balkon dan segera memakai jaketnya. Dia berlari keluar hotel dan sampailah ia di depan pub, dimana tadi ia melihat Alesha di situ.

"Sial.. apa tadi aku salah lihat?" Gumamnya.

'Aku tidak bisa baca pikirannya. Sialan memang.' - batinnya.

Hanna memasuki pub itu, disambut oleh dentuman keras yang memekakan telinga. Lampu yang remang membuatnya kesulitan melihat keadaan di dalam. Lalu matanya memilih melihat lokasi dance yang dimana lampunya sedikit lebih bagus.

Hanna memasuki lokasi itu dan dia ditabrak oleh lelaki berbaju waiter. Waiter itu meminta maaf karena tak sengaja menjatuhkan bir dan apapun nama minuman disana.

Hanna tidak peduli, pikirannya hanya mencari Alesha di tempat ini. Terdengar desahan dan tawa yang menggelegar. Nalurinya menyuruhnya untuk memeriksa keadaan di sana.

Betapa terkejutnya ia melihat Alesha menari dengan sangat hot di depan pria bule itu. Gayanya yang seakan mereka having sex di pub itu.

Amarah mulai menguasainya dan tak lama, Alesha merasakan ada yang melihatnya. Kini pandangan Alesha dan Hanna bertemu. Begitu juga pandangan lelaki yang di bawah Alesha.

"Huft.. okelah. Detik ini aku batalin pertunangannya." Gumam Hanna.

Dia meninggalkan Alesha yang terdiam seperti itu, sedangkan pria yang di bawah Alesha memegang pinggang Alesha seakan mereka hendak having sex. Tapi Alesha malah menampar pria itu dan berlari mengejar Hanna.

Hanna di luar menelepon sang ayah dari Alesha.

"Halo ayah, Hanna mau bilang.. pertunangan dengan Alesha dibatalkan ya. Dan buat info selanjutnya nanti Hanna email."

Di sebrang sana ayah Alesha merespon lalu Hanna memutuskan teleponnya. Dia membalikkan badannya dan melihat pub itu. Begitu sakit rasanya di dalam hati sampai dia tidak mampu mengeluarkan emosinya. Ya, Hanna memilih pergi daripada sisi lain dari kemampuannya membunuh orang tak bersalah.

Hanna memilih meninggalkan tempat itu sementara Alesha baru saja keluar pub dan mencari wajah Hanna. Tapi tidak ia temukan.

"Sakitnya untuk yang kesekian.. huft.." Hanna menarik napasnya.

Aroma de Limón (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang