6 - Just...

95.6K 6.2K 1.2K
                                    

"Remember that well, everything what you said just now. For today, you can rest." Ujar Jeno melepas ciumannya kemudian mengusap kepala Jaemin dan meninggalkan ruangan Jaemin.

Tak beberapa lama, Jaemin pun terlelap.

***

Jaemin terbangun karena matanya yang silau dengan cahaya matahari.

'Matahari?'

Jaemin tersentak menyadari ia berada di dalam ruangan yang berbeda dari ruangannya biasanya. Kini ia tidak lagi di kelilingi empat dinding tertutup namun kini salah satu sisi dinding kamar ini merupakan kaca transparan yang memperlihatkan pemandangan di luar dengan jelas.

Jaemin berjalan mendekati jendela tersebut. Tubuhnya terasa hangat menyentuh sinar matahari yang entah sudah berapa lama tak ia rasakan.

Ia melihat sekelilingnya, secara keseluruhan ruangannya sangat berbeda dari sebelumnya. Ia tak melihat lagi semua alat yang biasa digunakan Jeno untuk menghukumnya dan nuansa kamar ini yang di dominasi putih, ia seperti berada di kamar biasa meskipun ia curiga dengan isi lemari yang berada di sisi lain dari dinding kaca tempatnya berdiri.

Jaemin pun berjalan menuju lemari tersebut. Lemari yang tertanam di dinding ini begitu besar, bahkan Jaemin tak yakin ia bisa menggapai puncaknya.

Jaemin membuka lemari tersebut, ia tak terkejut melihat alat-alat yang biasanya terpajang begitu saja di ruangannya sebelumnya.

Jaemin berdecak berpikir kenapa ada orang yang mau menghabiskan uang untuk benda-benda seperti ini. Ia mengambil salah satu alat yang ia bingung bagaimana cara menggunakannya.

Setelah menyerah membayangkan kegunaan alat tersebut, Jaemin pun menutup kembali lemari itu. Ia kembali lagi menghadap dinding kaca, rasanya sudah begitu lama ia melihat dunia luar dan merasakan sinar matahari.

Pemandangan di luar sana adalah lapangan hijau luas dan dari sudut pandangnya ia tahu bahwa ia berada di lantai dua.

Setelah merasa puas dengan pemandangan tersebut, ia pun kembali ke tempat tidur. Mungkin karena sudah terbiasa, tubuh Jaemin sudah terlalu malas untuk berlama-lama pergi dari tempat tidur.

***

Jeno melihat semua gerak-gerik Jeno dari ruangannya. Ia hanya menatap layar datar sambil memainkan pena ditangannya.

Tak berapa lama, ia pun berdiri hendak mendatangi Jaemin di ruangannya.

Jaemin tak lagi terkejut melihatnya, Jeno pun tak mengatakan apa-apa. Ia hanya berjalan menuju lemari yang dibuka Jaemin sebelumnya. Ia mengambil alat yang diambil Jaemin tadi juga dan beberapa alat lainnya.

Jaemin sedikit menyerngit melihat Jeno mengambil alat yang tadi ia pegang.

Kini Jeno meletakkan alat tersebut di sudut tempat tidur, ia justru memanggil Jaemin kearahnya.

Cukup dengan itu, Jaemin sudah tahu tugasnya. Secara otomatis Jaemin menghampiri Jeno dan membuka ikat pinggang dan mengeluarkan penis Jeno.

Jaemin mengurut penis Jeno dengan telaten setelah beberapa kali dihukum Jeno karena tak bisa memuaskannya, kemudian ia menjilati keseluruhan penis Jeno hingga ke bola-bolanya sebelum akhirnya menelan semua itu kedalam kerongkongannya.

Jeno menggeram sambil mencengkram rambut Jaemin, memaksanya memasukkan dan mengeluarkan penisnya dalam mulut Jaemin.

"You improve so much." Puji Jeno. Ia memaksa Jaemin untuk menelan keseluruhan penisnya hingga hidung Jaemin bersentuhan dengan bulu kemaluan Jeno yang entah sejak kapan tak membuatnya jijik lagi.

Setelah cukup tegang, Jeno pun melepaskan mulut Jaemin dari penisnya. Ia menarik Jaemin agar sejajar dengannya dan meraih bibir pink tipis Jaemin dan mengemutnya halus. Merasa cukup dengan itu, ia membanting tubuh Jaemin kembali ke tempat tidur dan membalikkannya.

Jeno pun melepas borgol yang mengikat Jaemin ke tempat tidur, ia memasangkan borgol lain mengikat tangan Jaemin ke belakang dan memaksa kedua kakinya terbuka lebar memamerkan penis imutnya.

Jeno pun memasangkan alat pada penis Jaemin yang mempunyai efek untuk mengurut dan menghisap penisnya. Alat itu pun dipasangkan seperti celana dalam dan Jeno juga menambahkan dildo ukuran sedang di lubang Jaemin.

Selesai dengan itu, Jeno pun mengecup ringan puncak kepala Jaemin dan menyalakan sex toys pada Jaemin. Tambahan terakhir, ia memasangkan gag ball pada Jaemin.

Desahan Jaemin terasa begitu menggoda bagi Jeno namun ia hanya berjalan menuju dinding kaca, beberapa saat kemudian ia menerima panggilan telepon dan segera keluar setelah itu.

Jaemin meneteskan airmata merasakan sensasi yang begitu nikmat baginya. Alat dipenisnya terus mengurut penis Jaemin dan sekaligus memberikan efek menghisap pada penisnya.

Tak perlu waktu lama hingga Jaemin mendapat klimaks pertama. Ia mendesah kuat dan menangis merasakan sensasi yang pertama kali ia rasakan. Klimaks nya seakan tak bisa berhenti karena efek hisap tadi. Bahkan tabung yang membungkus penisnya dapat dilihat cairan nya yang mulai menggenang.

Jaemin tak bisa melakukan apa-apa, ia tak mampu menghentikan sensasi luar biasa yang ia terima. Ia hanya bisa menggerakkan sedikit tubuhnya.

***

Jeno menikmati pemandangan itu dari kamera yang terpasang di setiap sisi kamar Jaemin dan hanya memperhatikannya dalam diam.

Setelah berlalu saat berlalu, Jeno pun menghampiri Jaemin yang sudah ambruk dengan wajah memerah. Ia tak mampu lagi klimaks.

Saat Jeno melepaskan semua alat dari Jaemin dan hendak meninggalkan Jaemin hanya dengan rantai di lehernya. Jaemjn justru berusaha mengumpulkan tenaganya, ia menahan tangan Jeno dan menatapnya penuh nafsu.

"Master tidak ingin melakukannya?" Tanya Jaemin.

Namun Jeno hanya menatap datar dan menarik tangannya begitu saja, setelah meletakkan peralatan tadi ke tempat terpisah untuk dibersihkan, Jeno meninggalkan Jaemin begitu saja tanpa sepatah kata pun.

TO BE CONTINUED...

Jangan Lupa Vote and Comment ya....

Bond IN Bondage | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang