Kurasa yang kuperlukan hanyalah tawamu, bukan kehadiran yang kini hanya tersisa ragamu.
Aku sedang mengusahakannya.
.
.
.
Tidak pernah dalam hidupnya, Taehyung merasa seterkejut saat ini. Dimana dapat dilihat pemudanya yang telah bangun mendahului, juga dengan aneka masakan yang tengah dihidangkan.
"Hyung, selamat pagi."
Otaknya seketika rusak, saat suara lembut menyapa telinganya. Membuatnya terus tersenyum seperti orang yang tidak waras.
"Ah iya, selamat pagi Jungkook."Jungkook tersenyum simpul, kemudian beralih menuju kursinya. Makan dengan khidmat.
Ditengah aktivitasnya, Jungkook berkata sesuatu, "Sebelum kau berangkat nanti, bawalah bekal. Aku sudah menyiapkannya,"
Taehyung tergugu, hampir mengeluarkan makanannya jika tak segera mengendalikan diri, "Iya, terimakasih. Akan kubawa.".
.
.
Sama seperti hari-hari sebelumnya, malam ini sepulang dirinya dari kantor, Jungkook ada. Berkutat dengan beberapa macam masakan. Hal yang dianggapnya semu nyaris tak nyata, kini hadir setiap harinya seakan memberitahu bahwa itu bukanlah sekadar hayalan.
Maniknya tak pernah lelah meniti segala pergerakan sang pemuda. Dan ketika eksistensinya disadari, pemudanya berjalan mendekat. Mengambil alih tas kerja juga tempat bekal yang selalu dibawanya sampai hari ini. Kemudian berjalan dibelakang, mengikuti Jungkook menuju meja makan.
"Hyung,"
"Y-ya?"
"Temanku.. mengirimi sebuah pesan. Isinya berupa gambar sebuah brosur pameran fotografi," Jungkook mengucap amat kecil, dan jika keadaan rumah tak sesunyi biasanya, Taehyung mungkin harus membuat Jungkook mengulang.
"Aku—ingin ikut serta. Pendaftarannya telah dibuka dan membutuhkan biaya beberapa puluh ribu won. Aku hanya tidak ingin merasa bosan karena tak ada kegiatan saat kau bekerja. Tapi jika kau tak setuju, aku tak akan mengikutinya." Lanjutnya seraya menunduk.
Setelahnya tak ada yang berbicara, baik Jungkook maupun Taehyung memilih bungkam.
".. Kau tolong siapkan makananku dan taruh di ruang kerja. Aku masih harus menandatangani beberapa dokumen." Ucapnya tak berintonasi. Taehyung pergi meninggalkan Jungkook yang semakin menundukkan kepalanya.
.
.
.
tok, tok.
cklek,
Kosong. Itulah yang maniknya tangkap ketika memasuki ruangan tempat biasa suaminya melanjutkan kerja.
Jungkook semakin merasa bersalah. Dia sudah berjanji akan menjadi pasangan yang baik. Tapi baru genap seminggu semenjak pengakuannya itu, dirinya sudah membuat suasana rumah menjadi tak enak.
Memilih melanjutkan langkahnya untuk menaruh sebuah piring juga segelas minum diatas meja, kemudian pergi melangkah meninggalkan ruangan— adalah pilihan awal Jungkook. Sebelum maniknya berhasil memindai beberapa lembar uang yang ditumpuk diatas vas, tak lupa secarik kertas yang telah ditintai sebagai pemanis.
Kuharap kau menikmati harimu, Jungkook ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
How Love Works • Taekook
Fanfiction𝐀𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐢𝐧𝐲𝐚, 𝐤𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐢𝐚 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚𝐤𝐮. 𝐂𝐢𝐩𝐭𝐚𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡, 𝐝𝐢𝐛𝐞𝐫𝐤𝐚𝐡𝐢 𝐤𝐞𝐬𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚𝐚𝐧 𝐭𝐢𝐚𝐝𝐚 𝐭𝐚𝐧𝐝𝐢𝐧𝐠. 𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢, 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 �...