Kegiatan Bianca setiap pagi sambil menunggu Papanya, ia akan memangku dan mengelus bulu halus Momo. Sejauh ini Momo cukup pintar dan tidak membuat Papanya kesal. Tapi suka membuat Mamanya geli.
Setiap pagi sampai sore, rumah yang sepi hanya ada Mia dan Momo membuat kucing itu lebih dekat dengan Mia karena merasa ada temannya di rumah dan kadang-kadang mengekorinya hampir ke seluruh penjuru rumah.
"Mbak, ayo berangkat." Ajak Rahil yang sudah siap.
Bianca mengangguk. Ia meletakkan Momo di atas sofa. "Assalamu'alaikum, Momo. Baik-baik ya di rumah." Ia menepuk lembut kepala kucing abu-abu itu lalu beranjak dan mengikuti Papanya yang menunggu.
"Yuk." Rahil merangkul Bianca dan keduanya berjalan bersama ke depan.
Tak lama Mia keluar bersama Zefa dan Ayip. Setelah salam dan salim kepada Mia, mereka pun berangkat.
"Kata Grandpa, minggu depan waktunya Momo ke dokter Sena." Rahil memberitahu.
Bianca mengangguk. "Iya."
Tak sampai lima belas menit, Rahil sudah sampai di sekolah anak-anaknya dan bergantian mereka turun setelah salim dan pamit kepadanya.
"Belajar yang baik."
"Iyaaa!" Jawab ketiganya serentak.
Begitu semua sudah turun, Rahil langsung melanjutkan perjalanan menuju kampus.
"Biancaaa!" Dari belakang, lengan Bianca digelayuti seseorang yang ternyata adalah Caca. "Assalamu'alaikum semua..."
"Wa'alaikumussalam." Jawab Bianca, Zefa dan Ayip serentak.
"Nggak lihat Mas Abhi sama Mbak Garin ya?" komentar Caca.
"Nggak tahu. Kan nggak bareng." Bianca mengangkat bahunya.
"Kemarin aku ditanya-tanya temanku tentang Mas Abhi masa?" cerita Caca dengan bibir mengerucut.
"Kenapa?" Kening Bianca berkerut.
"Mereka minta dikenalin ke Mas Abhi. Iya kan, Yip?" Caca menoleh pada Ayip di belakangnya.
Di sekolah SMP, yang memanggil Ayip hanya Bianca, Zefa, Abhi, Garin dan Caca. Selebihnya adalah Fajar dan sebagian kecil Arif.
"Iya." Ayip mengangguk.
"Aku suruh tanya Ayip. Sama Ayip disuruh kenalan sendiri hehehe..." terang Caca sambil terkekeh. "Masa diminta nomer telepon juga? Mana tahu aku ih. Seandainya tahu pun nggak aku kasih. Aku nggak mau digalakin Mas Abhi."
Kening Bianca berkerut dalam. "Kenapa Mas Abhi galakin kamu? Mas Abhi nggak galak kok."
"Nggak galak sama kamu aja, Bianca. Eh sama aku juga nggak galak sih. Tapi kalau nggak suka, Mas Abhi ngelihatnya tajam banget. Aku takut. Dulu pernah aku buang sampah, nggak sengaja sampahnya nggak masuk ke dalam eh pas Mas Abhi lewat aku ditatap tajam sambil mungut sampahku terus buangin ke tong. Padahal aku baru mau pungut sendiri. Abis itu udah, Mas Abhi langsung pergi aja. Kan takut." Caca mengingat kejadian dua tahun sebelumnya.
"Kamu buangnya meleset sih." komentar Bianca.
"Makanya aku nggak mau digalakin Mas Abhi."
Lalu keempatnya sampai di deretan kelas satu. Bianca dan Zefa berpisah dengan Ayip dan Caca yang beda kelas.
Dan baru saja duduk di kursinya, ada pesan masuk di hape Bianca. Karena belum ada pelajaran, siswa masih boleh pegang hape tapi begitu dimulai wajib dikumpulkan dan baru diambil saat pulang sekolah.
0813xxx
Assalamu'alaikum. Selamat pagi, Bianca.Wa'alaikumussalam. Ini siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Bianca
Teen Fiction#02 SMP (22/02/2020) #07 ABG (22/02/2020) #27 Persahabatan (18/02/2020) #44 Teenlit (20/02/2020) #35 IndonesiaMembaca (22/02/2020) #60 Keluarga (23/02/2020) #05 Spiritual (22/02/2020) #01 Anak Asuh (26/02/2020) Bianca, gadis ceria yang mulai beranja...