Twenty-Four

805 86 12
                                    

Hi kiddos,
A bit short chapter. Don't hate me kalau nda sepertimana kemahuan kamu.
Let me tell you, it's just temporary. 😅 You will like it in the end.

Love, Eliza Beth

"Mari masuk dalam kereta saya, kita lupakan yang lalu, nda perlu risau pasal masa depan, and just drive

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mari masuk dalam kereta saya, kita lupakan yang lalu, nda perlu risau pasal masa depan, and just drive. Wherever the road leads us. You and me, just us."

Kit condong ke hadapan saya, nafas dia cukup buat telinga saya rasa geli. "Just say yes, Jade. Cakap ya, dan saya habiskan sepanjang masa saya untuk pastikan yang kau nda akan menyesal."

Saya nda dapat berkata-kata suda. Nda tau macamana mau respon. "Kit, I ----" Saya undur dari pegangan dia, sambil geleng kepala. Saya lawan supaya hati saya nda tambah hancur sebaik tengok ekspresi Kit yang kecewa, dia pejam mata.

"I can't, Kit. Saya nda dapat ikut kau." Saya bilang. Kit angguk perlahan-lahan dan lemah, masi pejam mata. "I love you, tapi saya perlukan masa untuk diri saya sendiri. I need to take care of myself. Saya baru juga 'keluar' dari satu hubungan, dan 'lompat masuk' dalam hubungan lain sama-sama kau begitu awal. Saya jadi nda menentu suda. Semalam betul-betul buat saya terluka."

Masa tengok muka Kit yang betul-betul nampak terluka, emosi yang nda menentu di dada saya buat saya terasa mau menangis. "My feelings are a mess -- I'm an absolutely mess."

Kit buka mata dia, kesedihan dan penyesalan melanda diri dia. "So we're done, then? Kau suda keputusan yang ---"

"Saya perlukan masa, to figure myself out and be okay. Saya nda dapat janjikan apa-apa, Kit." Saya gigit bibir saya, maju sikit dan pelahan turunkan kepala Kit. Saya bagi ciuman di pipi dia yang kasar tumbuh jambang halus. "I love you and I'm sorry." sempat saya akhiri percakapan saya.

Saya lambai dan tahan teksi yang kebetulan berhampiran di kawasan hotel, pusing badan dan masuk ke dalam perut teksi.

Semasa teksi mulai bergerak, saya menoleh sekali lagi melihat Kit yang masi berdiri dengan muka yang sedih, terasa macam saya suda kasi tinggal hati saya.

I am so sorry, Kit.

.

.

.

.

.

.

Tiga bulan kemudian,

Dengan mata yang sengaja dikecilkan, saya kasi pindah sofa saya dalam ruang tamu baru dalam beberapa inci.

There we go. That's much better.

Saya tengok sekeliling, gembira akhirnya dengan bebas dapat buka bungkusan kotak. Beberapa bulan lalu berlalu agak keliru.

Selepas selamat sampai di California, saya ambil semua ukiran saya dari tempat penyimpanan, kasi sedia untuk Mr. Coleman yang datang melawat.

Love Hate, Maybe It's You | CompletedWhere stories live. Discover now