2.

3 0 0
                                    

"Gue Nana. Gue cuma remaja yang suka sama sahabat gue sendiri dari dulu, nama dia Latte. Tapi dia berani-beraninya pamer cewek-cewek yang dia suka didepan gue pas SD dulu, LATTE KUPRET DASAR!!"

"Gue kenal dia sejak kita umur 6 tahun. Kenapa nama dia 'Latte'? Karna kata nyokapnya dulu pas hamil Latte, bokapnya Latte suka banget minum Latte Cappuccinno. Hehe.. aneh. Gue suka sama dia karna satu, dia ganteng dari lahir. Dua, dia pinter juga dari kecil dan nggak ada yang ngalahin, mungkin dia itu keturunan dari einstein langsung kali ya. Dan ketiga, gue sampe sekarang nggak nemuin kekurangan dia sama sekali. Dia adalah manusia yang serba bisa apa aja, main basket, voli, sepak bola semuanya dia kuasain. Serakah! Apalagi kalau dia ketemu gitar, drum, dan kawan-kawannya malah kayak musisi papan atas kalau mainin itu semua. Itulah yang bikin gue penasaran terus pas ada dideketnya.
Beda banget sama gue, boro-boro bisa ini gitu. Gue dibilang pinter aja enggak, malah ada yang bilang kalau gue itu kadang pinter kadang goblok.

Tapi.. dari sekian banyaknya ke-perfect-an Latte, yang paling bikin gue sayang sama dia adalah ketika dia mau sahabatan sama gue, nerima gue apa adanya meskipun gue bego, manja, banyak omong, dan susah diatur alias gamau diatur.

Dulu waktu SD dia sering dibilang anak ganteng dan guee.. juga sering dibilang anak cantik (bukannya blagu, tapi emang bener kok. Suwer deh). Orang-orang selalu bilang kita itu pantesnya pacaran atau pantesnya besok nikah aja, malahan ada yang bilang "kalian besok pas udah gede mending nikah aja deh, soalnya kita mau lihat anak kalian nanti. Pasti guanteng dan cuantik deh." . Bahagia doong dibilang gitu..

          

tapi Latte nya brengsek, bisa-bisanya dia bilang "Dia terlalu astaghfirullah untuk saya yang subhannallah". Tuh anak yaa! baru SD udah bilang kek gitu di depan guru-guru dan di depan gue lagi!"

"Akhirnya pas waktu SMP gue mulai balas dendam sama dia!"

"Tapi kadang gue ngerasa percuma aja gitu balas dendam, toh dia kan nggak suka sama gue.."

"Berharap cinta kita terbalaskan ituu rasanya..."

"Latte! Tungguin doong.." Nana akhirnya bisa menghampiri Latte sambil membawa recorder, sampai-sampai nafasnya terengah-engah karna mengejar Latte yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Apaan sih, manja banget gitu doang minta ditunggu." Jawab ketus Latte.

"Iihh kok lo gitu sih. Kan gue maunya lo duduk sebelah guee.. biar gue bisa" suara imut itu tak bisa ditolak oleh Latte walau ia mendengar itu dengan memasang wajah yang amat super duper biasa like orang tercuek sedunia.

"Gini aja gabisa bisa terus sih lo, emang lo bego siii" ejek Latte dengan menyeringai.

Sambil sama-sama menyopot sepatu untuk masuk ke ruang musik, Nana sempat melirik ketus Latte sambil menepuk lengan Latte,
"Emang gue bego! Kenapa?! Iri lo gabisa bego kaya gue?" Sambil nyolot.

Lagi-lagi Latte menyeringai,
"Iri kok sama orang bego"

Setelah Latte menunggu Nana melepas sepatu (karna dia udah selesai duluan nyopot sepatunya) mereka masuk bersamaan,

Setelah menyelat beberapa orang untuk bisa lewat,
"Sinii te" ajak Nana.

Nana mendapat tempat duduk dekat dinding yang muat untuk dua orang.

"Kok duduk situ sih. Depan sini aja bambang." Keluh Latte.

Iihh Latte kupret banget sih, kan gue gamau depan! Nanti kalo gue gabisa lagi, guenya lagi yang dimarai pak Wisnu. Malu maluin lagiii.. -batin Nana.

"Kenapa? Takut diomelin  lagi lu?" Sambil mengusir teman-temannya yang lain, Latte masih peduli dengan Nana dan memberi tempat duduk disebelahnya walau akhirnya jadi duduk depan.

Nana cemberut.

"Te kayanya kalian nikah aja deh daripada ribut mulu, gue heran deh sama kalian. Masa kadang kalian romantis kadang juga berantem, tapi kebanyakannya berantem." Kata Kevin (salah satu teman sekelasnya Latte dan Nana + teman plek dari Latte sejak kelas 7 SMP.)

Latte hanya tersenyum tipis mendengar ocehan Kevin tadi, sedangkan Nana masih manyun.

"Udaah.. sini, daripada nih tempat gue kasih ke orang lain." Latte lagi sambil melirik ke arah Nana.

Akhirnya Nana nurut dan duduk disebelah Latte.

Tak lama kemudian pak Wisnu datang,
"Selamat siang."

Tell Something About Me, Nana.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang