I, LanD - 7 🍭

85 11 8
                                    

Pagi ini, hal yang mungkin tak ingin Veera lewatkan, dan juga hal yang tak mungkin Veera lalui.

Veera sadar kalau hal ini memang sulit baginya, kembali berhadapan dengan kata perpisahan. Yapz. Kedua orang tuanya harus kembali ke kota lagi pagi ini.

Padahal belum terhitung satu hari Veera bisa menatap wajah mereka, tapi Veera harus kembali mengumpulkan rindu lagi. Memang rindu sangat mahal, rindu butuh waktu dan ruang yang tidak bisa dibeli dengan apapun.

Veera bergegas berjalan ke arah kamar orang tuanya yang berada tidak jauh dari kamar adiknya.

"Kak.."

"Kakaaak.."

Akankah Veera ngamuk pagi ini dengan keberadaan adiknya yang selalu akan mengganggu ketenangannya?

Langkah Veera terhenti, keberadaan Bryan yang tepat berada di hadapannya akan menghambat perjalanannya menuju kamar ibunya.

"Hmm iyaa ada apa?". Jawab Veera dengan suara samar - samar.

Karna kebanyakan makan kue ulang tahun yang banyak dilapisi mentega di ulang tahunnya kemarin, wanita yang sudah beranjak berumur 17 tahun ini malah kehilangan suaranya pagi ini.

"Kakak tau ga?"

Pagi - pagi seperti ini Bryan malah mengajak Veera main tebak-tebakkan.

"Ada paan dek? To the point aja napah boedjank?

"Kemarin ada yang ngasih ini ke aku".
Bryan menyodorkan bingkisan bergambar we bare bears ke hadapan Veera.

Bryan menyodorkan bingkisan bergambar we bare bears ke hadapan Veera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dari siapa?". Tanya Veera heran.

"Hmm.. Ga kenal juga, tapi yang pasti dia cowo". Jawab Bryan yang tampak berusaha berfikir, walaupun sia - sia.

"Cowo? Teman kakak?"

"Ya mana aku tau, ah sudahlah. Aku ke kamar ayah ibu dulu. Dah kakak". Bryan meninggalkan kakaknya yang mematung di tempat serta seperti memikirkan sesuatu.

"Cowo? Teman kelasku? Ah sepertinya bukan". Wanita polos ini begitu penasaran dengan si pemberi dari kado ini, hingga dia hampir lupa bahwa tujuannya keluar kamar dini hari buat menemui ibu dan ayahnya.

Akhh Veera, jangan kumat sekarang.

Ketika Veera berusaha membuka bingkisan yang ada di tangannya itu tiba - tiba seorang perempuan cantik dengan pakaian berwarna marron yang dikenakannya berjalan ke arah Veera, ibunya keluar dari kamarnya lengkap dengan tas yang di sandang di bahu kirinya.

Tidak berapa lama setelah itu, menyusul sosok lelaki yang paling Veera sayang yang juga diikuti Bryan dibelakangnya. Bryan tampak menertawakan wajah kakaknya yang begitu polos pagi ini.

Bagaimana tidak, semenjak Bryan meninggalkan kakaknya tadi, tidak akan perubahan posisi apapun dari Veera. Persis seperti manusia patung yang ada di Kota Tua Jakarta.

I, Love And DonatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang