12. A Sinner

2.7K 412 96
                                    

Teruntuk para pembaca,

Harap menekan tombol bintang dan memberi dukungan pada cerita ini sebagai feedback terhadap kerja keras Author. Trmksh.

____________



Gadis berkucir kuda itu berjalan dengan waswas dan letih. Tepat di belakangnya, seorang pria terus mengikutinya menyusuri koridor rumah sakit yang cukup lenggang pagi ini.

Fiona berjalan lesu tanpa berani menoleh ke belakang, gadis itu tak ingin bergantung terlalu banyak pada David yang sudah meluangkan waktu untuk mengantarnya ke mari. David hanya ingin tahu kemana dia pergi, dan apa yang dilakukannya selama ini, sampai-sampai gadis itu tidak punya waktu untuk menghubungi dirinya.

Tak lama, Fiona berbelok, ia masuk ke sebuah ruangan di lantai 3. David masih setia mengawasinya dalam diam, tepat di balik kaca transparan yang menyatu dengan pintu itu, ia bisa melihat Fiona duduk di samping ibunya yang terbaring lemah. David menghela napas panjang, kepalanya sedikit pusing, ternyata, ada begitu banyak hal yang tidak ia ketahui selama 4 hari ini.

Sebelum sempat memasuki ruang rawat itu, ia berpapasan dengan seorang perawat yang datang dan menyapanya, "Maaf Sir, apa anda keluarga dari pasien?"

David mengalihkan atensinya kearah suster berbaju putih itu, "Tentu, " ia menjawab seadanya, dan tanpa ragu.

Sang perawat segera memberinya nota, "Harap segera menyelesaikan perihal administrasinya, supaya keluarga anda bisa mendapatkan obat-obatan dan pelayanan yang layak,"

David pun menerima nota itu dan berucap, "Baik, dimana aku harus membayarnya?"

Perawat itu menunjukkan jalan, "Di bagian administrasi, ke sebelah sini,"

Sementara itu,

Fiona yang tengah menyendiri di dalam ruangan itu seraya menunggu ibunya yang tak kunjung sadarkan diri, sesekali menoleh ke belakang. Ia tetap tak menemukan David di sana, kemudian ia berpikir, "Cepat atau lambat, pasti dia pun akan pergi..., "

Gadis itu begitu pesimis dengan masa depannya, Fiona pun menyandarkan kepalanya di tubuh sang bunda, ia sontak memeluk wanita yang paling dikasihinya itu dalam diam dan duka lara. Selalu dalam kesendiriannya ia menangis.

"Mama, maafkan aku, maaf karena aku telah berbohong padamu. Kau benar, aku ternodai, aku bukan gadis baik-baik. Aku, wanita murahan...,"

Dengan penuh penyesalan, Fiona memeluk tubuh wanita itu sambil berderai airmata. Selain miskin, ia merasa sudah tidak punya harga diri lagi. Tak ada yang bisa ia banggakan dalam hidup ini. Hati Fiona hancur berkeping keping.

Rasanya sulit untuk kembali bangkit, terlebih, ketika satu per satu dari orang yang ia kenal, perlahan mulai mengetahui peristiwa nahas yang telah menimpa keluarganya.

Fiona tak bisa menyembunyikan rasa malu ini. Ia sadar, dirinya kini bukan siapa-siapa lagi.

Setelah semua ini, Fiona terus melihat masa depannya begitu sukar. Tidak bersama David, ia yakin untuk tidak berakhir ke dalam pelukan pria itu. Itu terlalu merendahkan martabat dirinya. Sehingga ia tidak punya pilihan lain selain merelakan David pergi.

"Sia-sia, semuanya berakhir sia-sia..., "

🌻🥀🌻🥀🌻

Pagi itu, Renesmee bersikeras tidak mau makan. Membuat para suster kewalahan, dan lagi, sebagai dokter walinya, Peter harus turun tangan. Ia dengan sangat terpaksa mengantar Renesmee ke food court lantai satu dikarenakan gadis itu menginginkan makanan cepat saji yang sudah lama tidak ia konsumsi.

𝐓𝐡𝐞 𝐇𝐚𝐫𝐫𝐢𝐬𝐬𝐨𝐧 (𝐓𝐞𝐫𝐬𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐕𝐞𝐫𝐬𝐢 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐥 1 & 2 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang