Mondy POV
💕💕💕
Aku tersenyum menatap layar handphone yang menampilkan wajah calon istriku. Ya, setelah keadaan Raya telah berangsur pulih aku segera merencanakan pernikahan kami berdua yang rencananya akan dilangsungkan kurang lebih sebulan lagi.
Terlalu cepat mungkin, tapi percayalah aku sudah sangat tidak sabar menanti hari itu tiba. Hari dimana aku akan menjadikan Raya milikku seutuhnya agar tidak akan ada lagi Marcel kedua ketiga dan seterusnya diluar sana.Terlebih lagi, kalian pasti ingat kan saat ini Raya sedang mengandung anakku dan aku harus segera meresmikannya, semakin cepat semakin baik. Aku tidak ingin Raya menjadi bahan perbincangan orang lain nantinya. Untuk perbuatanku yang satu itu, tidak untuk ditiru. Karena aku pun menyesalinya sungguh. Hehe
Ngomong-ngomong soal Marcel, hubungan kami sudah membaik dan kembali bersahabat seperti dulu kala. Aku akui dia memang pria sejati karena rela mengorbankan perasaannya pada Raya demi aku. Bahkan ia juga menawarkan diri untuk terlibat langsung dan membantu persiapan pernikahan kami.
Hubungan ku dan paman Frans juga sudah membaik. Bahkan aku telah mengembalikan segala aset perusahaan dan rumahnya yang sempat aku tawan.
Tentu saja, sedikit banyak itu adalah caraku menarik simpati Raya. Karena Raya terlihat sangat senang saat mengetahui rumah milik pamannya telah kembali. Dan kini Frans sedang berupaya mengobati anaknya Sasha agar bisa berjalan normal kembali.Tiba-tiba pintu ruanganku dibuka dengan sedikit keras, aku menoleh dan menatap tak suka pada pelakunya.
"Hal sepenting apa yang membuat kamu sampai bersikap tidak sopan seperti ini Vanessa?" kataku sedikit ketus.
Jujur saja aku sangat tidak suka ada orang yang memasuki ruanganku yang aku anggap privasi ini tanpa permisi. Dan Vanessa, ia bukan karyawan kemarin sore yang aku pekerjakan. Ia telah menjadi sekretarisku kurang lebih tiga tahun. Dan seharusnya ia sudah hapal betul dengan peraturanku itu.
Kulihat wanita itu tertunduk dalam sembari terus meremas jari-jarinya.
"Maafkan saya pak." cicitnya.Aku menghembuskan nafas pelan mengatur emosiku agar kembali tenang.
Mungkin memang ada sesuatu hal yang penting yang membuatnya berlaku seperti itu."Lalu?"
"Apa benar pak Mondy akan menikah?"
Aku menatap Vanessa dengan sebelah alis terangkat. Darimana ia tahu semua itu? Padahal aku telah berencana untuk mempersiapkan semuanya diam-diam. Hanya kalangan keluarga dan teman terdekat saja yang boleh tahu. Tapi percuma, karena sepertinya isu pernikahanku telah menyebar di kantor ini. Entah siapa yang membocorkannya.
"Kalau iya, kenapa? Apa itu penting untukmu?" jawabku ketus.
Ia mengangkat kepalanya dan menatapku dengan tatapan yang aku rasa adalah tatapan kecewa, mungkin.
"Saya harap bapak tidak melupakan kejadian diantara kita waktu itu." ujarnya lirih.
Damn!
Aku tahu kemana arah pembicaraan ini. Tentu saja kejadian tak mengenakkan di rumahku waktu itu. Setelah aku menemukan Raya dan hubungan kami membaik aku sama sekali tidak pernah teringat atau pun memikirkan masalah ini. Aku hanya memikirkan Raya dan pernikahan kami. Dan sekarang Vanessa mengingatkannya.
Tapi entah kenapa ada yang mengganjal di hatiku, aku merasa tak melakukan hal apapun padanya. Bahkan sedikit pun aku tak mengingat kejadiannya. Ataukah aku sedang dalam pengaruh alkohol waktu itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Benci Untuk Mencinta
RomanceKau datang dan menghancurkan lagi sebongkah hati yang telah susah payah aku tata Cinta Untuk Membenci Aku datang dengan kepalsuan, tapi aku pergi dengan ketulusan Benci Untuk Mencinta