1#

33 0 0
                                    

Sepertinya, aku tidak bisa memulai-nya dari awal. Ini merupakan perjalanan kedua, hampir satu setengah kali dari jarak perjalanan pertama, saat aku mengenalnya.

Memorinya hanya samar, setelah berpisah beberapa bulan. Aku masih melihatnya melalui aplikasi "path" dimana dia menunjukkan apa arti dari kota besar, dan arti dari kampus di Jakarta. Benar, dia anak ibukota, dengan aksen-nya yang berbeda saat pertama kali kami bertemu. Tapi, aku tidak akan menceritakannya disini.

Dia seperti paham dengan logat kami. Katanya, dia juga punya teman dari daerah kami berasal, dimana logat dan bahasanya sama, "Key," dan pembimbing kami disana yang berlogat sama, namun lebih ke arah "Bandung" karena lokasinya, sudah berada di Kawasan Jawa Barat.

Aku sering "Menstalker-nya" lewat path, untuk sekedar like atau membaca komen di statusnya. Win, temanku, yang kami berdua bersama melalukan tugas praktik di luar, satu-satunya dari daerah paling ujung yang berani keluar dari Zona nyaman jurusan kami. Bukan berarti sombong, aku hanya ingin melihat dunia, penasaran atas adanya hukum sejauh mana bumi itu bulat, sejauh mana kaki bisa dilangkahkan. Menarik rasanya, jika menemui orang baru.

Win mengatakan dia sudah tidak dapat dihubungi, mungkin karena sibuk. Wajar saja, data Win, yang lumayan serampangan saat mencatat, tidak bisa dibandingkan dengan-nya yang mencatat semuanya dengan rapi. Sebenarnya, Win harusnya bisa lebih dekat dengannya, karena topik praktiknya sama dengannya, namun Win, bukan kriterianya, sebenarnya dia lebih mudah untuk dekat dengan seseorang dari padaku, yang cenderung lebih kaku ketika bertemu orang baru. Itu juga yang dikatakannya pada saat pertama kami bertemu dalam satu praktik, menganggapku agak songong dan sombong.

Setelah Win berkata demikian bahwa dia tidak dapat men"kontak"-nya, dan data penelitiannya yang hampir separuhnya lenyap (karena suatu hal terjadi sebelum keberangkatan, dan hanya Aku yang membawa laptop saat itu) Win mempercayakan semua data-nya dan Dia dalam satu file yang disimpannya, mungkin win berpendapat akan tercampurnya data-ku dan datanya, atau setelah selesai dia akan meminta semua data lengkap (setengah data Dia dan setengah lagi data Win, karena kami lebih dulu disana seminggu dari dirinya).

"Jadi ilfeel gue dengan si Aci (sama singkatan bukan samaran, juga nama lainnya disini, akan diubah ke nama singkatan) masa kerjain berdua, tapi dia enggak mau bagi datanya," kata Win sambil memperbaiki rambut ikalnya, yang cenderung 90% keriting jika panjang. Beberapa hari ini dia murung, ditambah dengan tugas praktik-ku yang akan mau sidang, wajar saja, jika pembimbing kami yang sama akan melihatnya disana,

Hari ini sidang praktik dan sukses, mungkin dengan embel-embel melakukannya diluar, Dosen penguji akan lebih mudah melewatkan, atau tidak banyak bertanya ketika materi ini bukan pure Biologi, namun sudah masuk ke ranah Biologi terapan, Enzimatis. Pembibing hanya bertanya apakah akan melanjutkan penelitian dengan topik yang sama, dan kujawab mungkin "iya".

Aku kembali mencoba menghubungi Aci, siapa tahu dengan kabarku yang telah lulus ujian praktik akan membuatnya membalas pesan. Di "path-nya" terlihat pesan terakhirnya bahwa dia sedang sibuk menguji praktiknya, mungkin karena dia di Universitas "Azhar" jurusan Biokimia, maka pengujinya akan lebih mengerti dengan apa yang dikerakannya selama melakukan praktik dengan kami.

Hari-hari berlanjut,

Cukup lama menunggu balasannya untuk diucapkan selamat. Tugas akhir juga telah disetujui, dan akhirnya seminggu sebelum deadline sidang disetujui.

Aci baru saja sidang, praktiknya. Katanya ada beberapa data yang membuatnya harus mengulang kembali percobaannya, sepertinya data dari Win. Aku sebenarnya cukup yakin dengan data dari Win, karena Win sendiri merupakan yang paling ahli dalam percobaan, walau dia cukup malas untuk mencatat hasil, dan hanya menyerahkan sisanya kepada Aci. Dan itulah masalah dirinya.

          

Hari sebelum sidang, aku masih santai. Entah kenapa dari semua orang yang masuk, termasuk beberapa orang di letting-ku yang sidang pada hari sama, hanya aku yang terlihat seperti itu. Beberapa KaLet (BUKAN KAKAK LELET YA) kakak leting, terlihat tertawa sekaligus menyelamati serta memohon Doa agar dapat selesai segera. Bagi mereka mungkin, melihat orang lain yang sidang dapat membuat mereka termotivasi, maju atau malah mundur dan depresi. Nauzubillahibinzalik.

Hari-hari setelah sidang kupikir akan lebih menyenangkan, tidak banyak paksaan, selain aku harus belajar untuk seseorang. Dia yang membuat semua ini dimulai, seperti petunjuk yang disiapkan untuk-ku, tapi dia bukan Aci, semenjak aku tahu dia menjalin hubungan dengan orang lain, wajar jika dia mengenal pria baik di seberang lautan sana, itu wajar. Aku hanya yang terikat dengannya, walau kami tidak memiliki ikatan apapun. Tapi dalam hidup, akan ada saatnya kau hidup untuk seseorang bukan?

Dan pertanyaanku, apakah Aci menjadi tujuan berikutnya, atau aku masih harus berharap pada-nya?

Aci tumbuh menjadi lebih asing daripada sebelumnya, walau kudengar Win sudah bisa menghubunginya, tidak selancar aku tapi. Win juga sering berpesan kepadaku, yang saat ini tidak berada di pulau terujung, telah berpindah ke arah sedikit bawah, menemani kakak-ku yang lahiran jauh dari suaminya yang berkerja di Jakarta. Kata Bunda, wajar saja dia minta ditemani, belum dapat orang yang "dibawa" bersama. Jadi, aku menemaninya, sambil menunggu kabar dari ibuku, yang mencari orang melalui orang-orang lainnya, katanya pengasuh masa kecilku, yang dulu.

Negeri merah ini tidak terlalu buruk, walaupun udara disini berpolusi. Hampir setiap aku melewati petunjuk pembaca polusi udara, yang selalu kuning, atau hampir merah. Kakak-kku bilang, udara disini memang selalu seperti itu, semenjak dia tinggal disini. Jarang hijau, kalau hijau, pasti kemarin hujan. Aku menghabiskan waktuku lebih banyak berkeliling, menikamti kulinernya, ayam pop goreng, gurami asam manis kepiting dan patin, sop kaki kambing, yang kuduga itu akan amis, ternyata setelah disiram dengan kuah seperti susu, rasanya menjadi luar biasa. Seminggu sekali suaminya pulang, di hari Jumat sore dan balik kembali di hari Minggu.

Jika aku bosan disini aku menghabiskan waktu untuk menamatkan permainan PS: BATTEFIELD, yang kutemui tidak jauh dari rumah kakak-ku, walaupun pada hari pertama aku nyasar jalan pulang, patokan masjid terbesar disana, dan Gramedia yang kulewati saat menjemput kakak-ku yang pergi kerja di setiap pagi walaupun hamilnya sudah besar atau sekedar berkeliling pasar untuk mencicipi lemang dan sate yang dijual di pagi hari.

Dan akhirnya, Aci kembali meninggalkan pesan. Aku yang sedang melahap burger di salah satu tempat terkenal disini. Dia menanyakan kabar pembibimbing praktik kami, yang aku sendiri-pun sudah jarang mengkontaknya, hanya mengirimi pesan di waktu Lebaran. Win sendiri cukup sering menkontak-nya mungkin mengira Pembimbing memiliki data Aci, dan bisa membantunya,

Kata Win, Aci mengulang penelitiannya, di Lab dasar, di bawah kami.

Sebenarnya, Aci juga ingin berada di Lab. bawah, bersama kedua temannya. Namun kouta bimbingan yang sudah tidak tersedia membuat-nya ditransfer ke lab. Atas tempat kami, berada. Sejak saat itu, dan mungkin karena pembimbing kami sedikit religius, dia lebih sering cuek kepada Aci, perempuan satu-satunya di Lab kami. Untunglah, Aci bukan seseorang perasa, dan sedikit tidak cerdas, tapi sangat mudah bergaul dengan orang yang baru dikenalnya.

Aci bertanya tentang Win.

Apakah Win masih memiliki datanya. Dia menghilangkan data dari Win, kurasa. Penelitian Aci adalah hasil dari penelitian Win dan Aku, katanya, bahkan dosen pembimbingnya menyuruh Dia untuk mengecek ulang, data kami, itu yang menyebabkan dirinya terlambat. Dalam hatiku, walaupun kami jauh dari pusat kota, dengan Universitas Grade yang berbeda, kami rasa, kami berdua masih unggul dari Aci, lebih pintar darinya. Aku sendiri akhirnya memberikan data-dataku, walau dia memohon agar Win memberikan datanya juga. Dia memaksaku, agar membujuk Win.

FROM KAMPUNG INGGRIS WITH LOVEHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin