Ahmad adalah seorang anak sederhana yang baru saja lulus SMP di Maninjau. Bersama sahabatnya Mamat, Ahmad ingin melanjutkan SMA di kota Bandung dan kemudian masuk ke Kampus idamannya, ITB. Namun mimpi tinggal mimpi ketika Ibundanya menginginkan Ahmad untuk masuk ke Pondok Madani, sebuah pesantren di sudut Ponorogo, Jawa Timur. Walau pada awalnya Ahmad tidak mau, akhirnya Ahmad memenuhi pinta orang tuanya, walau dengan setengah hati.Saat Ahmad tiba di Pondok Madani bersama Ayah, hatinya makin remuk. Tempat itu benar-benar makin 'kampungan' dan mirip penjara di matanya. Ditambah lagi dengan keharusan mundur setahun untuk kelas adaptasi. Ahmad menguatkan hati untuk mencoba menjalankan setidaknya tahun pertama di Pondok Madani ini.
Awalnya, Ahmad lebih sering menyendiri. Namun, seiring berjalannya waktu, Ahmad mulai bersahabat dengan teman-teman satu kamarnya, yaitu Baso dari Gowa, Atang dari Bandung, Said dari Surabaya, Raja dari Medan, dan Dulmajid dari Madura. Mereka berenam selalu berkumpul di menara masjid dan menamakan diri mereka Sahibul Menara alias para pemilik menara.
Suasana kian menghangat di kelas pertama, saat Ahmad disentak oleh teriakan penuh semangat dari Ustad Salman "Man Jadda Wajada!" Artinya, Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. "Mantra" ini lah yang menambah semangat dan kegigihan keenam anak itu.
Para sahibul menara selalu berpikir visioner dan bercita-cita besar. Mereka masing-masing memiliki ambisi untuk menaklukan dunia. Dari tanah Indonesia, Amerika, Eropa, Asia hingga Afrika. Dibawah menara Madani, mereka berjanji dan bertekad untuk bisa menaklukan dunia dan mencapai cita-cita; Dan menjadi orang besar yang bisa bermanfaat bagi banyak orang.