Raline tampak cemas melihat Beno yang tertidur, mukanya pucat. Ketika Valerie membangunkannya tadi dan mengatakan Beno pingsan Raline langsung kaget dan tanpa sadar dia menangis melihat Beno yang begitu lemah.
"Ka... ayah sama bunda mau belanja dulu. Jagain Beno ya, kalau udah bangun suruh makan" begitu kata ayah sebelum berangkat tadi.
Sekarang sudah hampir siang tapi Beno belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun.
Raline jadi mengingat percakapan dengan Gio barusan yang bilang jika Beno begitu memikirkan hubungan mereka, Raline dan Beno. Walaupun menurut Gio, Beno belum sadar sepenuhnya tentang apa yang diinginkannya.
"Emh" Raline mendengar gumaman Beno. Segera Raline mendekatkan diri pada Beno.
"Kenapa Ben?" Raline khawatir.
Beno perlahan membuka matanya, perlahan Beno tersenyum melihat orang yang pertama dilihatnya adalah Raline, perempuan yang begitu mengobak abik hatinya hanya karna tidak menghiraukannya beberapa hari ini.
"Alin... kangennnn" rengek Beno dengan suara lirih.
"Ngawur lo lagi sakit masih aja ya Ben... makan dulu ya nanti minum obat" kata Raline yang aslinya mencoba menyembunyikan rasa gugup nya.
"Makan ya Ben" Raline membantu mendudukan Beno dan menyerahkan nampan berisi makanannya
"Gue tuh sakit Alinnn.. suapin sih" rajuk Beno.
Raline mendungus tapi tetap menyuapi Beno, Beno seketika tersenyum. Ini yang dia inginkan ini dia tidak suka ketika Raline menghindarinya, dia tidak suka ketika Raline mengabaikannya.
"Jangan ngambek" Kata Beno.
"Siapa yang ngambek sih Ben, ngaco"
"Gue ga jadian sama Alena lin" Kata Beno "Kan elo tau gue gamungkin ga bilang sama elo dan Gio. Tapi gue juga janji bantuin Alena makannya gue bingung" Beno menarik nafas "Tapi ketika elo mulai nyuekin gue, gue berfikir apa gue udah terlalu jauh? dan gue ga suka rasa ketika dijauhin elo"
"Ngomong apa si Ben... jangan ngawur" Raline mencoba menghindari percakapan ini.
.
.
."Lin, gue kayaknya suka sama elo" Ucap Beno parau. "Gue gatau sejak kpan karena seinget gue kita sering berantem tapi gue juga gatau sejak kapan gue gabisa jauh dari elo" Raline hanya diam.
"Gue berkali-kali menyangkal karena gue gamau persahabatan gue rusak karena keegoisan gue tapi gue kesiksa kalau gue ga bilang" Raline masih diam tidak berkata apapun
"Plis Lin izinin gue buat suka sama elo ya" Beno menggenggam tangan Raline erat, mendekatkan dirinya pada Raline dan
.
.
.
.
."Heh! Mau ngapain kalian" Ayah Raline sudah berdiri di depan pintu.
Beno hanya bisa tersenyum Bodoh
***