-
-
-Sudah 1 bulan lebih berlalu. Ara belum kunjung menemukan jepitnya. Namun sisi baiknya, kedekatannya dengan kevin bertambah. Kevin juga tidak bersikap dingin lagi terhadap ara. Ara senang dengan kevin yang sekarang. Mungkin ara juga sudah jatuh cinta.
Ya mungkin karena mulai lelah mencari yang tak kunjung pasti, ara mulai menikmati hidupnya menjadi manusia seperti yang lainnya. Cara berjalan ara pun sudah seperti manusia pada umumnya.
Lebam di kakinya sudah hilang, menampakkan kaki putih mulus miliknya. Tak salah kan jika kevin mulai jatuh cinta pada ara? Ditambah ara sangat ramah pada orang lain, ara juga selalu membantu ibunya. Walau hanya sekadar sapu-menyapu atau pun membantu memasak.
Hingga suatu hari, kevin mengajaknya untuk pergi ke kampusnya. Ara senang. Ya. Untuk pertama kalinya diamenjejakkan kakinya di tempat lain. Tempat baru lebih tepatnya. Kevin sengaja menyuruh ara untuk berpenampilan simple. Karena menurut kevin, pakaian apapun dan bagaimanapun ara tetap cantik bahkan tanpa riasan sekalipun. Ya, kevin tak bisa berbohong.
"Kevin! " Seseorang memanggil kevin di kejauhan sembari menghampirinya.
"Kev-eh... Siapa? " Tanya wanita itu pada kevin.
"Temanku" Jawab kevin singkat
"Halo, aku sesil" Wanita itu mengulurkan tangannya pada ara.
"Aku ara" Jawab ara tak kalah ramah.
"Kau cantik. Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya"
"Aku-"
"Dia memang tidak kuliah disini. Dia dari luar kota. " Kevin sengaja memotong pembicaraan ara.
Karena dia takut jika ara malah bilang kalau dirinya dari lautan. Masalahnya, pernah sekali dia memperkenalkan dirinnya pada teman laki-laki kevin dan mengatakan bahwa dirinya berasal dari laut. Untung saja ara tak memberitahu teman kevin itu bahwa dia putri duyung.
Sesil hanya ber-oh ria ketika mendengar penjelasan kevin. Sesil pun menarik kevin meninggalkan ara sendirian di tengah keramaian kampus.
Coba tebak bagaimana ara sekarang. Ya. Ara takut? Oh jelas. Dia tak mengenal satu orang pun di kampus ini. Ara tak tau harus berbuat apa. Bahkan untuk beranjak dari posisinya pun ara tak berani. Kevin jahat. Sangat jahat. Itu pikir ara saat ini.
-
-
-"Astaga! " Pekik kevin.
"Kenapa? " Tanya sesil.
"Ara! Aku meninggalkannya. Ini semua gara gara kau sesil... "
"Hey... Kok aku? " Tanya sesil tak Terima
"Kalau kau tadi tak rusuh membawaku, ara takkan tertinggal! "
"Yasudahlah. Dia bisa pulang sendiri kan? "
"Bagaimana dia bisa pulang? Dia bahkan tidak tau daerah sini."
"Telpon saja dia" Sungguh, usul dari sesil tak membantu kev8n sama sekali.
"Kau-aarrgghhh" Kevin bergegas untuk kembali ke tempat tadi dia meninggalkan ara.
Kevin benar-benar berlar secepat mungkin. Dia takut. Ya, sangat takut malah. Entah kenapa, tapi kevin tak mau sampai kehilangan ara. Jangan. Ah atau mungkin dia hanya terikat tanggung jawab. Dia kan laki", jadi dia harus gantel. Ya kan?
Setelah kevin sampai di Koridor tempat ia meninggalkan ara, tak ada satu orang pun disana. Sepi. Jelas sepi, ini kan sudah malam. Hanya ada angin malam berhembus menusuk memaksa masuk pada kulit sawo matangnya, yang lebih seperti mengejeknya saat ini. Kevin memang bodoh. Mana mungkin ara mau menunggunya selama itu.
Kevin mencoba menyusuri kembali koridor " Lainnya. Berharap ara tersesat di salah satunya. Tapi nihil, tak ada siapapun. Di Koridor manapun. Hanya ada satpam penjaga di depan gerbang.
"Pak, apakah bapak melihat wanita? " Ah pertanyaan bodoh macam apa itu kevin?
"Banyak wanita di kampus ini anak muda" Jawab satpam itu
"Eh- maksud saya, bapak melihat wanita rambutnya panjang se punggung, pakai kaos oversize warna biru muda, dengan jeans? " Itu baru pertanyaan yg logis.
"Sepertinya tidak."
"Eh-tapi kurasa tadi aku melihatnya. Dia berjalan kebingungan dan seperti orang yang ketakutan. Mungkin dia tidak sekolah disini? " Lanjut satpam itu
"Kemana perginya wanita itu? " Tanya kevin lagi
"Dia keluar dari kampus ini. Tapi entah kemana. Aku tidak terlalu memperhatikannya. "
Baru saja kevin menaruh harapan besar pada satpam itu saat mengetahui ara. Tapi ternyata satpam itu tidak tau kemana perginya ara. Menyebalkan. Tidak bukan satpam itu. Tapi kevin yang sebal dan kesal pada dirinya sendiri. Dia merutuki diri sendiri, mengeluarkan sumpah serah tak henti-henti.
Bagaimana jika ara kenapa-kenapa, jika ara terluka, jika ara pingsan, jika ara diculik. Astaga, pikiran kevin sangat kacau sekarang.
Kevin sudah mulai lelah mencari. Dia memilih istirahat terlebih dahulu di bangku taman. Apalagi ini sudah malam, sudah seharusnya dia merebahkan dirinya di kasur. Kevin bisa saja melakukannya. Tapi hatinya takkan tenang sebelum ara ditemukan.
Lagi-lagi ketika kevin mencoba menenangkan pikiran, ada saja yang berusaha mengganggunya.
"Aarrrggghh_sialan! Kenapa selalu ada yang mengganggu sih?! " Erang kevin.
Suara tangisan. Lagi-lagi suara tangisan yang mengganggunya. Sama seperti pertama ia menemukan ara. Ara? Tangisan? Jangan-jangan?!
-
-
-
Jangan lupa vote ya:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara✅(completed)
Short StoryKisah cinta mereka sederhana. Tak peduli jika raga tak bisa dimiliki. Setidaknya rasa mereka takkan pernah mati. Tak peduli alam mereka berbeda, jika perbedaan itu yang menguatkan mereka kenapa tidak? Terbukti jika perpisahan bukan segalanya. Buka...