6. MANIAK COGAN

1K 69 13
                                    

Langit malam tengah berbahagia saat ini. Terlihat dari sinarnya yang begitu terang, ditambah bintang-bintang bertaburan bak permata yang indah. Tak kalah rembulan yang kian menampakan senyumnya. Lampu-lampu di gedung pencakar langit terlihat seperti kunang-kunang beterbangan. Bunyi klakson kendaraan saling bersahutan membuat bising jalanan ibukota.

Nada sedang berada di tengah-tengah kemacetan bersama dengan ketiga temannya, Niki, Mita, dan Dian. Mita dan Dian adalah teman sekelasnya sekaligus teman dekat Niki. Kini bisa jadi mereka berempat akan menjadi sahabat. Terlebih sifat mereka yang mudah bergaul dan agak sedikit absurd. Membuat Nada semakin nyaman berteman dengan mereka.

Berhubung ini adalah malam minggu, keempat gadis remaja itu sengaja pergi jalan-jalan untuk merilekskan pikiran mereka. Terlepas dari tugas-tugas sekolah yang begitu menguras tenaga juga otak. Saat ini mereka sedang perjalanan untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Ampun dah macet banget ini, auto digampar nih gue kalo pulang kemaleman." Mita bersuara dengan penuh kekesalan.

"Namanya juga Jakarta ya pasti macet lah. Mau jalanan nggak macet? Hidup di hutan sana." Kali ini suara Niki yang memenuhi seisi mobil.

Dian yang sedang mengemudi merasa geram. "Berisik deh lo berdua, tinggal duduk aja enak nggak usah nyetir. Pulang juga dianterin kan? Kurang baik apa gue?"

Dian memang sudah punya SIM. Jadi, dia diperbolehkan membawa kendaraan pribadinya. Berhubung di sini hanya dirinya yang punya SIM, ia harus mengalah untuk mengantar dan menjemput ketiga temannya itu.

"Iya nih berisik banget, mending nyalain musik deh. Macet-macetan sambil karaokean enak tau," timpal Nada menengahi perdebatan teman-temannya. Kemudian tangannya bergerak untuk menyetel musiknya.

Ketika lagu mulai dimainkan, suasana menjadi sedikit cair. Setidaknya mereka bisa menikmati kemacetan ini dengan hal-hal yang menyenangkan.

Izinkan aku... untuk terakhir kalinya
Semalam saja bersamamu
Mengenang asmara kita
Dan aku pun berharap
Semoga kita tak berpisah
Dan kau maafkan kesalahan yang pernah ku buat

Nada menikmati setiap lirik dari lagu itu. Ia membuka sedikit kaca mobil milik Dian. Hanya sekadar menikmati hembusan angin malam yang begitu menenangkan. Nada suka sekali dengan udara di malam hari dan dia juga sangat menyukai aroma hujan yang berpadu dengan tanah. Ia memejamkan matanya, membiarkan angin itu berhembus di wajahnya yang cantik. Pandangan mengejutkan ketika dirinya membuka mata. Dia melihat seorang gadis berseragam pramuka tengah berdiri di pembatas jalanan. Menatap jajaran kendaraan di bawahnya. Takut jika gadis tersebut berbuat nekat, Nada memberitahukan perihal ini kepada ketiga temannya.

"Lo kok bisa liat sih, Nad? Itu anak lumayan jauh lho jaraknya?" kata Niki penasaran karena dia tahu mata Nada minus.

Nada berdecak." Gue pake soflens elah. Ya udah yuk turun, keburu itu bocah loncat ke bawah ngeri gue ngeliatnya."

"Lo berdua aja sama Niki, masa mobil gue ditinggalin nanti kalo jalanan udah mulai lancar gimana?" Dian menyuarakan pendapatnya. Mita yang duduk di kursi penumpang pun mengangguk menyetujui.

"Yaudah lo sama Mita, gue turun dulu. Yuk, Nik." Nada dan Niki pun turun dari mobil kemudian berlari menghampiri bocah berseragam pramuka itu.

"Dek, kamu ngapain di situ? Ayo turun sama kakak, nanti kamu jatuh. Ini tinggi banget lho," ujar Nada membujuk gadis itu. Namun tetap saja yang dibujuk hanya diam, bahunya bergetar menandakan ia sedang menangis.

"Sumpah, Nad, merinding gue kalo liat ke bawah. Mana gue nggak jago bujuk anak-anak lagi," kata Niki sembari mengusap lengannya.

Nada terlihat kebingungan sekaligus takut. Bagaimana jika gadis itu nekat, astaga untuk membayangkan saja sudah membuat bulu kuduk berdiri.

REYNADA (Completed✅)Where stories live. Discover now