Yuri POVSemua orang tahu cerita-cerita mengenai ibu mertua jahat yang membenci menantu perempuannya sendiri. Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan berada dalam kisah seperti itu. Yang terburuk dari hal itu bukanlah apa yang telah terjadi, tapi apa yang telah menyebabkannya terjadi.
Aku bertemu Yena saat aku sedang berlibur, yang adalah sesuatu yang jarang aku lakukan. Hubungan kami dimulai dengan begitu cepat dan tidak diduga-duga. Kami benar-benar tergila-gila satu sama lainnya dan hanya dalam jangka waktu dua bulan setelah kami bertemu, kami langsung memutuskan untuk menikah. Kami bahkan belum sempat berkenalan dengan keluarga masing-masing. Keluargaku datang berkunjung beberapa minggu kemudian. Awalnya tentu saja mereka kaget bukan main. Tapi pada akhirnya mereka malah sangat menyukai Yena.
Setelah kami tinggal bersama sebagai pasangan suami istri, aku mulai mengetahui lebih banyak mengenai kedua orang tua dan keluarga besarnya yang tinggal hanya beberapa jam dari sini, walaupun sampai saat itu kami masih belum sempat menemui mereka dikarenakan pekerjaanku yang sangat padat. Aku bekerja selama enam sampai tujuh hari dan hari-hari liburku selalu terganggu oleh urusan pekerjaan dan hal-hal lainnya. Saking sibuknya, aku baru sekali saja pergi keluar kota semenjak bertemu dengan Yena.
Namun akhirnya enam bulan kemudian, aku berhasil mendapatkan cuti selama beberapa hari supaya kami dapat pergi mengunjungi keluarganya. Mereka semua datang berkumpul dan tampak bersemangat untuk menemuiku, kecuali Sakura, ibu Yena. Dia tampak dingin dan acuh tak acuh. Dia bahkan tidak mengajakku berbicara walaupun kami berada di dalam ruangan yang sama. Dia tampak sedikit galak dan menyeramkan. Tapi aku tetap berusaha untuk mengajaknya berbicara.
Di hari terakhir kami di sana, Yena mengusulkan supaya kami berdua berjalan-jalan menghabiskan sisa sore itu dengan menjelajahi hutan rekreasi di atas gunung yang berada sangat dekat dengan rumah kedua orang tuanya. Setelah menyantap makan siang yang telah disiapkan oleh Sakura, aku pun mulai bergegas untuk berganti pakaian namun saat itu tiba-tiba aku langsung merasa mual luar biasa. Aku menghabiskan berjam-jam di kamar mandi dan muntah tanpa henti.
Awalnya aku berpikir bahwa mungkin aku hanya salah makan dan tidak terlalu menguatirkan nya. Kami kembali mengunjungi rumah orang tua Yena beberapa bulan kemudian dan menghabiskan waktu dengan bersenang-senang yang sedikit dirusak oleh sikap dingin Sakura yang tidak pernah mau berbicara denganku walaupun Yena beranggapan bahwa mungkin ibunya hanya masih merasa syok dengan pernikahan tiba-tiba kami dan belum terlalu mengenalku. Dia kembali mengusulkan supaya kami menyewa motor ski salju keesokan harinya untuk menjelajahi danau di kota seberang dan menikmati udara segar. Aku merasa jauh lebih baik setelah mendengar usulan Yena itu.
Dengan bersemangat aku mengatakan pada semua orang mengenai rencana kami itu tapi sayangnya, kami kembali harus menggagalkan rencana tersebut. Setelah makan, lagi-lagi aku kembali sakit dan merasa mual sampai-sampai aku harus membaringkan diri di tempat tidur selama dua hari berturut-turut.
Saat itu akhirnya aku mulai merasa curiga. Tak seorang pun di antara kami yang sakit kecuali aku padahal kami semua memakan makanan yang sama. Sepertinya Sakura sedang merencanakan sesuatu. Tapi aku baru merasa yakin dengan kecurigaanku ini di kunjungan kami yang selanjutnya. Saat itu kami sudah berencana akan mengunjungi sebuah kabin romantis yang berjarak sekitar sejam dari jalan utama namun terpaksa harus membatalkannya karena lagi-lagi aku kembali sakit dan mual. Saat itu aku yakin bahwa sakura telah meracuniku.
Yena tidak mempercayaiku saat aku mengutarakan hal tersebut padanya. Dia menduga aku mungkin alergi pada sesuatu yang digunakan ibunya di dalam masakannya. Masuk akal juga, sih sebenarnya. Lagi pula aku belum sempat ke dokter untuk memeriksakan diri dan mengetahui apa yang menyebabkanku sakit. Maka pada kunjungan kami yang berikutnya, aku memutuskan untuk membuat makanan sendiri dari rumah dan membawanya ke sana. Kalau aku yang menyiapkannya sendiri, maka aku akan baik-baik saja.
Di rumah orang tua Yena, saat aku baru saja mulai mencicipi makanan hasil buatanku sendiri, aku menyadari bahwa tadi saat kami sedang menikmati anggur, aku sempat meninggalkan gelas minumku selama beberapa saat karena aku harus ke dapur untuk memanaskan makanan. Perutku mulai terasa tidak enak.
Kau sudah bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya. Aku kembali sakit dan muntah-muntah tanpa henti dan menghabiskan waktu di toilet selama berjam-jam.
Kali ini aku benar-benar yakin kalau ibu Yena memang telah meracuniku dan aku langsung mengonfrontasi Yena perihal tersebut. Aku bilang padanya kalau aku tidak akan pernah lagi mau mengunjungi keluarganya kalau ibunya ada di sana. Itu adalah pertama kalinya kami bertengkar hebat. Tapi pada akhirnya dia berkata bahwa dia tidak akan memaksaku untuk mengunjungi keluarganya lagi kalau memang aku tidak ingin. Tapi dia berjanji akan mencari jalan keluar untuk permasalahan ini.
Tapi dalam hati aku telah memutuskan. Ibunya tidak pernah bersikap baik padaku. Jadi aku sama sekali tidak merasa rugi kalau aku tidak harus bertemu dengan wanita mengerikan itu lagi.
Saat aku kembali mendapatkan cuti, kami memutuskan untuk mengunjungi kabin kecil yang kami pernah sewa sebelumnya namun tidak sempat kami kunjungi tersebut. Saat kami berkendara ke sana dan melewati rumah orang tuanya, kami memutuskan bahwa rasanya tidak sopan kalau kami tidak singgah sebentar. Jadi kami memutuskan untuk membeli pizza dan berkunjung ke sana. Aku bersikeras untuk tidak makan dan minum apa-apa sama sekali.
Makanan pun disiapkan di atas meja dan saat semua orang baru mulai akan makan, tiba-tiba salah seorang sepupu Yena datang dan semua orang langsung pergi ke ruang tamu untuk menyambutnya dan meninggalkan makanan di atas meja begitu saja. Tapi untungnya saat itu aku sudah bersiap-siap dan memutuskan untuk mencoba sesuatu. Aku dan Craig masing-masing mendapatkan dua potong pizza di piring kami masing-masing.
Saat semua orang tidak memperhatikan, aku langsung menukar piringku dengan piring Craig di atas meja.
Beberapa saat kemudian, Yena langsung sakit dan mulai muntah-muntah, membuatku merasa benar-benar kuatir. Rencana kami pun dibatalkan dan kami memutuskan untuk kembali pulang ke kota menempuh perjalanan dengan susah payah karena kami harus menepi di pinggir jalan sekali-kali setiap Yena merasa mual dan ingin muntah.
Tiga hari kemudian sepulangnya kami dari rumah orang tua Yena, aku memberitahunya mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan aku telah menukar makanan kami.
Aku tidak pernah melihatnya semarah itu sebelumnya. Matanya berkilat-kilat dengan murka dan aku tidak akan pernah melupakan ekspresi di wajahnya saat dia menatapku. Dia mendorongku ke dinding dan mulai memukuliku. Dia menghempaskan tubuhku ke sofa tapi aku langsung menyambar kunci mobil dan telepon selulerku dan langsung berlari keluar dengan bertelanjang kaki.
Aku beruntung liftnya terbuka saat aku berada di selasar dan langsung menerjang masuk dan langsung menekan tombol sampai pintunya menutup sebelum Yena sempat menyusulku. Hari itu aku bersembunyi di rumah salah seorang temanku. Aku mematikan teleponku setelah dia menelepon untuk ke 47 kalinya. Aku takut ahu apa yang harus ku lakukan atau kapan aku bisa pulang ke apartemen kami.
Hari itu adalah hari paling menakutkan sepanjang hidupku.
Dua hari kemudian aku memutuskan untuk menyalakan teleponku dan saat aku menerima kabar dari polisi, aku langsung bergegas menuju ke kota.
Yena meninggal dunia. Sakura telah menembaknya setelah dia datang dan mengamuk di rumah orang tuanya dan menyerang ibunya sendiri dengan sebilah pisau.Kemudian aku diberitahu bahwa Yena sudah pernah menikah sekali sebelumnya. Namun istrinya meninggal dunia di sebuah kecelakaan tragis saat mereka sedang menjelajahi hutan. Yena mendapatkan banyak uang dari asuransi jiwa istrinya dan sejak saat itu sakura selalu merasa curiga kalau Yena memang sengaja telah membunuh istrinya sendiri untuk mendapatkan uang asuransi tersebut. Itulah sebabnya mengapa dia selalu merasa cemas setiap kali Yena mengajakku untuk berduaan saja di sebuah tempat terpencil yang sangat dikenalnya sejak dia masih kecil.
Jadi dia memastikan supaya aku sakit setiap kali Yena merencanakan waktu untuk berduaan denganku supaya kami tidak jadi pergi. Dia tidak tahu bagaimana caranya mengatakan padaku mengenai kecurigaannya pada Yena karena dia bisa melihat bahwa aku sangat mencintai putranya tersebut dan merasa takut kalau aku tidak akan percaya padanya. Lagi pula, tak seorang pun di keluarga mereka yang mencurigai Yena selain dirinya sendiri.
Aku juga menerima laporan dari polisi bahwa diam-diam Yena telah mengeluarkan asuransi jiwaku tanpa sepengetahuanku. Setelah semuanya jelas, aku memutuskan untuk tidak mempermasalahkan masalah keracunan makanan itu lagi . Sakura hanya sedang berusaha untuk melindungiku. Aku masih sering datang mengunjunginya sewaktu-waktu setiap kali aku ingin mengasingkan diri sejenak dari hiruk pikuk di kota.
Dan aku harus mengatakan hal ini. Aku sangaaaaat menyukai masakannya.TAMAT
Story by NMWrites
Translation and Adaptation by Galman