Badnews ( Nara)

3.1K 189 3
                                    

Sebenarnya,  dari kejauhan aku seperti melihat Nando sedang duduk di taman itu.  Namun,  aku enggan menegur karena aku takut dia sedang menunggu seseorang di taman ini dan akan lebih menyakitnya ketika yang ditunggu adalah seorang perempuan.

Kali ini perasaanku lebih berifat defensif.  Mengingat perkataan Nando dulu saat SMA yang mengatakan bahwa ia tidak akan tertarik denganku.  Walaupun sikapnya kini sudah berubah.  Tapi tetap saja,  pengukuhan perasaan agar tidak mudah terbawa arus yang belum aku ketahui kemana arahnya. 

Aku duduk sebentar tepat di depan Nando dan berpura-pura tidak menyadari keberadaannya.  Lalu aku beranjak pergi. 

Setelah berjalan sekitar 100 meter, aku menyadari ada sesuatu yang hilang.  Earphoneku.  Setelah aku ingat ingat terakhir kali aku duduk di taman masih ada. 
Aku berbalik ke taman tadi tanpa memikirkan adanya Nando di sana karena terlalu panik earphoneku tidak ada. 

Beruntunglah earphone itu masih rezekiku. Aku melirik sekilas ke tempat tadi Nando duduk.  Benar dugaanku. Dia sedang bersama perempuan.

Tapi aku mengenal.  Dia Fira teman satu SMAku.  Fira cantik.  Wajar saja Nando suka.  Ternyata dia ke sini untuk menjemput Fira.  Untunglah tadi aku tidak jadi menegurnya. 

Tapi sepertinya Nando tidak menyadari keberadaanku.  Aku buru-buru berjalan ke perpus untuk mencari buku. 

Aku mendengar suara motor mengarah padaku.  Semakin dekat. Lalu berhenti tepat disampingku. 

Ternyata Nando.

Ku kira dia bersama Fira.  Tapi tidak. Dia sendiri.  Sebenarnya ada sedikit rasa senang karena dia ternyata tidak bersama Fira. 

Nando menawarkan aku pergi ke perpus berasama dia.  Tapi lagi-lagi sifat defensifku keluar.  Aku takut jatuh ke lubang yang sama. 

Benar saja.  Sepertinya Nando hanya basa basi mengajakku membersamainya. Buktinya ketika aku tolak,  dia tidak memaksa lagi. 

Nara,  jauhkan dirimu dari prasangka-pransangka yang akan menyakiti dirimu sendiri. 

Tapi aneh.  Dia bilang mau ke perpus.  Tapi ketika ku tolak,  motornya jalan tidak ke arah perpus. 
Apa dia bohong?

Sudahlah terserah Nando.

Langkahku terhenti ketika mendengar seseorang berbicara.

" Mamah yang bener? Innalillahi. Yauda malam ini Tio pulang. "

Aku langsung menengok ke arah belakang. 

Nando. 

Dia kelihatan sangat lemas. Dia duduk di trotoar sambil mengenggam erat Hpnya.  Aku berlari menghampiri Nando.

" Nan?  Kenapa?  Ada masalah? "

Dia yang sebelumnya menunduk.  Langsung mengarah padaku.  Mata kami bertemu. 

Sendu.

" Bokap gue meninggal,  Ra. "

Sungguh aku mengerti bagaimana perasaannya. Dia pasti sangat terpukul. Aku mencoba menenangkan dirinya.  Mengantarnya menuju parkiran. 

Kami berjalan tanpa berbicara apapun.  Nando hanya diam dan sesekali dia mengusap air mata. 

Dia sangat rapuh. 

Sesampainya di parkiran.

" Ra,  mau anter gue beli tiket kah? "

Kali ini benar-benar aku tidak bisa menolak.  Dia sedang butuh teman. 

" Ya. Gue bakal temenin kok. "

Dia senyum tipis. 

Lalu kita pergi ke Stasiun. Tapi sebelum itu,  aku ke kos temanku untuk meminjam helm.

Di perjalanan menuju statsiun, Nando tidak mengajakku berbicara. Namun ada satu kalimat dari Nando yang membuatku bingung. 

" Padahal gue belom sempet kenalin lo ke bokap gue,  Ra. "

Aku tidak menjawab apapun dan dia juga tidak berbicara lagi setelah itu.

How to Be Yours ✅(completed)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant