Suspicion

16 1 0
                                    

RULES
vote for every part if you enjoyed this story.
and please remember, this is just a fanfiction.
thank you.


Hening. Diluar maupun didalam tenda, lagi lagi hanya ada keheningan. Yura memakai earphone, memasang lagu dengan volume full yang bahkan dapat terdengar oleh kami.


"Kita gabakal kenapa-napa kan, ley?" tanya Hana tibatiba, memecahkan keheningan. Aku tersenyum, mengusap lengannya berulang kali lalu mengangguk.


Sebenarnya aku juga .. takut, dan tak yakin apa kami benar-benar akan baik baik saja. Tapi setidaknya saat ini kami masih dalam keadaan baik.


Aku mengambil selimut dan menyodorkannya pada Hana, "udah mulai dingin. Lo tidur aja, gue jagain." aku kembali tersenyum padanya. Hana itu paling penakut di antara kami semua, bukan tanpa alasan, pernah ada sesuatu yang membuat mentalnya sempat terganggu. Meskipun aku sendiri tak terlalu tahu cerita lengkapnya, aku merasa harus menenangkannya di saat saat seperti ini.


Aku memeluk dengkulku, sedikit menghangatkan diri karna selimut lainnya ada di tenda sebelah. Sekitar 15 menit berlalu, aku melirik Hana yang kini sudah tertidur lelap. Perlahan aku membuka tenda dan mengintip keluar.


"Cheol?" panggilku dengan suara saa~ngat pelan. Dia menoleh, entah kenapa aku merasa dia sangat terkejut mendengar suaraku. Sebatang rokok yang berada di bibirnya ia turunkan dengan segera. "K-Kenapa?"


Aku keluar dari tenda, merapatkan jaket tebalku dan memakai asal sandal didepan tenda. Aku berjalan mendekatinya, refleks, mereka semua mematikan rokok mereka.


Dengan suhu sedingin ini, aku sangat memaklumi mereka. Toh, hanya sesekali.


"Masih bau asep rokok. Ga tidur?" tanya Wonwoo begitu aku duduk disampingnya sembari mengibaskan tangan, berusaha menjauhkan asap-asap rokok yang masih ada di sekitar.


Aku menggeleng, lalu beralih menatap Cheol dan Shua secara bergantian, "selimut ada di tenda nya Seungcheol apa Shua?"


"Di tenda gue," jawab Cheol. "Mau gue ambilin?"
tanyanya sambil menaruh secangkir kopi hitam yang sedari tadi ia teguk. Aku berdiri, "gue aja."


Aku sempat diam sebentar, setahuku, Cheol selalu minum dengan tergesa-gesa saat panik. Apa hanya perasaanku saja?


Belum sempat melangkah, Wonwoo menahan lenganku yang membuatku sedikit terkejut. Aku hanya menaikkan kedua alisku, bertanya tanpa suara. "Tadi kita.. nemu kertas."


"Iya, terus?"

Dia menghela napas, menatap kertas yang ia keluarkan dari sakunya. Aku kembali duduk, "ada tulisannya?" tanyaku lagi.


"Kayanya Yura bener." celetuk Yohan. Aku menatapnya, sedikit ragu akan pikiran yang kini berada dikepalaku.


"Selamat datang. Tidak kusangka kalian akan mempermudah permainanku. Anak baik.." ucap Hangyul dengan nada yang membuatku bergedik ngeri. Dia menarik napas, "sebenarnya aku ingin mulai bermain dengan kalian besok pagi, tapi sepertinya 4 teman kalian sudah tidak sabar untuk segera bermain denganku. Tak apa.." aku mengacak-acak rambutku, menahan tangis yang sepertinya sudah sangat siap untuk ditumpahkan.


"Aku jadi semakin tak sabar untuk bertemu kalian. Sampai jumpa.. besok pagi."


Tubuhku kaku. Berulang kali mengedipkan mata, memastikan apa yang kudengar tadi tidaklah salah.


"Jadi gimana? Seungwoo, Woozi, Wooseok sama Jun kan maksudnya? Kita harus cari mereka dong? Kalau mereka kenapa-napa gimana.. kalau—"


"Tenang dulu," Wonwoo menggenggam tanganku, "kita daritadi udah mikirin. Sekarang terlalu gelap, ga baik juga buat kita kalau cuma beberapa yang nyari mereka, bahaya."


"Ya terus kita ga ngelakuin apa-apa gitu? Mereka juga temen kita." Aku melirik Seungcheol yang selalu mengutamakan kepentingan bersama, berharap dia tergerak untuk mencari yang lainnya. Namun Cheol malah menghindari tatapanku.


"Sebenernya.."

Aku menoleh ke arah sumber suara, "apa?"

"Kita curiga sama Seungwoo."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALARM | X1 x SEVENTEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang