“Aku Lan Zhan. Lan Zhan-mu ….”Menaikkan pandangannya, di tengah gelap yang menguasai, Wei Wuxian bisa mendengar suara Lan Wangji. Terdengar begitu dekat, tapi Wei Wuxian sama sekali tak bisa meraihnya.
“Lan Zhan, di mana!” Ia berteriak dengan sisa tenaga. Sebelum tubuhnya sempat bergerak lebih banyak, kepalanya telah diserang pusing yang begitu berat. Kepalanya terhempas ke lantai, pandangannya memanas sampai sesuatu yang basah menetes dari sudut matanya. Ia memejamkan mata mencoba menghalau semua.
Ini terlalu menyakitkan, lebih sakit ketimbang semua luka yang pernah ia rasakan. Wei Wuxian rasa bisa saja ini adalah rasa dari sekarat. Saat nyawanya berada di ambang hidup dan mati.
***
Lengan Lan Wangji terangkat, hendak menghalau serangan yang akan diarahkan padanya. Namun, hingga beberapa saat menunggu, tak ada satu pun yang terarah padanya.
Debum berat terdengar diiringi suara dari sesuatu yang jatuh. Ia melihat ke depan, dan mendapati Wei Wuxian telah ambruk dengan posisi menelungkup. Tak menunggu apa pun lagi, Lan Wangji segera menguasai diri dan bergerak menyongsong tubuh yang kini terbaring pasrah.
“Wei Ying, bangun!” Ekspresi khawatir jelas tergambar di wajahnya, setelah semua yang ia lewati menyangkut tentang sosok dalam dekapan, ketakutan satu dengan ketakutan lain telah saling bertumpuk. Membuat Lan Wangji tak mampu bersikap tenang, dan selalu hilang kendali.
Menaikkan kepala Wei Wuxian pada pangkuannya, matanya kembali melebar saat melihat jejak darah di wajah istrinya. Itu bukan darahnya, melainkan berasal dari sudut mata kekasihnya.
Dengan wajah pucat pasi dan keringat sebesar biji jagung mengalir turun dari dahi. Keadaan Wei Wuxian jauh lebih mengkhawatirkan ketimbang keadaan Lan Wangji yang mengalami luka di punggung. Belum lagi dengan lengan yang terluka saat digaruk kuku tajam.
Kuku itu! Lan Wangji meraih lengan Wei Wuxian, tapi kuku tajam itu telah hilang. Berganti dengan kuku bening milik Wei Wuxian. Terlihat sehalus biasanya, seperti tak pernah memanjang dan mengoyak daging.
Menempatkan lengan di bawah lutut dan di tengkuk Wei Wuxian, Lan Wangji segera menggendong istrinya menuju tempat tidur. Meletakkannya sehalus mungkin, tak ingin menambah sakit pada tubuh istrinya.
“Wei Ying,” ia ingin mengatakan banyak hal. Tapi seperti biasa, mulutnya tak pandai dalam mengutarakan isi pikiran. Lan Wangji hanya bisa memanggil nama kecil istrinya berkali-kali sembari berusaha mengobati setiap luka yang ada di tubuh istrinya dengan cara mengalirkan energi spiritual ke tubuh Wei Wuxian.
Setelah beberapa lama melakukan itu, sedikit demi sedikit rona wajah pria yang dulunya tinggal di Yunmeng tersebut kembali. Lan Wangji melakukannya nyaris sepanjang malam, sampai tak sadar bahwa ia tidur karena kelelahan.
***
Pukul lima pagi, Lan Wangji telah bangun seperti biasa. Ia sepenuhnya terkejut saat tak mendapati sosok istrinya di atas ranjang.
Namun, suara percikan air dari kamar mandi membuatnya tenang. “Wei Ying, kau ada di dalam?”
Tak ada jawaban, namun setelahnya pintu terbuka. Menampilkan sosok langsing Wei Wuxian dalam balutan hanfu putih seperti miliknya. Rambutnya masih basah karena belum sempat dikeringkan. “Lan Zhan, selamat pagi.”
Helaan napas lega meluncur dari mulutnya. Lan Wangji mengangguk kecil seperti biasa. Keadaan istrinya jauh lebih baik dari semalam. Lukanya pun telah nyaris menutup sepenuhnya berkat energi spiritual yang Lan Wangji alirkan semalaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Romance
Fanfiction"Tanpaku, Lan Wangji mungkin akan kesepian. Tapi, Lan Wangji takkan lagi terluka jika aku tiada." . . . . . . . Karena ia mencintai Lan Wangji. Baik di kehidupan yang lama, maupun di masa ini. Jika dulu ia egois tak mau membuka mata pada perasaan La...