The Darkside

13K 746 31
                                    

Kegelapan adalah teman Astoria. Ruangan sempit yang gelap, pengap, dan lembab adalah tempat bernaungnya mulai sekarang. Tidak ada belas kasihan lagi untuknya. Bahkan untuk duduk dan beristirahat untuk memulihkan lukanya saja tidak bisa.

Astoria di rantai dalam posisi berdiri. Usai di cambuk dan di pukul Astoria di biarkan di sebuah sel berkarat dengan tanah sebagai lantai. Aroma amis darahnya masih dapat tercium beberapa meter dari selnya. Keadaan yang sangat menyedihkan dan hina bagi kaum mana pun yang melihatnya.

Matanya yang tertutup tiba-tiba terbuka. Etna meraung. Dengan sisa kemampuannya, serigala betina itu berusaha melepas belenggu rantai perak di tubuhnya. Namun suara gemerincing rantai itu malah memancing beberapa penjaga yang langsung mencambuk dan memukulnya hingga pingsan agar keadaan penjara kembali hening. Kebodohan yang hakiki memang bagi sepasang jiwa dalam satu tumbuh itu.

Di luar penjara, di sebuah jendela yang berada tak jauh dari pintu menuju penjara bawah tanah, seekor gagak hitam bertengger manis sambil sesekali menoleh ke sana sini. Bulunya yang segelap jelaga tampak mengkilap terkena pantulan sinar matahari. Teriakan kesakitan Etna terdengar hingga pintu masuk penjara bawah tanah. Dan ketika teriakan itu berakhir dengan begitu pilu, sang gagak terbang keluar jendela merajai udara dengan sayap segelap malam yang terkepak cepat.

***

"Aku tidak mengerti kenapa Sang Ratu amat menyanjungmu di banding aku yang memiliki ratusan pasukan yang siap tempur hanya dengan aba-aba jari." sinis Paul ketika kehadiran gagak hitam yang di tunggunya tiba dalam waktu yang cukup lama.

Gagak itu terbang menukik menuju tanah. Namun sebelum kakinya memijak tanah, gagak itu telah lebih dulu berubah wujud menjadi seorang wanita berpakaian minim seperti assasin dengan jubah hitam senada dengan sepatu dan pakaianya. Rambutnya yang panjang di biarkan tergerai dengan warna merah menyala menyerupai darah. Senyum bengis terpampang di wajah cantiknya sambil memandang Paul merendahkan, seperti memandang lalat yang akan lenyap hanya dalam sekali tepuk.

"Kau pikir dengan postur tubuhmu aku akan tertarik padamu?" sindir Paul terang-terangan.

"Anjing tetaplah anjing." balas gadis itu tenang sambil mengibaskan jubahnya.

"Sombra!" Paul mengeram.

Gadis itu terkekeh lantas mengeluarkan sebuah botol berisi ramuan yang kemudian ia lemparkan pada Paul. Dengan mudah Paul menangkap botol itu lantas menatap horor pada Sombra.

"Aku tidak akan merubahmu menjadi cacing lagi, dumb." Sombra menyeringai licik yang membuat Paul lagi-lagi mengeram kesal.

"Sial, apa semua ramuanmu selalu berbau seperti kaus kaki basah!" keluh Paul mual yang membuat Sombra memutar bola matanya jengah.

"Kau terlalu banyak mengeluh, untuk misi konyol ini saja kau tidak bisa melakukannya tanpa ku. Jadi berhentilah mengeluh!" iris hijau zamrudnya berkilat tajam membuat Paul tidak memiliki banyak pilihan kecuali menenggak ramuan pada botol itu hingga tandas.

Rasa amis bercampur pahit dan asam yang begitu aneh bersatu di kerongkongan Paul yang kini berubah wujud menjadi ular kobra hitam. Sombra tersenyum miring lantas merubah wujudnya kembali menjadi gagak hitam. Dengan cakarnya, sang gagak jelmaan penyihir hitam itu mencengkeram wujud ular Paul lalu membawanya menuju Pack House Eclipse Pack, lebih tepatnya menuju penjara bawah tanah untuk menemui seorang tawanan yang memiliki banyak informasi penting yang mereka butuhkan.

Ketika mereka sampai di jalan masuk menunggu penjara bawah tanah, gagak jelmaan Sombra melempar Paul yang masih berwujud ular dengan kasar sehingga hampir seluruh tubuh ular hitam itu membentur lantai cukup keras. Paul menipiskan lehernya sambil menatap ke arah Sombra seperti ular kobra yang sedang terancam sebagai bentuk protes atas tindakan Sombra.

My Mate is White WolfWhere stories live. Discover now