十: 𝐬𝐰𝐞𝐞𝐭 𝐬𝐥𝐞𝐞𝐩.

7.4K 1K 83
                                    

21:07 PM.

—Wooyoung's house.

Clek.

Wooyoung membuka pintu rumahnya. Dan disini, Wooyoung melihat sosok San yang sedang berdiri dengan kedua tangan dipenuhi oleh kantong plastik. Sepertinya yang dibawakan San adalah makanan cepat saji.

"Yuk masuk." Ucap Wooyoung.

San mengangguk. "Langsung kekamar lo aja ya?" Tanya San membuat Wooyoung diam sejenak.

Kemudian Wooyoung mengangguk. "Ok deh."

Lalu Wooyoung menutup pintu rumahnya kembali, begitu San telah masuk didalam rumahnya. Ini saatnya mereka melangkah menuju kamar Wooyoung, yang berada dilantai atas.

Singkat cerita, tibalah mereka didalam kamar Wooyoung.

San duduk diatas kasur dengan antusias, sembari meletakkan kantong plastik tersebut diatas kasur milik Wooyoung.

"Nggak papa kan makannya disini?" Tanya San, meminta izin terlebih dahulu kepada sang pemilik kamar sebelum memulai menyantap makannya.

Wooyoung menggeleng, pertanda ia tak mempermasalahkan semua itu. "Udah biasa gue makan dikamar. Jadi it's ok." Ucap Wooyoung duduk di kursi belajarnya. Yang pasti jarak antara mereka berdua tidak begitu jauh.

San tersenyum cerah. Dan Wooyoung memperhatikannya. Sangat menggemaskan, pikir Wooyoung.

"Jangan liet gue mulu. Nih makan ayamnya."

Deg.

Wooyoung sudah tertangkap basah. Ia ketahuan memperhatikan San sedari tadi . Wooyoung hanya bisa tersenyum dalam diam, menyembunyikan wajah merah meronanya. Entah mengapa, kehadiran San membuat Wooyoung seketika menjadi senang.

Ia jauh lebih baik sekarang.

"Kok lo tumben sih kesini bawa ayam. Malem-malem lagi." ucap Wooyoung seraya menggigit ayam yang sekarang sudah berada ditangannya.

Sambil menyeruput minumanya, San menjawab, "Kan gue udah bilang gue kangen sama lo." Jawabnya. Dan Wooyoung hanya bisa menunduk, tersenyum, kemudian merasakan ada sebuah getaran hebat pada jantungnya.

San yang memperhatikan langsung bertanya. "Kanapa lo senyum-senyum. By the way gue belum cuci muka. Muka gue ada yang salah ya? Ada yang aneh?" Tanya San bertubi-tubi dan dibalas gelengan oleh Wooyoung.

"Kalau lo mau cuci muka, cuci aja pakai sabun gue." Jawab Wooyoung.

"Ntar aja deh. Selesai makan."

Dan Wooyoung hanya mengangguk saja. Wooyoung kembali melahap makanan yang ada ditangannya. Sesekali ia melirik San yang sibuk mengunyah, sehingga kedua pipinya menjadi membengkak karena memasukkan makanan yang terlalu banyak pada mulutnya.

"Lo laper banget San?" Tanya Wooyoung.

San menoleh. Kemudian terkekeh. "Lagi pengen aja sama ayam. Hehehe." Jawab San. Lalu Wooyoung tersenyum lagi.

• • •

—Wooyoung's room.

San keluar dari kamar mandi milik Wooyoung. Dan kemudian sosok laki-laki tersebut kembali duduk dan membersihkan kotak makanan yang sudah tak tersisa lagi. Hanya menyisahkan tulang-tulang ayam saja.

Sedangkan Wooyoung membersihkan botol plastik yang hanya menyisahkan es batu saja. Keduanya sibuk membersihkan.

Berselang beberapa menit kemudian, Wooyoung dan San telah membersihkan semuanya. Mereka berdua dengan sangat kompak membaringkan tubuh diatas kasur milik Wooyoung.

"Capek." Keluh San berada disamping Wooyoung.

Wooyoung mengangguk setuju. "Lo belum mau pulang San?" Tanya Wooyoung. San diam. Tidak mengubris pertanyaan Wooyoung.

Dan hingga pada akhirnya, San menggeleng. "Gue belum mau pulang." Jawabnya.

Wooyoung hanya diam. Tak ingin bertanya lagi. Ia letih dan lebih memilih untuk istirahat sebentar. Wooyoung memejamkan kedua matanya.

"Young."

Mendengar suara itu, Wooyoung membuka kedua bola matanya dan menolehkan kepalanya kearah San. Dan begitu keduanya melakukan kontak mata, Wooyoung terkejut bukan main begitu melihat San sudah mengganti posisi menghadap Wooyoung. Ditambah lagi posisi mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya.

Jantung Wooyoung sudah tak bisa dikontrolkan lagi.

Perlahan tapi pasti, San meraih pipi Wooyoung dan mengelusnya. Mata Wooyoung tidak berpaling dari wajah San.

Lalu San tersenyum. "Gue pengen jujur. Tapi lo jangan marah ya?"

Deg.

Wooyoung masih diam. Membiarkan pipinya dijadikan bahan mainan oleh San. Beberapa pertanyaan terlintas dipikiran Wooyoung.

"Ka-kalau nanya soal itu.. me-mending ntar aja. Gu-gue.. gue belum siap." Wooyoung gelagapan. Ditambah jantungnya kini semakin berdetak hebat.

Mendengar jawaban dari Wooyoung, San hanya bisa mengangguk dan tersenyum. Kemudian San mencubit halus pipi Wooyoung. Benar-benar menggemaskan, pikir San.

Tak lama, San tiba-tiba memejamkan kedua matanya dan memeluk pinggul Wooyoung. "Malem ini gue tidur disini aja."

Wooyoung diam. Tak ingin bertanya lagi begitu melihat San yang hendak larut dalam tidurnya. Melihat San seperti ini membuat suasana Wooyoung jauh lebih tenang. Seakan semua hal yang membebani Wooyoung menjadi sirna.

Dan soal tadi, Wooyoung tau apa yang akan San katakan kepadanya. Sudah terlihat jelas bahwa San akan menyatakan cintanya. Mulai dari perlakuan manisnya kepada Wooyoung, membuat Wooyoung sedikit demi sedikit semakin yakin bahwa cinta diantara keduanya benar-benar ada dan nyata.

Hanya saja Wooyoung tidak siap mendengarkannya. Ia perlu waktu. Itu saja.

bersambung.

yang mikir bagian ini ada scene ena-enanya..

kalian SALAH :). ditunggu aja scene mantap-mantapnya.

if you know ; woosan ꒰✔꒱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang