02

51 26 0
                                    

Dio memasukkan uang 50 ke saku baju Dinda

"Gua itu bukan sok kaya Din, cuma ini ciki bukan buat gua sendiri nanti Lo malah bangkrut, lagian gua capek megang ini dari tadi, liat aja bentuknya udah lecek gitu"

"Lagian kasiann juga nanti uangnya malah kececer sama gua"

Perkataannya membuat Satya terheran-heran, bagaimana tidak Dio mengatakan dia capek memegang uang, ini uang guys, uang! disaat semua orang membutuhkan Dan susah payah mencari uang dia malah mengatakan capek memegang uang

"Orkay stres"

Keasikan makan kripik Dio kembali terkejut karna suara hp dinda

"Gua buang juga ni hp" ucapnya gemas

Dinda permisi mengangkat telfon Yang di angguki teman² Dio Yang lain

"Yo, abang Lo namanya siapa?"

"Ilham sama Evan"

"EVAN?  WOY KALIAN TAU GAK NAMA ABANG DIO SIAPA? NAMANYA EVAN"

pletak
Dio menjitak kepala Tora keras, membuat si empu kembali merasakan ke sakitan untuk Yang ketiga kalinya dihari itu berkat seoeang Diora. Barikan tepuktangan padanya

" jauh² Lo dari gua" usir Dio, dia melihat kearah Dinda "gimana?" Dinda tersenyum Dan memeluk Dio erat

"Untung Nata ada"

"Ya udah, gih sana"

*
*
*

Ketika jam pulang, Dio tidak langsung pulang melainkan menemui buk Ririn selaku guru kesenian Yang menyuruh Dio ikut lomba menyanyi

"Jadi gimana Diora?" tanya buk Ririn

"Gimana ya buk, bukannya gak mau, masalahnya suara saya jelek buk jangankan buat nyanyi baca aja saya fales buk" Dio beralasan

"Kalau gitu gimana kalau kamu main alat musik saja, gitar mungkin"

"Astawfirullah ibuk, itu malah lebih parah saya cuma pintar nengokin aja, boro2 bisa main, kunci gitar ada berapa saja saya gak tau buk" cuma ini dia jujur "mending ibuk suruh saya lomba lari, mungkin saya bakal dapat juara dan membanggakan nama sekolah" lanjutnya bangga

Ada alasan tersendiri kenapa seorang Diora Yasyana Albert Samuel tidak membiarkan orang tau kepintaran dan suara merdunya.

"Kenapa ibuk gak suruh yang lain aja?" usul Dio

"Saya pernah dengar dari seseorang katanya suara kamu itu bagus dan rekomein kamu ke saya"

"Pasti salah orang mungkin buk, orang lain di pikir saya"

Buk Ririn menghembuskan nafas lelah "baiklah kamu boleh keluar"

"Permisu buk" pamit Dio senyum, setelah berbalik senyum itu luntur seketika dan terganti oleh tampang dingin

Di perjalanan menuju parkiran motornya dia tiak sengaja bertemu Natan, pria itu memperhatikannya dengan teliti

"Apa lo" Dio berucap nyolot dan mempercepat langkahnya menuju motor ninja kesayangannya

Saat hendak menjalankan mesin motor tersebut, hp Dio berbunyi pertanda ada yang telfon, tanpa pikir panjang Dio mengangkatnya

"Iya, bang?"

"Ana belum pulang?" terdengar nada lembut dan khawatir dalam nada itu

"Ini mau otw"

"Oo, ya udah hati-hati dan jangan ngebut"

"Em"

Liam yang nenelfonnya

Dio tau maksut Liam menelponnya, pasti papa-mamanya sudah tiba dirumah. Sebenarnya Dio tidak ingin seperti ini, entah kenapa hatinya terasa sangat perih dan sakit

On The TopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang