Suasana Baru

825 84 4
                                    

"Ohayou..."

Mataku menoleh ke belakang. Menatap beberapa gerombol orang berseragam putih dengan rok dan blazer berwarna navy. Omong-omong sapaan selamat pagi yang tadi bukan untukku. Melainkan untuk mereka-mereka yang tengah berjalan beriringan menuju gedung sekolah.

Tokyo High School.

Sekolah Menengah Atas ternama di kota ini, yang terkenal dihampir semua prefektur di Jepang. Sekolah ini termasuk salah satu favorit dan selalu banyak diminati siswa baru setiap tahunnya. Ya, mungkin itu menjadi satu alasan kenapa Ayah dan Ibuku memasukanku ke sekolah ini.

Aku menghentikan langkahku sejenak. Sedikit mengatur napas untuk menambah rasa percaya diri dalam diriku.

Sekolah baru, suasana baru, teman-teman baru.

Menjadi siswa pindahan rasanya selalu mendebarkan, apalagi aku harus pindah di tahun ketiga. Di mana teman-temanku mungkin sudah saling berkelompok dan membahas impian mereka untuk belajar ke jenjang yang lebih tinggi.

Kepindahanku ini bukan tanpa alasan, Ayahku seorang Assistance Regional Manager perusahaan elektronik yang ditugaskan di wilayah Kanto, lebih tepatnya di Tokyo. Karena itu, kami sekeluarga ikut digiring dari Hokkaido menuju Tokyo agar bisa tinggal berdekatan dengan tempat kerja Ayah di sini.

Sedangkan Ibuku, dia seorang juru masak. Koki andal yang pernah bekerja di berbagai restoran. Karena jam terbangnya cukup banyak, hanya beberapa hari tinggal di Tokyo saja dia sudah mendapat panggilan untuk bekerja menjadi kepala koki. Hebat bukan?

Dan bicara soal keluarga, omong-omong aku adalah anak tunggal. Gadis penyendiri yang suka cokelat dan roti dan es krim dan susu.

"Sakura Haruno... Kau di kelas 3-3."

Aku mengerjap dan menatap seorang guru bagian kesiswaan yang merapikan mapnya di atas meja. Wanita bertubuh gemuk dengan rambut deep purple itu tersenyum. "Wali kelasmu Iruka Umino, kau akan masuk ke kelas 10 menit lagi dengan beliau."

"Baik." Jawabku mengangguk kemudian mengambil tas dan menghampiri meja bernama Iruka Umino yang ditunjukan oleh Ibu kesiswaan tadi.

"Sakura Haruno ya..." Gumam Iruka-sensei sembari membuka lembaran berkasnya di tangan dan tersenyum. "Kau berasal dari Hokkaido, sekolah asalmu Hokkaido Sapporominami High School?"

Aku mengangguk.

"Ah... Sekolah itu dikenal dengan hoki es nya, bukan begitu?"

"Ya begitulah sensei, di sana club hoki es lebih diminati daripada cabang olahraga lain."

Iruka-sensei menyandarkan punggungnya ke kursi. "Sensei jadi rindu musim dingin di sana."

Aku membalasnya dengan tawa ringan. "Musim dingin baru saja terlewat sensei."

"Kau benar," Jawab lelaki itu sambil terkekeh. "Oh ya, kau belum memesan seragam sekolah ini. Apa ukurannya?"

"Aku pesan ukuran S."

.

Sret sret sret

Iruka-sensei menepuk-nepuk telapak tangannya setelah menuliskan namaku di papan tulis.

"Kita akan mendapat keluarga baru di kelas ini. Perkenalkan, namanya Sakura Haruno, dia berasal dari Hokkaido."

Aku memberikan senyuman terbaikku pada puluhan murid yang duduk di kelas ini. Membungkukan badan 90 derajat kemudian berucap. "Mohon bantuannya, teman-teman."

My Fake BoyfriendWhere stories live. Discover now