Changkyun memandang bangunan megah yang disebut rumah -ah lebih tepatnya mansion itu dengan tatapan kagum. Mansion itu terletak agak jauh dari keramaian kota dan taman depannya pun terlihat sangat hijau dan asri. Changkyun rasa dia akan betah menghabiskan waktu sambil menatap bunga yang bermekaran di taman itu.
"Maaf, apakah anda tuan Im Changkyun?"
Changkyun menoleh sedikit terkejut karena suara yang tiba-tiba muncul di sampingnya. Changkyun mengangguk canggung. "Ah, iya. Saya Im Changkyun."
"Silahkan masuk, tuan. Anda sudah ditunggu oleh tuan Park."
Changkyun mengikuti pria yang sepertinya lebih tua darinya itu memasuki mansion megah itu.
Changkyun terperangah melihat design di dalam mansion megah itu. Bagus, sangat bagus. Sederhana, namun Changkyun tahu dengan pasti bahwa harga interiornya itu pasti bisa untuk mencukupi kebutuhannya seumur hidup.
Namun amat sangat disayangkan, suasana bagian dalam mansion ini terasa sangat dingin, berbeda dengan bagian depannya yang terasa sangat hangat.
"Silahkan."
Changkyun berhenti dan menatap pintu di hadapannya.
"Tuan Park sudah menunggu anda di dalam."
"Ah, ne. Terima kasih."
***
"Anda Tuan Im Changkyun?"
Changkyun mengangguk kemudian mengusap tengkuknya dengan canggung. "Ne, saya Im Changkyun. Tapi..."
"Tapi?"
"Bisakah anda jangan memanggilku dengan sebutan 'tuan'? Rasanya sangat canggung."
"Baiklah. Changkyun-ssi?"
"Changkyun mungkin lebih baik."
"Baiklah. Changkyun."
"Ne."
"Saya Park Chanyeol, kepala pelayan di mansion ini."
"Ne, salam kenal, Park Chanyeol-ssi."
Chanyeol tersenyum. "Anda tentunya sudah tahu apa yang harus anda lakukan bukan?"
Changkyun mengangguk semangat. "Ne! Mengasuh anak bukan hal yang sulit untukku."
Changkyun tidak membual, tentu saja karena hampir setengah hidupnya dihabiskan di panti asuhan sebagai sukrelawan yang membantu saat ia senggang dan sebagai kakak tertua, dia harus bisa membantu untuk merawat adik-adik pantinya.
"Tapi perlu kuberitahu satu hal. Tuan muda Hyunjin tidak seperti anak-anak di luar sana."
Changkyun menatap Chanyeol dengan iba. "Ah, maaf. Maksudku bukan seperti itu."
"Lalu seperti apa?" Tanya Changkyun penasaran.
"Tuan muda Hyunjin... mungkin agak sedikit nakal."
"Tidak ma-"
"Sebaiknya kuralat perkataanku. Tuan muda Hyunjin sangat nakal. Banyak pengasuh sebelum anda yang menundurkan diri 1 jam setelah bekerja."
Changkyun membulatkan matanya. Hanya bertahan 1 jam? Memangnya senakal apa anak bernama Hyunjin ini?
"Jadi... sebenarnya saya berharap banyak kepada anda. Tapi jika anda ingin mundur sekarang-"
"Tidak, tidak. Aku tidak akan mundur. Aku yakin bisa mengatasinya. Kenakalan anak-anak seharusnya dimaklumi, bukannya menjadi alasan untuk mereka mengundurkan diri."
Jawaban Changkyun membuat Chanyeol tersenyum. Sebenarnya para pengasuh sebelum Changkyun juga mengatakan dengan yakin bahwa mereka bisa mengatasi kenakalan putra tunggal pemilik Lee corp. Tapi nyatanya 1 jam kemudian, mereka semua mengundurkan diri dengan makian dan juga umpatan kasar yang tidak seharusnya ditujukan pada bocah berusia 5 tahun.
Tapi entahlah. Chanyeol merasa ada sesuatu yang berbeda dari Changkyun dan Chanyeol hanya bisa berdoa agar firasatnya kali ini benar.
***
Changkyun memasuki sebuah kamar luas dengan cat dinding bertemakan Big Hero 6. Di sudut ruangan terdapat boneka baymax yang super besar dan bisa digunakan untuk duduk santai dan sisanya hanya seperti kamar anak-anak pada umumnya, kasur, meja belajar.
"Eoh? Apa yang dilakukan orang jelek sepertimu di kamarku??"
Changkyun menoleh dan mendapati seorang bocah 5 tahun yang memandang angkuh padanya.
"Eerrr... hai?" Changkyun melambaikan tangannya dengan canggung kemudian menggaruk tengkuknya.
"Huh! Pergilah! Aku tidak mau ada orang jelek di kamarku!"
Bukannya pergi, Changkyun malah berjalan mendekat ke kasur dimana anak itu berlutut di samping kasur.
"Mau apa kau??"
"Kau, Lee Hyunjin ya?"
"Memangnya kenapa??" Hyunjin mendengus tidak suka sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Changkyun tersenyum dan semakin mendekat ke arah Hyunjin kemudian berlutut di samping Hyunjin yang menatapnya tidak suka.
"Aku Changkyun. Im Changkyun."
"Namamu jelek!"
"Hmmm... aku memang tidak pernah merasa namaku bagus, begitu juga dengan wajahku." Changkyun terkekeh pelan.
"Huh! Baguslah jika kau merasa begitu! Dasar jelek!"
"Tapi... sejelek apapun nama seseorang, tidak baik bukan jika mengejeknya? Bagaimanapun juga, nama itu adalah pemberian orang tua dan jika kau mengejeknya maka sama saja dengan kau mengejek orang tuanya. Sama jika aku mengejek namamu, sama saja aku mengejek orang tuamu bukan?"
"Ibuku pasti bersusah payah memikirkan nama untukku. Begitu juga dengan ayahku. Mereka pasti akan sedih jika nama pilihan mereka dinilai jelek oleh orang lain." Ucap Changkyun menerawang ke depan.
"Eung? Tapi yang memilihkan nama untukku adalah nenek." Gumam Hyunjin pelan dan tanpa sadar menanggapi ucapan Changkyun.
Changkyun pun tersenyum dan menoleh ke arah Hyunjin, tangannya terulur untuk mengusap lembut rambut Hyunjin.
"Nah, nenek pasti akan sedih bukan jika namamu dinilai jelek oleh orang lain?"
Hyunjin mengangguk pelan kemudian mencebikkan bibirnya. Dia sangat menyayangi neneknya dan Hyunjin kecil sungguh tidak mau jika neneknya bersedih.
"Jadi, jangan diulangi lagi ya? Hyunjin janji kan?"
Changkyun menyodorkan kelingkingnya dan tersenyum lebar saat Hyunjin mengaitkan kelingking kecilnya.
Pertemuan pertama mereka tanpa sadar membuat Hyunjin kecil mulai berubah dan...
Tentu saja membuka hatinya untuk Changkyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby, You! (Jookyun)
Short StoryDia menyebalkan! Tapi tampan... ICK Dia menyebalkan! Tapi manis... LJH ....aku lapar... LHJ