12. Pulang Sekolah

41 2 2
                                    

"Yang jauh hanya pijakan bukan perasaan. Yang berjarak hanyalah raga bukan rasa"

~Azka Ventura~

🦋🦋🦋

Alea, Vina dan Cindy sedang berjalan bersamping di lorong yg mulai sepi.

"Gue ke kantin ya," ijin Alea.

Mereka berdua melihat ke Alea yg berada di tengah-tengah mereka.

"Ngapain?" Tanya Vina.

"Aus gue, mau beli minum," ujar Alea berbohong, padahal ia ingin mengulur waktu untuk bertemu Marsel.

"Yaudah yukk," ajak Cindy.

"Ehh ga usah, gue sendiri aja," ucap Alea.

"Yakin?" Tanya Vina.

Alea mengangguk mantap sambil tersenyum "yakin," ujarnya.

"Yaudah kalo gitu gue duluan ya," ujar Cindy "yukk Vin," ajak Cindy.

Vina hanya mengangguk, dan mereka berdua mulai berjalan meninggalkan Alea sendirian di lorong yg sudah terbilang sepi.

Alea tersenyum miring sambil membayangkan wajah Marsel yg kesal karena lama menunggu.

Salah siapa waktu itu ia melakukan hal yg sama ke Alea? Malah waktu itu Alea hampir telat. Oh bukan hampir, tapi memang sudah telat, sampai di hukum. Jadi tak salah kan Alea balas dendam?

"Haha rasain lo anak setan! Tungguin aja situ, ampe kaku!" Ujar Alea seorang diri.

Di tempat Vina dan Cindy berada mereka berdua sudah berada di depan mobil.

"Lo yg bawa," ujar Vina sambil melemparkan kunci mobil.

Cindy menangkap kunci tersebut dengan sempurna, lalu mereka berdua pun masuk ke dalam mobil dengan Cindy di bangku pengemudi dan Vina di samping nya, dan mereka melaju meninggalkan sekolah.

Sedangkan Shyla...

"Lepas ga!" Ucap Shyla tegas.

Ya rambut nya masih di pegang terus dengan Tommy, Tommy pun melepaskan pegangannya.

"Sakit bego," ucap Shyla sembari memegangi kepalanya yg terasa sakit.

"Lagian gue ga mau pulang bareng sama lo! Pake narik-narik rambut gue lagi lo, heh kalo rambut gue rontok gimana? Hah?! Lo mau tanggung jawab? Lo mau beliin shampo buat gue biar rambut gue numbuh lagi?" Tanya Shyla panjang lebar "ga kan!" Lanjut nya sinis.

Ohh Shyla padahal rambut lo rontok aja engga, udah ampe kek gitu? Ampun dehh

Tommy pun memperlihatkan telapak tangannya.

"Ga ada rambut lo di tangan gue kan?" Tanya Tommy santai.

Shyla pun mengerucutkan bibirnya menahan kesal dan membuang pandangannya.

Tommy tidak memperdulikan nya, dia naik ke atas motor sport nya dan menghidupkan motor nya yg terdengar berisik.

"Naek," suruh Tommy singkat.

Shyla hanya melirik Tommy lalu membuang pandangannya lagi.

"Ohh yaudah kalo ga mau," ucap Tommy yg bersiap akan pergi.

Apa-apaan ini? Dia yg sudah menarik paksa Shyla agar ikut dengannya, terus setelah Shyla ikut, ia malah ingin meninggalkan nya?

Shyla menghentakkan kakinya dan melihat Tommy dengan kesal, membuat Tommy menahan tawa karena sudah mengerjai anak orang.

Kamu akan menyukai ini

          

Shyla pun tanpa basa-basi langsung naik ke atas motor Tommy.

"Langsung pulang," ucap Shyla singkat.

Dan mereka berdua pun meninggalkan tempat parkiran.

Dan di tempat Tania...

"Mau langsung pulang atau mampir dulu?" Tanya Gibran lembut.

"Mmm langsung pulang ya," ujar Tania pelan.

Lalu Tania terpikirkan sesuatu, ga ada salahnya kan untuk pulang terlambat? Selagi sama cowok yg sudah di perbolehkan sama Abang nya ini.

"Ehh mampir dulu dehh," ucap Tania buru-buru "tapi terserah lo mau mampir kemana," ujar Tania yg kembali normal.

Gibran tersenyum melihat tingkah laku Tania yg lucu kalau sedang salting, lalu Gibran memegang atas kepala Tania.

"Ga usah salting," ujar nya menahan tawa.

"Yaudah entar mampir dulu," ujar Gibran "terserah gue kan?" lanjutnya bertanya tapi dengan tampang menakutkan.

"Iya, tapi awas lo macem-macem!" Tegas Tania.

"Hehe iya-iya, bisa galak juga, lagian ga berani gue macem-macemin lo, terlebih lagi pawang lo sama temen-temennya pada galak-galak," ujar Gibran lalu naik ke atas motor nya.

Tania bingung, pawang? Maksudnya?

"Pawang?" Tanya Tania.

"Hehe iya, maksud gue Abang lo, Abang lo sama temen-temen Abang lo galak-galak, ga berani gue," penjelasan Gibran.

'Ohh jadi Abang gue, emang gue hewan apa ada pawang nya gitu?' batin Tania.

"Yaudah yuk naik," ajak Gibran, Tania pun naik ke atas motor Gibran, dan Gibran mulai melaju kan motor nya dengan kecepatan sedang.

Dan di tempat Letta dan Radit berada...

Mereka sedang asik menonton bioskop ber-genre horor, biasa Radit ingin mencuri kesempatan dalam kesempitan, Radit tau Letta takut dengan horor, jadi kalau ada hantu nya, nanti Letta bisa dekat-dekat dengan dirinya, untuk bersembunyi dibalik punggung Radit. Dasar Playboy!

Jadi apakah sekolah sudah sepi? Tidak, hanya ada beberapa orang di sana, ada yg sedang piket, dan ada anak yg sedang bingung, siapa lagi kalau bukan Alea?

Alea sedang bingung memikirkan bagaimana cara dia agar bisa mengulur waktu lebih lama lagi, karena sekarang ia berada di kantin sudah 15 menit dan di temani dengan sebotol air mineral, sambil menekan pelipis dengan jari telunjuknya, untuk berfikir.

Alea mendengar suara bola yg berbenturan dengan lapangan, seperti basket?

Lalu Alea pergi untuk melihat lapangan basket dari lantai 2, karena sekarang ia berada di lantai 2 dan kantin nya pun berada di lantai 2, aneh? Ya jelas baru ini kantin di lantai 2, mengapa bahas kantin? Oke kembali ke awal pembahasan.

Alea melihat ke bawah, tepatnya ke lapangan, ada seorang cowok yg sedang bermain basket seorang diri, dengan masih menggunakan seragam putih abu-abu, yg sudah keluar-keluaran dari tempat nya.

Alea terus memperhatikan cowok itu, setiap gerak-geriknya, cowok itu berkali-kali memasukkan bola basket ke dalam ring, dengan segampang itu. Ya karena tidak ada lawan nya.

Cowok yg sedang bermain basket itu adalah Azka, dan tak sengaja tatapan mereka bertemu, yg langsung di putus dengan Azka.

'Gue kira udah sepi nih sekolahan' batin Azka.

Azka pun membuang bola basket ke sembarang tempat dan mengambil tas nya lalu pergi begitu saja.

Alea yg sadar Azka mulai pergi langsung turun untuk mengejar Azka, tapi hasilnya nihil, Alea tidak bertemu dengan Azka, sampai Alea keluar gerbang sekolah untuk menemui Azka, bukan Azka yg ia temui malah si Marsel yg memanggilnya.

Over aktifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang