Votegern menyelinap masuk dimalam hari ketika penduduk desa sedang telelap; memenggal anjing-anjing peliharan sebelum hewan-hewan tersebut menggonggong memperingatkan majikannya, kemudian membantai para warga maupun tentara yang masih berkeliaran terjaga.
Meski berasal dari daerah terpencil, Votegern memiliki persenjataan yang sangat lengkap dan mematikan. Tentara kerajaan tersebut bertambah ribuan berkat kesuksesan Raja Christopher membabat habis kerajaan-kecil dan merekrut pasukannya.
Mendengar suara gaduh dari luar, beberapa penduduk mulai terbangun untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi, kemudian dibuat menjerit ketakutan setelah sadar bahwa desa mereka dipenuhi pemandangan mengerikan.
Ternak di musnahkan,
Ladang beserta hasil panen yang mereka simpan di gudang telah hancur terbakar,
Belum lagi mayat-mayat yang bergelempangan di sepanjang jalan, bersamaan dengan pasukan berkuda asing bersenjata tajam yang berteriak pada mereka semua untuk berlutut di hadapan Yang Mulia.
Raja dan Ratu terbangun saat lonceng darurat dari menara kerajaan dibunyikan. Segera saja, Raja Yang beranjak turun ke aula istana diikuti istrinya, untuk melihat langsung apa yang sedang terjadi.
"Paduka Raja, Kerajaan sedang diserang, kami akan menjalankan misi penyelamatan untuk kalian. Silahkan ikuti kami!"
"J-Jeongin! Anakku! segera bangunkan dia dan selamatkan anakku!" Sang Ratu menjerit histeris. Raja bergerak mencengkram pundak isterinya dengan tangan bergetar, "Kau juga harus ikut, istriku. Aku akan tinggal untuk bertarung."
Ratu Yang menggeleng tidak terima, "Tidak! kau ikut bersama kami!"
"Wonpil, cepat pergi bawa istri dan anakku!"
"Baik, Yang Mulia!"
Sayangnya sebelum mereka sempat melangkahkan kaki, gerbang utama istana tiba-tiba hancur terbuka paksa. Menghantar lusinan pasukan Votegern yang berjalan beriringan dibelakang Raja mereka, berisap menyerang kapanpun mereka di perintahkan.
Sekali lagi Sang Ratu menjerit, wanita itu gemetar menyembunyikan tubuhnya kebelakang punggung sang suami.
"S-suamiku.. anak kita..." bisik Ratu sambil terus menangis. Raja meneguk liurnya dengan kasar, mereka benar-benar terkepung. Jika ia mengambil langkah gegabah, ia takut keluarga beserta seluruh rakyatnya dibinasakan sampai tak tersisa.
"Selamat malam, Yang Mulia Raja dan Ratu Yang," Christopher menyapa sambil mengulas senyum lebar. Sosoknya yang tegap dan gagah berjalan angkuh memijaki lantai istana Dixiene, tanpa memutus pandangan pada Raja Daniel seolah menantang.
"Christopher," Raja Yang balik menatap pemuda itu dengan penuh kebencian, "Aku mendengar banyak tentangmu."
Christopher tergelak kencang, "Benarkan? ah, aku tersanjung sekali. Raja dari kerajaan kecil sepertiku dikenal oleh Raja dari kalangan bangsawan besar sepertimu."
"Apa yang kau inginkan dari kami?"
Pertanyaan itu membuat Christopher menghentikan tawa kepura-puraannya, lalu dengan gerakan selincah angin, ia menarik Ratu Yang dari belakang punggung Raja dan mengarahkan pedang ke leher wanita itu.
Raja Yang mendelik, hampir bergerak melawan— namun pasukan Raja Christopher telah terlebih dahulu menodongkan puluhan pedang ke arahnya.
"Berlutut, Yang Daniel. Nobatkan aku sebagai raja kalian, lalu istrimu yang kau cintai ini, beserta penduduk desa-mu yang masih tersisa diluar sana, akan tetap kubiarkan bernya—
"IBU !!!"
Teriakan itu berhasil membuat Christopher terbungkam.
Juga membuat seluruh mata didalam aula istana tersebut spontan menoleh ke arah anak tangga terakhir, yang menampakkan sang Royal Princess tengah menangis dengan dalam balutan gaun tidur yang berantakan. Tubuh Jeongin bergetar, wajahnya merah dengan rambut terurai liar, sementara kedua tangan kecilnya menegang mencengkram pegangan tangga untuk mempertahankan keseimbangannya. Walau visi Jeongin tak berfungsi, Putri itu bisa mendengar jelas apa yang baru saja terjadi.
Seperti yang ia takutkan. King Christopher benar-benar datang ... Jeongin menangis sedih menyadari Kerajaannya telah hancur dalam sekejap bagai sebuah mimpi yang sangat buruk.
"Tolong ... J-jangan sakiti ibuku ..." Ucapnya dengan berucuran air mata.
Christoper melepaskan cengkramannya terhadap sang Ratu begitu saja, membuat wanita tersebut jatuh tersungkur begitu saja kedalam pelukan suaminya; lantas bergerak mendekati pemuda cantik itu, mengabaikan caci maki serta teriakan sang Ibunda yang tidak terima Christopher menyentuh putra semata wayang mereka.
King Christopher mendengar banyak tentang Kerajaan ini. Tentang betapa megah dan makmurnya, serta bagaimana mereka memiliki Raja dan Ratu yang sangat mulia, pula terakhir, kisah keturunan mereka yang buta, namun sangat cantik hingga namanya telah harum terdengar sampai ke seluruh pelosok negeri.
Dan kabar itu ternyata bukan isapan jempol belaka. Karena pemuda yang satu ini ... memang benar-benar merupakan pemuda tercantik yang akan siapapun lihat. Ia sudah berkelana menjajah puluhan kerajaan. Kalau ada seseorang yang menarik perhatiannya, Christopher akan membawa mereka pulang, lalu menumpuk muda-mudi itu sebagai selir yang akan bergantian menemaninya di ranjang tiap hari.
Namun Christopher tidak pernah melihat makhluk seindah ini.
Ia begitu cantik ...
Begitu menawan ...
Dada Christopher bergejolak hanya dengan menatap mata kelabunya ... Seolah hatinya yang beku mencair karena melihat tangisan menyedihkan itu ...
"Siapa namamu?"
Jeongin mengerjap, menghapus air mata dengan punggung tangannya yang ringkih, lalu mengerinyit berusaha menemukan sosok Christopher dengan mengandalkan pendengarannya,
"Y-Yang Jeongin ..."
Lagi-lagi Christopher tertegun. Bahkan suaranya terdengar selembut parasnya. King Christopher tidak mampu menahan diri untuk tidak terhipnotis dengan segala kepolosan dan keluguan di balik paras rupawan dari Putri itu.
"Yang Jeongin, mulai sekarang, kau adalah Ratuku."
"Tidak!" Raja Yang berteriak murka. Buah hatinya sudah mengalami begitu banyak hal, ia tidak sanggup membayangkan bila Putri-nya itu menanggung lebih banyak duka dan nestapa lagi, "Jangan Putri-ku! Dia ... Dia tidak bisa menikah denganmu!"