Zhafir merupakan seorang pemuda yang baru saja menyelesaikan pendidikan dibangku SMA. Ia sangat jenius, sangat ambisius sekaligus aneh. Dia tipe lelaki penyendiri, dingin, dan sangat tidak bersahabat. Dia memiliki kemampuan berpikir panjang tanpa terputus. Dia bukanlah sosok pemuda yang asik untuk dijadikan teman apalagi sahabat. Hingga dapat dikatakan dia membenci manusia.
Ia berhasil mengikuti tes masuk perguruan tinggi dan lolos dengan nilai yang sempurna. Universitas tersebut dikenal sebagai tempatnya manusia-manusia jenius. Siapapun yang berhasil masuk universitas tersebut pasti akan berteriak dengan perasaan sangat bangga dan bahagia sekali. Zhafir adalah anak yatim piatu yang dirawat dan dibesarkan neneknya di sebuah rumah sederhana. Neneknya yang mengetahui bahwa cucunya berhasil masuk universitas bergengsi tersebut terlihat sangat bahagia dan bangga sekali,namun berbeda dengan Zhafir ia hanya membalasnya dengan ekspresi datar seolah-olah itu adalah hal biasa dan tak patut dibanggakan.
Setelah itu Zhafir memutuskan untuk hidup mandiri dan jauh dari neneknya sendiri. Ia mencari sebuah kost yang bagus dan murah yang dekat dengan kampus. Setelah bersusah payah mencari kost, ia akhirnya menemukan kost sesuai keinginannya. Namun Zhafir sedikit heran,
"Mengapa tempat ini sangat luas, bahkan bisa ditempati untuk dua orang?" batinnya.
Entahlah, mungkin dirinya sedang beruntung mendapatkan kostan yang sangat luas dengan harga yang sangat murah itu. Segera Zhafir menata barang-barangnya. Tak lama kemudian tiba-tiba Zhafir terkejut ketika seorang wanita cantik seusianya yang berpakaian liar, memegang sebotol miras memasuki kamar.
"Hallo teman sekamar! Aku Asra!"sapa wanita itu kemudian wanita itupun pingsan.
Zhafir menyimpulkan bahwa wanita itu salah masuk kamar karena sedang mabuk berat. Zhafir membantu dan merawatnya hingga ia tersadar. Disisi lain Zhafir sangat kebingungan jika memang wanita ini teman sekamar, apakah tidak apa-apa lelaki dan wanita yang belum memiliki status nikah berada satu kamar untuk beberapa bulan atau bahkan tahun? Ah, entahlah. Zhafir tidak ingin mengambil pusing ia hanya ingin fokus menyelesaikan studinya. Dan persahabatan mereka dimulai sejak hari itu.
Asra kuliah di universitas berbeda dengan Zhafir, namun jarak tempat kuliah mereka tidak begitu jauh. Zhafir selalu menjadi bahan jailan si Asra membuat Zhafir selalu merasa kesal namun entah mengapa, jika suatu hari saja Asra tidak menjahilinya hidup Zhafir terasa hampa. Zhafir tidak mudah terbuka dengan orang-orang lain kecuali kepada Asra, ia mau berbicara panjang lebar hingga menceritakan kisah-kisah kelam hidupnya.
Meski Zhafir dan Asra memiliki kepribadian yang sangat berbeda, mereka sangat peduli satu sama lain. Terlihat ketika Zhafir sakit Asralah yang selalu menemaninya menyiapkan makan dan minum serta obat, begitupun sebaliknya. Bahkan Zhafir pernah bermasalah dengan preman gang dikostannya, preman itu memang sudah sering sekali meledek dan membully Zhafir karena keanehannya itu tetapi ia tidak peduli dan tidak menganggapnya serius. Sampai suatu ketika Asra menangis dengan pipi merah dan bibir sedikit berdarah. Melihat hal itu Zhafir sangat marah, ia tidak terima sahabatnya itu dipukul dan ditampar oleh preman terlebih lagi ia seorang wanita. Langsung saja Zhafir mendatangi preman itu dan menghajarnya tanpa sedikitpun belas kasihan.
Setelah puas menghajarnya hingga terkapar Zhafir sedikit terkejut ketika mendengar preman berkata,
"Kau membela siapa bodoh?!" tanpa ambil pusing Zhafir kembali menghajar hingga preman itu tak sadarkan diri.
***
Zhafir pernah merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu seperti tak ingin kehilangan. Seperti ingin mendekap, seperti ingin menunjukan kepada dunia bahwa ia sangat nyaman berada satu kost dengan Asra. Zhafir kebingungan, apa nama dari perasaan aneh tersebut? Asra pernah mengatakan sesuatu yang membuatnya tercenung.
“Aku tidak tertarik memiliki pacar karena bagiku, kau harus mengganti makanan pokokmu itu seperti nasi menjadi gula yang terasa manis, manis, dan manis hingga akhirnya kau sekarat karena diabetes."
Setelah mengingat Asra pernah berkata seperti itu ia mengurungkan niatnya untuk mengutarakan perasaan itu, terlebih karena Zhafir tak ingin semua ini berubah.
***
Empat tahun telah berlalu. Semua canda tawa duka telah mereka lewati dengan sepenuh jiwa, hingga tak terasa besok adalah hari besar bagi Zhafir dan Asra. Ya esok hari mereka wisuda, mereka sangat bahagia sekali. Namun disisi lain mereka tidak ingin persahabatan mereka terpisah, dimana tuntutan masa depan yang mengharuskan mereka memilih pekerjaan masing-masing. Zhafir bertekad untuk menyampaikan sesuatu kepada Asra. Ya perasaan aneh yang dulu ia sempat abaikan kini terasa sangat menggebu-gebu untuk diutarakan.
"Aku mencintaimu Asra," ucap Zhafir.
"Hanya untuk berkata itu saja? iya...aku juga cintalah, bagaimana mungkin kita bersahabat bila tidak cinta?!"balas Asra antusias.
"Maukah kamu menjadi..."ujar Zhafir terpotong karena Asra menutup mulutnya.
"Cukup! Aku sudah pernah bilang kalau aku tidak mau untuk... "perkataan Asra terpotong ketika Zhafir membalas menutup mulutnya.
“…ISTRIKU?!” Lanjut Zhafir. "Aku tak ingin menjadikanmu pacar tetapi aku ingin menjadikanmu sebagai seseorang yang halal bagiku! Seseorang yang bisa ku sumpahi dengan janji suci ikatan pernikahan." Sambung Zhafir sendu.
Asra tak bisa berkata apa-apa dan segera memeluk Zhafir dengan sangat erat. Mereka telah bersepakat menentukan waktu dan tempat acara pernikahannya.
Zhafir sangat bahagia sampai-sampai untuk pertamakalinya ia berteriak di teras kostannya membuat tetangga kostan terganggu.
"Mas jangan berisik ini sudah larut malam! Kalau sudah tidak ada kerjaan atau sudah tidak ngobrol dengan siapa-siapa lebih baik tidur, malam-malam kok ngedumel sendiri pake teriak-teriak ngomongin resepsi pernikahan segala, kamu mau nikah sama tembok po!"maki tetangga kostannya itu. Asra malah cengengesan melihat Zhafir sedang dimarahi.
Keesokan harinya Zhafir berniat pamit kepada ibu pemilik kost, sekaligus memberitahu bahwa dia akan segera melangsungkan pernikahan dengan Asra, teman sekamarnya itu. Si ibu sangat bahagia mendengar Zhafir akan segera menikah sekaligus heran.
"Teman sekamar?! Sejak kapan saya memperbolehkan seorang lelaki dan perempuan tinggal dalam satu kamar?!" heran ibu kost.
"Sejak empat tahun lalu bu, masa ibu lupa? Saya juga awalnya heran tetapi tenang saja saya tidak melakukan hal-hal gila kok!" jelas Zhafir polos.
Ibu kost sangat terkejut dan segera masuk kedalam kamar Zhafir untuk membuktikan.
"Mana?!Mana Asramu itu?!"Ujar ibu kost. Benar saja, selama ini tak ada Asra yang berada di kamar Zhafir atau wanita manapun itu.
Ternyata selama ini Zhafir hidup bersama teman khayalannya, ia mengidap skizofrenia yang membuat ia tidak bisa membedakan mana realita dan mana khayalan. Sebab bagi penderita ini dua-duanya sangat terlihat nyata. Berat memang menerima kenyataan ketika semua itu hanyalah khayalan, ketika kita bisa melihat dan merasakannya secara nyata. Zhafir telah menciptakan penyakitnya itu semenjak ia kehilangan kedua orangtuanya. Akhirnya Zhafir menjalani sisa hidupnya di rumah sakit jiwa bersama Asranya itu.
Kehidupan adalah secangkir kopi yang tidak pernah kau pesan. Yah...kita hidup untuk memahami dunia, meskipun dunia tidak selalu dapat memahamimu.
Skenario dan sandiwara seperti apakah yang dunia siapkan? kita tidak akan pernah tahu.
Menangislah namun jangan hancurkan dirimu, peluk dirimu lebih erat. jangan terpuruk di dalam ilusi semesta yang amat menggugah…***
Itsna Asyara Marsyeni
14