Part 3

31 5 3
                                    

"Aku tidak seharusnya menerima tawaran dia" celetukku di sela sela rasa kebosanan disaat tidak ada kerjaan apapun yang aku lakukan untuk saat ini. Sampai sebuah kumpulan kertas yang tidak beraturan membentuk bola terlempar ke arah pelipis kananku.

"Appaku tidak menyuruhmu hanya untuk duduk menikmati hari harimu memandangi langit langit ruangan kan?" katanya yang langsung menghampiri mejaku yang berada di seberang mejanya. Aku yang melihatnya dibuat ketakutan olehnya

Tae berjalan semakin dekat kearah mejaku. Ketika sudah tepat di depan mejaku, dia mencondongkan badan hingga mengikis jarak demi sedikit. Hingga semakin dekat, saat ini aku dapat merasakan nafasnya menyapu permukaan pipiku, diriku dibuat mematung olehnya.

Tae menyipitkan matanya untuk melihat lukisan itu hingga sorotnya menemukan inisial PJM di pojok bawah kanan lukisan itu "Sejak kapan kau memajang lukisan ini?" pertanyaan nya tidak aku gubris, aku masih tetap sibuk dengan pikiranku yang melanglang buana. Dia menarik tubuhnya menjauhi tubuhku namun matanya tidak berhenti menatapku "Heii, aku bertanya padamu. Sepertinya benar, memang dirimu punya gangguan dengan kepribadian"

Dirinya dibuat kesal olehku, hingga dia mendekatkan wajahnya dengan wajahku hingga hembusan nafas kasar mengenai wajahku "Tidak tidak Tae, tidak sekarang sebelum kau memutuskan hubunganmu dengan ratu ular" cerocosku yang menimbulkan kebingungan di wajah Tae

"apa kau pikir aku akan melakukan itu padamu huh? Aku tidak akan melakukan itu dengan wanita murahan sepertimu yang menjual dirinya hanya untuk belajar melukis" spontan aku menolehkan wajahku kearahnya dengan tatapan bertanya tanya.

"aku bertanya, sejak kapan kau memajang lukisan itu? Apakah itu lukisan dari pria brengsek itu? Apakah ini inisialnya? Aku bertanya padamu, mengapa kau menatapku dengan mata yang ingin keluar seperti itu" dia menyilangkan tangannya di depan dadanya

"Pertanyaan dan pernyataan seperti apa yang kau maksud Taehyungsshi?" jawabku mencoba tidak memikirkan apa yang dia katakan. "Tidak perlu mencoba seperti wanita lugu Jung Eun Ha, bagaimana bisa appaku tertipu denganmu cantik" Suaranya yang terdengar meremehkanku berhasil menimbulkan hawa panas di sekitar tubuhku

"Sejak kapan kau mencari tau tentang kehidupanku sedangkan aku kerja di perusahaan ini belum genap satu tahun Taehyungsshi? Apakah kau mempunyai kemampuan yang dapat membaca semua apa yang di lakukan orang?" Tae dibuat kalah telak dengan kalimatku hingga membuat dia mengeraskan rahangnya dan menggertakan gigi giginya. Aku berdiri menghampiri tempat dia berdiri, berjalan pelan mendekatinya dengan menengadahkan kepalaku. "Apakah kau yakin dengan pernyataanmu tentangku tadi Taehyungsshi? Apakah kau tidak salah orang untuk mencari tahu tentang kehidupanku?" memainkan dasi di sela sela kalimatku hingga dia terus berjalan mundur sampai bokongnya membentur mejanya. Tidak tahu keberanian dari mana yang aku dapatkan hingga berani melakukan itu kepadanya.

Aku terus menatapnya tajam, sesekali membuat tatapanku berkeliaran kearah mata, hidung, bibir, dan lehernya. Memang benar aku dibuat terpukau dengan pahatan tuhan yang satu ini. Tapi tidak saat keadaan seperti ini, aku tidak ingin membuat diriku rendah dihadapan pria yang satu ini. Tanganku masih memainkan dasinya, sampai membuat sedikit melonggarkan kerahnya hingga dadanya sedikit terekspos. Jariku berhenti ketika tangan kirinya menggenggam pergelangan tangan kananku yang sontak membuatku mundur selangkah, Dia memajukan wajahnya, tangan kanannya menahan pinggangku agar diriku tidak semakin menjauh darinya. "Aku yakin aku tidak salah orang. Jika aku salah orang, kita bisa membuktikannya. Bukankah kau sudah mempunyai pengalaman banyak tentang melakukan itu? Kita boleh mencobanya untuk membuktikan siapa yang benar" matanya melihat leher jenjangku dengan seduktif, aku dapat merasakan nafasnya menyapu wajahku.

"Tae apa yang kau lakukan dengan wanita murahan ini" katanya dengan berjalan gusar dan menarik tanganku hingga membuat tae dan diriku menjauh.

"Dia tidak melakukan apapun, dia hanya membantuku yang akan terjatuh. Mungkin memang posisinya terlalu dekat hingga membuatmu salah paham" kataku yang langsung membalikkan badan ingin keluar namun kusingkirkan niatku dan berjalan mendekati wanita ular itu dan membisikkan tepat di telinganya "tapi mata priamu itu sangat nakal. Kau harus menjaganya dengan kekuatan ekstra Soo Ra"

aku berjalan mundur ingin keluar dari ruangan. Suasana hening, hanya suara highheels dari sepatuku yang memenuhi ruangan itu. Saat jemariku sudah menggenggan kenop pintu "berani beraninya kau berbicara seperti itu wanita murahan. Apa kau ingin membuatku terbakar dengan omonganmu yang murahan seperti dirimu?"

Badanku berbalik "kau dapat mengetahuinya, siapa yang wanita murahan disini. Yang datang ke ruangan ini hanya untuk memuaskan nafsu prianya" ucapku dengan smirk hingga menimbulkan dimple di pipiku "Kau dapat mengetahui sendiri kan Taehyungsshi?" membuat senyumku makin merekah.

"Kalah telak kalian" batinku saat menutup kembali pintu ruangan itu. Kakiku sudah tidak kuat lagi rasanya menopang tubuhku. Demi tuhan aku tidak tahu mengapa mulutku bisa mengatakan itu semua.

~~~

"Mi Rae ya, sibuk tidak? Bisa temani aku?" kataku yang langsung berdiri didepan meja kerjanya hingga membuatnya sedikit terkejut

"Tidak, ayo aku akan menemanimu.  Kebetulan aku sedang tidak ada kerjaan dan merasa bosan. Dan kau bisa menceritakan bagaimana seminggu ini kau menjadi sekretarisnya haha" tawanya pecah di akhir kalimatnya.

"Tidak jadi sajalah. Aku sudah tidak mood. Sudahlah aku mau kembali saja huh" kataku yang langsung pergi meninggalkannya yang meneriaki namaku sangat nyaring sehingga orang orang di ruangan itu terganggu.

"apa coba maksudnya mengatakan itu. Membuatku semakin tidak mood saja" jalanku yang terburu buru hingga tidak sengaja menabrak orang dan membuat kopi yang dipegangnya mengenai kemejaku "Aww aww panas panasss"  sepertinya kopi itu baru saja dibuatnya hingga terasa sangat panas saat mengenai kemejaku.

"aahh noona maafkan aku.  Aku tidak sengaja, maaf aku tidak melihatmu" sebentar, aku mengetahui pemilik suara ini. Pemilik suara ini yang biasa mengisi pagiku dengan sapaan manisnya. Aku mencoba menatapnya "YAAA! Jung, ternyata kau. Sepertinya jika kau orang yang menabrakku.  Aku tidak akan memaafkannya" kataku dengan gelagat seperti orang yang sedang marah.

"Noona ayolah jangan seperti ini. Lagian, noona juga jalan terlalu terburu buru dan tidak melihat kedepan. Apa ini kesalahan benar benar mutlak jatuh denganku?" celotehnya lugu. Memang benar berbicara dengannya selalu berbau unsur unsur debat.

"Haha tidaklah. Aku hanya bercanda. Kenapa kau ada disini jung? Apa kau mengikutiku sampai ke tempat kerjaku? Aku punya banyak pertanyaan untukmu. Sekalian untuk permintaan maafku, bisa kau datang makan malam dirumahku. Agar aku bisa mengintrogasimu juga" perkataanku membuat jungkook melotot kegirangan mulutnya terbuka lebar hingga menampilkan gigi kelincinya yang sering kulihat setiap pagi saat dia menyapaku.

"baiklah noona, jika noona memaksa. Noona tidak memaksapun aku akan tetap datang. Soal kemeja noona, aku benar benar minta maaf. Aku harus segera kembali ke ruanganku. Maaf" dia langsung  membungkukkan tubuhnya dan pergi berlari meninggalkanku.

Aku kembali ke ruanganku. Berharap tidak bertemu dua manusia dia ruangan itu. Sepertinya doaku terkabul oleh tuhan, sehingga aku dapat menyelesaikan pekerjaanku dengan tenang hingga jam pulangku berakhir



~~~~


Halooo kembali lagi mwehehe. Gimana gimana? Dapet ga feelnya makin kesini? Hehe. Aku minta vote comentnya boleh kan:( bantu aku agar semakin baik kedepannya:) okeoke

Luv neng dila

Always Just About You~Where stories live. Discover now