Setelah 1 jam berlalu, akhirnya Cakka sudah selesai meeting bersama Acha.
"Jadi bagaimana Acha? Apa kamu tertarik untuk berinvestasi di perusahaan aku? "
"Well, aku pribadi sih tertarik untuk berinvestasi di perusahaan kamu. Tapi maaf Cakka sepertinya untuk memutuskan berinvestasi atau tidak, itu bukan wewenang aku. Nanti aku akan sampaikan ke papa ku kembali semua yang sudah kamu sampaikan sama aku. Untuk keputusan beliau, mungkin nanti aku akan memberi tau kamu. "
"Oke aku tunggu kabar baiknya. "
"Ya semoga papahku juga sependapat dengan aku. "
"Amin. Sepertinya meeting kita sudah selesai, Acha. Kita bisa pulang sekarang."
"Baiklah, mari kita pulang. "Cakka dan Acha pun bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing karena hari sudah mulai sore. Namun ketika Cakka hendak melangkahkan kakinya meninggalkan cafe, tiba-tiba saja pak Teo datang menghampiri Cakka.
"Loh pak Teo kenapa malah kesini? Tadi kan di telepon saya minta supaya bapak langsung tunggu di depan cafe saja."
"Iya tuan, saya mengerti. Tadinya saya ingin bawa mobil ke depan Cafe, tapi ternyata ban mobil tuan bocor. "
"Apa bocor? Kok bisa? "
"Mungkin tadi saat di perjalanan bannya tertusuk paku dan saya tidak sadar. Maaf ya tuan. "
"Tidak apa-apa pak Teo, bapak tidak perlu minta maaf. "
"Terima kasih tuan. Jadi bagaimana? Apa tuan mau saya pesankan taxi untuk pulang ke rumah?"
"Ehmm Cak, bagaimana kalau kamu pulang bareng aku aja? Dari pada kamu naik taxi dan harus nunggu taxinya dulu." Ucap Acha yang mendengar percakapan antar Cakka dan pak Teo.
"Apa tidak merepotkan? "
"Ya tidak lah Cakka, kamu kayak sama siapa aja. Aku ini kan teman kamu, tidak salah kan kalau aku bantu teman aku sendiri. Bagaimana? "
"Oke deh, aku numpang sama kamu ya. "
"Nah gitu dong. "
"Pak Teo, saya bareng sama Acha saja. Tolong bapak tambal bannya ya! Ini uangnya. " Ucap Cakka sambil menyerahkan uang untuk tambal ban.
"Baik tuan, kalau begitu saya permisi. "
"Iya Pak Teo. Oh iya Renata, kamu tidak masalah kan kalau pulang naik taxi? "
"Iya pak Cakka, tidak masalah. Kalau begitu saya juga permisi ya pak. "
"Ya, silahkan! "
"Mari bu Acha! "
"Iya Renata, Hati-hati ya. ""Ayo Cak, kita ke parkiran! " Ucap Acha ketika Renata sudah pergi dari sana.
"Oh iya, ayo! "Sesampainya di parkiran Cakka langsung menahan Acha yang hendak membuka pintu pengemudi.
"Biar aku aja yang nyetir. Mana kunci mobilnya? "
"Kamu yakin mau nyetir? "
"Kenapa? Gak boleh ya? "
"Boleh kok. Ini kuncinya. " Acha pun langsung menyerahkan kunci mobilnya pada Cakka. Lalu mereka mulai masuk ke dalam mobil dan Cakka mulai melajukan mobil Acha."By the way sejak kapan kamu kembali ke Indonesia?"
"Sejak setahun yang lalu. "
"Kenapa kamu kembali ke Indonesia? Bukannya kamu di Paris sudah menjadi seorang model terkenal. Itu profesi yang kamu impikan dari dulu kan?"
"Ya memang jadi model itu impian aku, tapi aku harus merelakannya demi bisnis papa ku. Beliau yang minta aku kembali ke Indonesia untuk membantu bisnis beliau. Karena aku gak mau jadi anak durhaka, aku akhirnya memutuskan untuk berhenti menjadi seorang model dan kembali ke sini. "
"Anak yang baik, hehe. "
"Ah tidak juga. Sebenarnya ada alasan lain juga yang membuat aku kembali ke sini. "
"Alasan lain? Apa itu, kalau boleh tau? "
"Karena aku ingin bertemu seseorang yang masih ada di hati aku. Selama aku di sana, aku sangat merindukan dia."
"Siapa? "
"Kamu."
Mendengar kata "kamu" membuat Cakka langsung menatap Acha yang juga sedang menatap dirinya. Akhirnya tatapan mereka pun bertemu. Cakka benar-benar terkejut dengan pernyataan Acha barusan. Jadi ternyata selama ini Acha belum bisa melupakannya."CAKKA AWASSS! " Seru Acha yang lebih dulu sadar kalau sebentar lagi mobilnya yang di kendarai oleh Cakka akan menabrak seorang anak kecil yang sedang berlari kearah lajunya mobil.
Namun beruntung kaki Cakka langsung refleks menginjak rem, sehingga anak kecil itu tidak jadi tertabrak mobil.
"Ya ampun, hampir saja kita menabrak anak kecil itu! " Ucap Acha yang lega Cakka berhasil menghentikan mobilnya tanpa menabrak anak kecil tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
He is My Son
FanfictionSequel Hot Daddy (Baca Hot Daddy sebelum baca cerita ini) Kisah seorang hotdaddy yang memperjuangkan haknya sebagai seorang ayah atas anak laki-lakinya. "Dia adalah anakku bukan anakmu. Aku berhak atasnya. "