Author POV
Bel tanda istirahat berbunyi nyaring, memaksa guru yang kini tengah menulis materi di papan tulis menurunkan spidolnya mau tidak mau. Sadar waktunya sudah habis, seraya menutup kelas kemudian berlalu keluar.
"Kantin yuk!" Seru Nendra yang sudah berdiri.
"Nyatet lo selesai-in dulu, bego!"
"Alah, sok lo nyatet-nyatet segala. Nanti juga gak bakal tuh lo baca," cibir Nendra menanggapi ucapan Feris.
"Sini lo gue santet, Dra! Bacot amat," umpat Gama menutup buku tulisnya.
"Yuk!" Feris sudah selesai, setengah selesai lebih tepatnya. Tangannya terlanjur keram, nanti setelah masuk dilanjutkan. Itupun kalau tidak khilaf bolos di rooftop.
"Ayo, Li!" Ajak Feris saat Ali tak mengikutinya.
"Kemana?" Tanya Ali polos.
"Ke kantin, lo gak denger tadi bel istirahat?" Ali tak menjawab. Melihat itu Feris menjadi kesal, kemudian menarik Ali hingga mau tak mau cowok itu berdiri dan mengikuti kemana ketiga orang itu pergi.
"Lo amnesia plus plus apa gimana sih?" Dumel Feris disela langkah mereka.
Gama terbahak. "Plus plus apaan, lo pikir film ada plus plus segala!"
"Iye, plus otak dia mencar juga kayaknya waktu kecelakaan," guraunya tertawa.
Damn you, Feris! Kalau saja Ali tak amnesia, dipastikan Ali sudah menghajarnya karena berani berucap demikian.
"Gue bercanda, sob!" Ralat Feris, seraya merangkul Ali yang tak merespon apapun. Bingung harus bersikap bagaimana lebih tepatnya. Kalau ditanya kesal, tentu saja kesal. Apa-apaan mengatainya seperti itu. Tapi, satu sisi Ali bingung harus mengekspresikan kekesalannya bagaimana. Semuanya asing. Lain. Bahkan untuk memahami dirinya sendiri ia tak bisa.
"Pesen apa nich?" Tanya Nendra.
"Si Salsa napa mau si sama pembonceng anak alay begini?"
Nendra berteriak nyolot, "Buruan mau pesen apa!"
"Samain aja, Ali jangan tapi," kata Feris.
"Lo apa jadinya?" Tanya Nendra.
"Nggak usah, gue nggak laper."
Gama berdecak. "Pesenin yang sesuai buat dia, jangan pake toxic. Ribet amat lo semua!"
"Oke deh." Nendra pun berlalu memesan makanan. Hari ini jadwal Nendra menjadi pelayan mereka bertiga.
Ini hari kedua Ali diajak ke kantin yang isinya manusia-manusia kelaparan, tenaga dan kinerja otak mereka terkuras habis sejak pagi untuk berpikir.
"Ngobrol napa, Li. Kita-kita ini temen lo," ucap Feris.
Jujur, melihat Ali yang seperti ini terasa asing bagi Feris juga bagi Nendra dan Gama. Ali memang ada bersama- ditengah-tengah mereka dengan keadaan baik, terkecuali ingatannya. Tapi, rasanya hampa. Diantara mereka ini seperti Ali lain, bukan Ali yang mereka kenal.
"Iya," balas Ali seadanya.
Feris menghela nafas. Sekarang seperti itulah Ali setiap menjawab pertanyaan atau menimpali ucapan mereka. Paling parah hanya mengangguk atau menggeleng saja.
"Udeh, jangan di paksa gitu kasian," tegur Gama.
"Abis ini ajak dia ke rooftop deh, siapa tahu bisa bantu ingatannya balik," usul Feris. Gama mengangguk setuju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamanya Milikku (END)
Fanfiction[Random Part] Sinopsis: Selalu ada kesedihan di matanya. Seakan tak pernah ada lentera singgah di sana. Tak pernah ada. Baginya, tak pernah ada pelangi setelah hujan. Tak pernah ada kebahagiaan setelah kesedihan, yang ada hanyalah mendung setel...