05

3K 333 19
                                    

Pesawatku mendarat dengan mulus di Heatrow Airport kota London sepagi ini. Aku yang semalaman tertidur dipesawat, merasakan kesegaran baru ketika menghirup udara London yang sejuk dan bahkan cenderung dingin.

"Pake mantel Loe Nyun. Diluar masih dingin karena masih winter ini. Jangan sampe pingsan loee.. "

Prita memperingati ketika kami sedang di antrian imigrasi.

"Iyee.. tenang ajee.."

"Loe gw drop ke apartemen gw dulu yaa.. nanti soalnya gw ada ketemuan dulu sama bos gw.."

"Sekalian aja lah, ngapain loe bolak balik. Lama gak?"

"Paling 1-2 jam doangan. Serius loe mau nungguin gw? Gak bete nanti? Gak jetlag loe?"

"Gak. Gw bisa sambil lihat lihat jalan sama eye tour bentaran. Kalau capek ya nongki nongki cantik aja.."

"Okay deh. Gw mau ke daerah deket Stamford bridge dulu baru deh kita ke apartemen gw. Naik kereta ya. Loe siap siap geret geret koper loe. Mayan soale turun naik underground stasiunnya"

Aku hanya menganggukkan kepala seraya mulai merekatkan jaket winterku yang mayan tebal ini.

Iseng aku mengaktifkan ponselku dan menyalakan koneksi wifi yang ada di Heatrow ini. Ada sedikit deg degan juga akan respon yang akan  ku terima setelah ponselku nanti aktif.

Hanya Vely, Uthe, dan tentunya Altaf yang ku kirimkan pesan tentang kepergianku kali ini.

Ada 20 missed call dari Vely via aplikasi whatsappku. Belum lagi rentetan pesan tertulis yang hebohnya mungkin mengalahkan gosip pernikahan syahreino.

Ada 10 missed call dari Altaf dan rentetan pesan di aplikasi yang sama. Dan pesan pesan lainnya dari Uthe, Ayah dan Mas Navin.

Nantilah aku baca kalau aku senggang. Sekarang aku ingin menikmati dulu suasana London pertama kalinya aku kesini.

"Muka loe cerahan dibanding waktu itu Nyun.. dah kelar masalah loe?" Tanya Prita sambil menyenderkan kepalanya di kursi kereta.

Oh iya, karena ini trip pertamaku ke Inggris, maka aku benar benar mengamati pemandangan di sepanjang jalan dan kondisi area yang ku lewati. Mataku tak henti hentinya menatap sekitar.

Mungkin karena masih winter, pohon pohon semuanya mati dan berwarna tua serta meranggas. Tidak ada hijau hijaunya sama sekali, beda jauh dengan di Indonesia.

Rumah rumah yang ku lewati juga semuanya berwarna sendu menurutku. Sepertinya memang bangunan di Inggris ini tidak bisa sembarangan mewarnai rumah rumah mereka. Tidak seperti di Indonesia yang bisa mejikuhibiniu.

Sekitar satu jam kemudian aku mengikuti Prita mendorong koperku untuk keluar dari kereta.

"Siap siap ya.. kita naik kereta underground nih. Tapi gw percaya sih loe kuat, ceking gitu. Hehehe.."

Aku hanya manyun saja mendengar perkataan si Pitong barusan.

Dan akhirnya aku kepayahan juga, luar biasa memang perjalananku kali ini. Tangga naik turunnya jarang ada ketemu lift. Jadi terpaksa aku harus mengangkat koper 25" ku naik turun tangga. Bener bener dah!

Aku melihat Prita sudah berjalan jauh di atasku karena kebetulan kami sudah sampai di stasiun kereta yang dituju. Dengan terengah engah, aku mengangkat koperku yang lumayan ini.

Tiba tiba saja ada sosok tinggi berambut cepak dan berkacamata berhenti disampingku.

"Let me help you.."

Dan belum sempat aku berkata apa apa, sosok itu langsung saja  membawa koperku dengan ringannya. Aku kontan saja bergegas mengikutinya dibelakang walau masih dengan payah bawa badan sendiri. ketauan kan aku jarang olganya, ish!

Comblang Love Story (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang