Part 19

97 6 0
                                    

Pada akhirnya, semuanya mau baik mau jahat, akan selalu bisa diterima selama kita tidak melakukan hal yang merugikan.
———

Aska terkejut mengetahui kebenaran yang satu ini. Renata ? Anggota geng motor ? Siapa yang akan percaya akan hal itu disaat Renata tidak pernah terlihat seperti anak geng motor.

Eh, sebentar. Renata, anak geng motor. Ah, masa di karenakan ia selalu menggunakan motor gede kemana-mana. Eh, dia selalu mengatakan bahwa ia tidak pernah langsung pulang ke rumah dengan alasan dia malas pulang. Malas pulang ?

Apa di saat ia mengatakan hal itu berarti ia sedang berkumpul oleh geng nya ? Apakah ia melakukan hal yang selalu dilakukan oleh geng motor ? Apakah paru-parunya saat ini masih baik ? Apakah ia sudah ti—ah jangan berpikiran yang tidak benar. Mana mungkin orang seperti Renata melakukan hal yang tidak baik seperti itu, atau kita sudah salah menilai Renata dari awal ?

"Semudah itu lo ngingkarin janji lo ?"

Sebenarnya Nara tahu risiko apa yang akan dia dapatkan jika ia membocorkan rahasia terbesar milik Renata itu. Karena Renata lah ketua geng motor itu.

Ya. Sebenarnya murid-murid di sekolah ini memiliki tongkrongannya sendiri ada di belakang sekolah. Hanya mereka yang mengetahui bahwa Renata adalah ketua salah satu geng motor terkenal di Bandung, oh, dan mantan temannya itu juga tahu—secara tidak sengaja.

Renata bisa menjadi tegas dan menyenangkan di waktu yang bersamaan. Renata lah yang selalu bertanggung jawab akan teman-teman satu geng nya dan tidak segan-segan untuk maju di saat ada yang menyerang. Ya, seperti itulah kira-kira mengapa ia bisa menjadi ketuanya. Oh, dan satu lagi, ketua sebelumnya lah yang mengajukan Renata menjadi ketua yang baru dan semuanya dengan cepat langsung setuju.

"Lo tahu sanksi ?" tanya Renata lagi.

Nara hanya mengangguk samar dan demi Tuhan, seluruh tubuh Nara gemetar saat melihat Renata berjalan pelan mendekatinya.

Setelah ia merasa jaraknya sudah cukup dekat dengan Nara.

"Selagi mereka nggak tahu, tolong jangan memancing emosi mereka, kalau nggak mau kena sanksi yang gue maksud." Perkataan Renata itu membuat Nara merinding dan lega secara bersamaan.

Lega karena Nara tidak akan mendapatkan sanksi itu, merinding karena bisa saja suatu saat nanti jika Nara melakukan kesalahan lagi, Renata dapat dengan mudahnya memberikan sanksi itu.

Dengan cepat Renata mengambil tas nya dan berlari keluar kelas bertetapan dengan suara bel pulang berbunyi dan tanpa ragu pula, Aska menggendong tasnya dan pergi menyusul Renata.

"Si Renata beneran anggota geng motor woi ?" tanya Vea penasaran.

"Mungkin mah mungkin aja, da dia mah bar-bar," jawab Grace ringan.

"Terus gimana ?" tanya Joy.

"Ya, nggak gimana-gimana sih gue mah, walaupun ini pertama kalinya gue punya temen geng motor, tapi gue nyaman-nyaman aja temenan sama Renata. Ya, gue kaget juga tadi pas tahu dia anak geng motor. Tapi, ya, gue nggak keberatan," jelas Grace masuk akal.

Ya, Renata semudah itu membuat orang nyaman berteman dengannya. Renata mungkin jutek, cuek, songong, tapi itu hanya perkataan mereka semua yang tidak kenal dengan Renata.

Renata tipe manusia yang tidak bisa melakukan hal-hal aneh di dekat orang-orang yang tidak ia kenal. Ia cenderung canggung saat bersama orang baru. Renata juga tipe orang yang tidak bisa menjadi orang yang memperkenalkan diri duluan. Ya, dia secanggung itu.

Renata bertemu dengan Aska di parkiran motor. Renata menyadari Aska mengikutinya saat ia berlari keluar kelas, ia mendengar panggilan Aska dari tadi.

ASKANATA [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang