Pada akhirnya, semuanya mau baik mau jahat, akan selalu bisa diterima selama kita tidak melakukan hal yang merugikan.
———Aska terkejut mengetahui kebenaran yang satu ini. Renata ? Anggota geng motor ? Siapa yang akan percaya akan hal itu disaat Renata tidak pernah terlihat seperti anak geng motor.
Eh, sebentar. Renata, anak geng motor. Ah, masa di karenakan ia selalu menggunakan motor gede kemana-mana. Eh, dia selalu mengatakan bahwa ia tidak pernah langsung pulang ke rumah dengan alasan dia malas pulang. Malas pulang ?
Apa di saat ia mengatakan hal itu berarti ia sedang berkumpul oleh geng nya ? Apakah ia melakukan hal yang selalu dilakukan oleh geng motor ? Apakah paru-parunya saat ini masih baik ? Apakah ia sudah ti—ah jangan berpikiran yang tidak benar. Mana mungkin orang seperti Renata melakukan hal yang tidak baik seperti itu, atau kita sudah salah menilai Renata dari awal ?
"Semudah itu lo ngingkarin janji lo ?"
Sebenarnya Nara tahu risiko apa yang akan dia dapatkan jika ia membocorkan rahasia terbesar milik Renata itu. Karena Renata lah ketua geng motor itu.
Ya. Sebenarnya murid-murid di sekolah ini memiliki tongkrongannya sendiri ada di belakang sekolah. Hanya mereka yang mengetahui bahwa Renata adalah ketua salah satu geng motor terkenal di Bandung, oh, dan mantan temannya itu juga tahu—secara tidak sengaja.
Renata bisa menjadi tegas dan menyenangkan di waktu yang bersamaan. Renata lah yang selalu bertanggung jawab akan teman-teman satu geng nya dan tidak segan-segan untuk maju di saat ada yang menyerang. Ya, seperti itulah kira-kira mengapa ia bisa menjadi ketuanya. Oh, dan satu lagi, ketua sebelumnya lah yang mengajukan Renata menjadi ketua yang baru dan semuanya dengan cepat langsung setuju.
"Lo tahu sanksi ?" tanya Renata lagi.
Nara hanya mengangguk samar dan demi Tuhan, seluruh tubuh Nara gemetar saat melihat Renata berjalan pelan mendekatinya.
Setelah ia merasa jaraknya sudah cukup dekat dengan Nara.
"Selagi mereka nggak tahu, tolong jangan memancing emosi mereka, kalau nggak mau kena sanksi yang gue maksud." Perkataan Renata itu membuat Nara merinding dan lega secara bersamaan.
Lega karena Nara tidak akan mendapatkan sanksi itu, merinding karena bisa saja suatu saat nanti jika Nara melakukan kesalahan lagi, Renata dapat dengan mudahnya memberikan sanksi itu.
Dengan cepat Renata mengambil tas nya dan berlari keluar kelas bertetapan dengan suara bel pulang berbunyi dan tanpa ragu pula, Aska menggendong tasnya dan pergi menyusul Renata.
"Si Renata beneran anggota geng motor woi ?" tanya Vea penasaran.
"Mungkin mah mungkin aja, da dia mah bar-bar," jawab Grace ringan.
"Terus gimana ?" tanya Joy.
"Ya, nggak gimana-gimana sih gue mah, walaupun ini pertama kalinya gue punya temen geng motor, tapi gue nyaman-nyaman aja temenan sama Renata. Ya, gue kaget juga tadi pas tahu dia anak geng motor. Tapi, ya, gue nggak keberatan," jelas Grace masuk akal.
Ya, Renata semudah itu membuat orang nyaman berteman dengannya. Renata mungkin jutek, cuek, songong, tapi itu hanya perkataan mereka semua yang tidak kenal dengan Renata.
Renata tipe manusia yang tidak bisa melakukan hal-hal aneh di dekat orang-orang yang tidak ia kenal. Ia cenderung canggung saat bersama orang baru. Renata juga tipe orang yang tidak bisa menjadi orang yang memperkenalkan diri duluan. Ya, dia secanggung itu.
Renata bertemu dengan Aska di parkiran motor. Renata menyadari Aska mengikutinya saat ia berlari keluar kelas, ia mendengar panggilan Aska dari tadi.
Ia tahu apa yang ingin Aska bicarakan dengannya. Cukup sudah ia membiarkan seluruh teman sekelasnya mengetahui bahwa ia salah satu anggota geng motor.
Malu ? Oh, tidak. Ia tidak pernah malu menjadi anggota geng motor. Lalu ? Itu adalah rahasia. Tidak banyak yang mengetahui bahwa dia adalah anggota geng motor.
Yang mengetahuinya hanya orang-orang dari beberapa tongkrongan di Bandung dan dirinya sendiri. Semua anggota nya seperti itu. Merahasiakan itu semua. Alasan utamanya adalah tidak ingin memicu keributan.
Alasan ringannya adalah karena itu keputusan bersama. Sekalinya ada yang membocorkan, mereka harus terkena sanksi, kecuali itu bukan secara di sengaja.
"Re," panggil Aska lagi saat ia melihat Renata memasuki parkiran sekolah dan langsung memakai helm nya.
Tanpa membalas panggilan Aska, Renata naik ke atas motornya dan keluar dari parkiran dan diikuti oleh Aska.
Aska mengikuti kemana pun Renata membawanya. Entah kemana pun itu tujuannya, Aska akan terus mengikutinya tanpa henti. Tanpa lelah. Ia butuh penjelasan. Tapi sebuah pertanyaan itu kini muncul di benak Aska.
Mengapa ia memusingkan kenyataan yang mengatakan bahwa Renata adalah anggota geng motor ?
Tapi, pertanyaan itu sama sekali tidak menghentikan Aska untuk mengikuti Renata. Kini alasan mengapa ia mengikuti Renata bukan ia membutuhkan penjelasan lagi. Ia hanya ingin Renata tahu, bahwa Aska sendiri tidak keberatan kalau dia anggota geng motor.
Eh, bentar, emangnya Aska siapanya Renata dapat mengatakan hal semacam itu ?
Ah, ini semua membuatnya pusing. Sebenarnya apa sih yang ada di pikiran gadis itu saat ia masuk ke dalam geng motor ? Apa ia tidak mengerti risiko menjadi anggota geng motor ?
Sungguh, baru kali ini ia dibuat pusing oleh satu wanita yang tak pernah terpikirkan akan menjadi wanita yang selalu ia khawatirkan.
Aska mengkhawatirkan Renata. Itu benar. Mengapa ? Percayalah, Aska sendiri tidak tahu.
Renata tentu sadar Aska mengikutinya di belakang. Ia terus melirik ke spion saat ia menyetir. Aska mengikutinya.
Renata memutuskan untuk mampir ke gedung kantornya Rendra. Sudah lama ia tidak menghampiri rooftopnya yang indah itu. Sekalian ia bisa berbicara secara pribadi dengan Aska di atas sana. Mudah-mudahan Rendra tidak datang secara tiba-tiba.
Aska sedikit bingung saat melihat Renata memarkirkan motornya di depan kantor orang tuanya Rendra. Tapi setelah mengikuti langkah Renata ia mengerti kemana Renata membawanya. Rooftop.
"Kenapa ?" tanya Renata seraya menatap mata Aska, cukup lekat, cukup membuat Aska gugup.
"Awalnya gue butuh penjelasan, tapi rasanya gue nggak berhak, jadi gue pikir gue cuman mau bilang gue nggak keberatan kalau lo anak anggota geng motor," jawab Aska jujur. Setidaknya itulah yang keluar di benaknya saat di jalan tadi.
"Nggak keberatan ? Emangnya gue siapanya lo ?" tanya Renata bingung.
Itu juga yang menjadi pertanyaan bagi Aska. Ia juga tidak mengerti mengapa ia dapat berpikir seperti itu.
Aska mengangkat bahunya tanda ia tak tahu. "Gue cuman ngerasa lo harus tahu, kalau gue nggak keberatan kalau lo anggota geng motor."
Ya, semudah itu mencari alasan. Semudah itu membuat Renata semakin jatuh kepadanya. Semudah itu.
"Kenapa ?" Pertanyaan itu kembali muncul dari mulut Renata.
Renata bingung, sangat bingung. Mengapa Aska dapat berpikir segitu jauh ? Mengapa ia dengan yakinnya mengatakan hal itu ? Mengapa ia dengan tegasnya mengatakan itu seakan-akan ia menerima Renata ?